Dari umur enam tahun mereka menjadi sahabat, mereka bertemu di sebuah sekolah swasta tempat mereka bersekolah. Semenjak itu mereka menjadi sahabat yang akrab banget, rumah mereka pun berada dekatan. Orang tua mereka mengenal satu sama lain, nama mereka adalah Iema, Lili, Lisa, Nanang, dan Danang. Selain main bareng mereka sering ngerjain tugas-tugas mereka bereng, bisa dibilang dari kelas satu SD mereka selalu satu kelas, sehingga seringkali mereka kompak dalam segala hal.
Sampai akhirnya mereka masuk SMP pun disekolah yang sama, banyak orang yang menginginkan menjadi sahabatnya Nanang dan Danang, mereka berdua anak yang Baik hati dan ganteng. Dari mereka berlima sayang nya Lili anak yang egois. Sehingga banyak juga yang menyayanginya. Lili mau seenaknya saja, Apa-apa harus dia yang menang.
“udah lama nunggu kalian?” Tanya Lisa dengan nada tanpa salah ketika ia terlambat ngumpul di caffe disebuah perbelajaan.
“lo, kemana aja?” Tanya Lili marah.
“udah Li, biarin aja! Tadikan dia udah sms!” bela Nanag walaupun mereka mempunyai sifat yang berbeda-beda mereka selalu barengan, nggak pernah sampai pecah walaupun dalam keadaan apapun, kecintaan Lisa pada dunia fasion sangat didukung oleh teman-temannya namun Lili yang kurang setuju Lisa masuk didunia Fasion membuat semuanya berbeda. Walaupun begitu ia yakin temannya yang satu itu mampu menempatkan dirinya. Di awal mereka naik kekelas tiga, yang paling banyak ditaksir adalah Iema sedangkan Lili gadis yang cantik itu, cemburu dengan keadaan itu namun dia tidak ingin persahabatan mereka sampai terpecahkan, sedangkan Iema mencoba menepiskan semua orang yang naksir sama dia karena dia tidak ingin persahabatannya hancur Cuma karena hal yang sepele.
“gimana nih Guys?” Tanya Lisa manja ketika mereka ngumpul dikantin sekolah yang sangat sesak itu.
“apanya yang bagai mana?” Tanya Danang yang tiba-tiba keselek, langsung mencari air minum.
“gue…… gue …. Aduh pokok nya bakalan gawat deh kalau bokap nyokap gue tau!” seru Lisa dengan manja, Lisa memang manja dengan teman-temannya.
“udah sekarang lo minum dulu baru cerita sama kita!” seru Iema yang baru saja kembali duduk setelah membeli dua gelas minuman. Lisa mengambil minuman yang diberikan Iema langsung meneguknya dengan haus.
“lo panic atau kehausan sih?” Tanya Nanang yang membuat suasana menjadi sedikit mencair.
“uang tabungan gue habis nih! Dan hari ini gue ada pemeriksaan uang tabungan!” seru Lisa hampir saja meneteskan air matanya.
“eh, jangan nagis donk ntar banjir lagi Jakarta!” seru Danang yang mulai tidak menanggapi serius. Mereka selalu saja memecahkan masalah bersama-sama, untuk masalah yang satu ini mereka akhirnya memutuskan untuk mengumpulkan uang jajan mereka agar terkumpul cukup buat kebutuhan Lisa. Hari itu mereka mendapatkan teman baru bernama Riko, anaknya Ganteng pindahan dari SMP negeri 14 di Bandung.
“anak-anak hari ini kalian mendapatkan teman baru dari SMP 14 Bandung!” seru Ibu Tini guru bahasa Indonesia mereka. “ayo perkenalkan nama kamu!”
“hai, teman-teman nama gue Riko anggara, gue pindahan dari bandung!” seru Riko dengan ramah, semua anak merasa senang atas kehadiran Riko. Namu Iema sendirilah yang cuek dengan kedatangan Riko.
“panggilan lo siapa?” Tanya Danang yang kebetulan menjadi ketua kelas di kelas itu.
“panggil aja gue Riko!” seru nya dengan nada sedikit cool, setelah perkenalan itu ia langsung mengambil tempat duduk di sebelah Iema karena dari tadi Iema hanya terdiam dan tak menatap perkenalannya itu. Iema sadar kalau Riko duduk disamping nya namun Iema tetap cuek dan tidak memikirkan siapa disebelahnya, Iema kerap kali tidak pernah perduli sama anak-anak cowok yang baru disekolahnya. Selain dia tomboy dia juga ketua osis disekolahnya itu.
“bentar lagi lo turun dari jabatan Iem!” seru Lili dengan ramahnya.
“emang udah waktunyakan, habis Baksos ya tamat jabatan gue!” seru Iema dengan santai. Riko masih penasaran dengan cewek satu itu, sehingga Riko suka mendekatkan diri dengan Iema namun tidak pernah berhasil. Sedangkan kalau dia dekat dengan cewek-cewek yang lain disekolah ini, pasti digubris dengan ramahnya.
Seiring waktu berjalan mereka semakin dekat dan lengket, namun Riko tetap mengikuti Iema kemana Iema bersekolah, dia sampai rela belajar Giat buat masuk SMA 25 yang terkenal elit. Sore itu mereka kumpul di caffe biasa tempat mereka nongkrong. Hari itu Danang mendapatkan Ide untuk membuat caffe, hal itu mendapatkan persetujuan dari teman-temannya. Lili yang biasanya egois dan mau menang sendiri, hari itu malah sangat menyetujui hal tersebut.
“ gue setuju banget tuh! Ide lo memang keren!” seru Lili yang menyetujui hal itu duluan.
“gue juga setuju!” seru Nanang sambil meminum air mineralnya,
“kenapa lo nggak minum jus, nang?” seru Lisa yang nggak nyinggung rencannya Danang.
“aduh, suka-suka gue donk Lis, gue itu lagi pengen minum air mineral aja!” seru Nanang yang kelihatannya kesel dengan ulah Lisa. “
“udah-udah lo itu marah-marah mulu nang!” seru Iema sambil meminum jus jeruknya, “ kalau difikir-fikir bener apa kata lo Dan, gimana kalau kita namain aja Caffe nya SunDay?” usul Iema.
“iya bener tuh! Keren namanya, kitakan SunDay jadi nama caffe nya SunDay !” seru Lili yang menyetujui juga usul temannya itu.
“oh my God, lo kesambet apaan tadi mau ke sini!” Tanya Lisa dengan nada centilnya.
“bukan kesambet, tapi abis ketelen biji Duren!” seru Nanang yang diikuti dengan tawaan dari teman-temannya, Lili malah merasa malu.
“kenapa sih, kalian ini emang nya ada yang aneh dengan gue ya?” Tanya Lili bingung.
“nggak, Cuma heran aja!” seru Danang yang menyantap makanannya. Mereka cukup akrab dicaffe itu, karena mulai mereka kelas tiga SMP mereka sudah nongkrong dicaffe itu.
Beberapa hari kemudia mereka mulai membuka usaha yang mereka rancang, Caffe dengan nama SunDay, akrab di telinga para anak-anak muda, selain Caffe nya yang buat anak-anak muda. suasana caffenya yang begitu bersuasana ala pelangi itu. Lili yang biasanya Egois kini menjadi pelayan Caffe yang super ramah kepada semua pengunjung di Caffe itu.
“ma, climbing yuk!” ajak Iqbal kakak laki-laki Iema.
“dimana mas?” Tanya Iema yang bersemangat.
“tempat biasa mas climbing lah dek, yuk mau nggak?” ajak Iqbal.
“boleh ayuk!” seru Iema dengan semangat, dia adalah anak perempuan yang suka dengan tantangan, sore itu ia sangat bahagia Climbing dengan kakaknya. Malam itu sepulang dari climbing Iema terkejut dengan kehadiran Lema, kembarannya yang selama ini disembunyikan oleh kedua orang tuanya. Tanpa dikabari atau dikasih tau Papi,Maminya. Tidak sempat Maminya mengatakan sesuatu Iema lari keluar rumah, muka Lema biasa aja tanpa menunjukan mimic yang sedih karena kembarannya pergi dari rumah. Iema pergi menuju taman yang sering mereka datangin dulu.
“Dan, lo dimana?” Tanya Iema dengan air mata yang berlinang, tak ada yang menyangka kalau Iema bakalan nangis hari itu, selama ini bahkan sahabatnya sendiripun tak pernah melihatnya menangis.
“gue dirumah lah, emangnya ada apa ma? Lo nangis ya?” Tanya Danang lewat telfon.
“lo kesini donk Dan, gue di Taman deket sekolah nih!” seru Iema langsung menutup telfon, dengan reflex Danang mengambil jaket dan kunci motornya lalu berteriak.
“Ma…. Pa…., Ma…. Pa…!” seru Danang Panik sambil turun dari tangganya.
“ada apa sih, sayang kenapa dengan kamu teriak-teriak!” seru sang Mama.
“Danang pergi dulu ya pa, ma?” seru Danang yang mendekati papa-mamanya di ruang keluarga rumah megah itu.
“mau kemana,?” Tanya Papanya.
“mau ketemu Iema di taman, yang biasa kita nongkrong!” seru Danang pamit kepada orang tuanya, setelah mendapat Izin dari orang tuanya Danang langsung pergi menuju taman deket sekolah. Dimana Iema berada disana. Tak butuh waktu lama Danang sampai ditempat Iema. Danang melihat dari kejauhan Iema nangis, Danang terkejut dengan keadaan Iema karena untuk pertama kalinya ia melihat Iema nangis kayak gitu.
“Iem, Iema…. !” seru Danang, Iema langsung memeluk Danang dengan erat.
“Dan, Danang! Kenapa gue jadi kayak gini! Kenapa gue jadi cengeng kayak gini!” seru Iema dengan air mata yang berlinang.
“setiap orang pantas nangis Iem, gue, elo, maupun siapa pun berhak nangis!” seru Danang menenangkan Iema.
“tapi gue…… gue nggak tau kenapa gue nggak bisa menerima semuanya!” seru Iema.
“ya udah, dirumah gue aja ceritanya!” seru Danang yang dianggukan oleh Iema, mereka berdua pulang kerumah Danang, air mata Iema semakin berlinang dipipinya, dia belum bisa terima dengan semua yang terjadi sama dia, sampainya dirumah Papa-Mama Danang masih duduk diruangan Keluarga dirumah mewah itu.
“Assalammualaikum!” seru Danang yang disampingnya ada Iema.
“Waalaikumsalam!” seru Papanya dan mamanya.
“Iema…. Kenapa nak?” Tanya Mama Danang langsung memeluk keponakannya itu.
“tante, kenapa Iema cengeng banget? kenapa Iema nggak bisa menerima semua yang terjadi sama Iema sekarang?” Tanya Iema bertubi-tubi.
“tanang-tenang dulu ma! Kenapa?” seru Papa Danang.
“Iema nggak bisa terima atas kehadiran kembaran Iema om!” seru Iema sambil meneteskan air matanya lagi.
“Lema udah dirumah lo?” Tanya Danang keceplosan.
“bah kan lo aja tau! Kenapa gue nggak tau sama sekali, sebenernya kenapa dengan gue!” seru Iema yang nggak bisa berhenti menangis.
“Iema, bukannya Papi, mami kamu nggak mau kasih tau ke kamu, Cuma mereka belum siap kehilangan kamu!” seru Papa Danang.
“tapi om, Iema lebih bisa menerima kalau Papi-Mami bilangnya dari dulu!” seru Iema menjelaskan.
“ya sudah, kamu udah makan ma?” Tanya Mamanya Danang.
“rasanya Iema nggak laper tan, setelah ada kejadian ini!” seru iema dengan nada sedikit lemas.
“Iema, nanati kalau nggak makan ntar sakit lagi!” seru Papa Danang memebrikan tahu yang baik.
“kalau begitu kamu Istirahat aja di kamar kamu dengan Iqbal yah?” Tanya Mami Danang yang diikuti dengan anggukan dari Iema, sementara itu Danang menelfon Iqbal untuk mengantarkan barang-barang Iema kerumahnya.
“mas Iqbal, bisa minta tolong nggak?” Tanya Danang ketika telfonnya diangkat.
“iya ada apa nang?” yang ditannya malah balik bertanya.
“tolong bawakan baju-baju Iema dan Keperluan sekolah Iema kerumah ya Mas!” seru Danang dengan sepontan.
“Iema dirumah kamu?” Tanya Iqbal dengan nada tampaknya bahagia, kalau melihat dari kenyataan Iqbal emang sayang banget sama Iema dari pada sama Lema.
“iya Mas makanya itu, biarkan Iema disini aja dulu!” seru Danang dengan seksama.
“ya udah mas, beres-bereskan barang-barang Iema dulu yah!” seru Iqbal, dengan cepat Iqbal masuk kekamar adik perempuannya yang tomboy itu, ketika Iqbal melihat kamar adiknya itu ia terkejut karena antara kamarnya dengan kamar Iema nggak ada yang berbeda.
“ya ampun anak ini, boneka dikamarnya Cuma satu!” serunya yang sedikit berbicara. Ia mulai memilih-milih barang-barang keperluan Iema. Tiba-tiba Lema datang kekamar Iema karena melihat Iqbal sedang berada di kamar Iema.
“kak Iqbal, lagi ngapain!” seru Lema sambil duduk di kasur Iema.
“nggak, Cuma lagi beresin kamar ini aja! Rencananya hari ini kakak mau tidur disini!” Iqbal tidak menunjukan rasa tidak suka nya kepada adiknya itu.
“lho kak itu siapa yang disebelah Danang?” Tanya Lema ketika melihat Poster besar di atas kasur Iema.
“ouh itu Nanang!” seru Iqbal dengan tidak banyak berkata, ia melihat Laptop yang masih terpajang di atas meja belajarnya, sedangkan Boneka Bear yang dipegang oleh Lema.
“sini!” langsung dirampas dengan paksa oleh Iqbal.
“apaan sih kakak, Lema sukak dengan Boneka itu!” seru Lema sepertinya ingin menguasai boneka milik Iema.
“nggak boleh ini punya Iema, kalau kamu mau Minta beliin sama Papi!” seru Iqbal dengan kasar, dan langsung pergi menuju mobil CRVnya yang terpakir mulus di garasi. Dan melanju menuju rumah Danang, yang tidak jauh dari perumahan dimana Iqbal dan keluarga yang tinggal. Sesaat kemudian sampailah Iqbal di rumah Danang sepupunya yang paling dekat dengan Iema.
“assalammualaikum!” seru Iqbal sambil memencet bel yang disediakan dirumah itu.
“waalaikum salam!” seru Mama Danang membukakan pintu rumah, “eh Iqbal, masuk nak!”
“iya tante, tan Iqbal harap tante mau merawat Iema dulu ya?” Tanya Iqbal memohon.
“ya sudah, untuk sementara biar aja Iema disini dulu!” seru Mama Danang. Keesokan harinya mut pergi sekolah Iema nggak seperti biasanya. Tubuh Iema terasa nggak berdaya ketika ia memasuki pagar sekolah.
“udah nyantai aja, nggak ada yang berubah kok!” Danang mencoba menenangkan Iema yang tampak murung.
“gue nggak yakin, keadaan bakal nggak berubah Dan!” seru Iema yang tampak melihat-lihat aneh sekitar sekolahnya.
“udah, jalanin aja dulu kan semua nya belum pasti!” tegas Danang yang berhasil memantapkan langkah Iema. Sampainya dikelas, kelas ramai dengan kedatangan Murid baru yang membuat semua anak-anak menatap aneh pada Iema yang masuk kedalam kelas dengan tampang yang nggak seceria kemarin. Perasaan baru semalam Iema merasakan kebahagiaan disekolahnya namun hari ini rasanya senyuman yang biasanya terpancar diraut muka Iema susuah ia keluarkan. Satu-satunya anak yang dalam kelas itu tidak ikut berkerumunan adalah Riko, anak yang sampai sekarang naksir berat sama Iema, dan sampai sekarang pula Iema masih mau duduk bareng sama dia.
Iema menempati tempat yang selama ini menjadi tempat duduknya selama ini, dan untuk kedua kalinya Iema juga menjadi Ketua osis disekolahnya, anehnya yang menjadi wakilnya adalah Riko. Sehinga mau nggak mau, Iema harus dekat dengan bawahan nya itu. melihat Muka Iema yang nggak bahagia sama sekali membuat Riko penasaran, yang biasanya ia lebih memilih diam disaat duduk sama Iema, kini dia lebih memilih untuk menemani Iema.
“elo nggak Papa Iem?” Tanya Riko pelan-pelan, namun Iema hanya menjawab dengan satu kali anggukan. Bahkan sahabat-sahabat Iema nggak memperdulikan Iema yang telah duduk lama di bangkunya, Danang sendiri langsung menyapa Lema dengan akrabnya. Terbukti kalau Lema lebih dikenal dikeluarga maminya Karena keluarga besar mereka hanya tinggal keluarga Maminya, sedangkan di keluarga Papinya tinggal Oma-Opa yang sampai sekarang memilih tinggal diLandon.
“kriiiing….” Bel sekolah itu terdengar panjang menandakan bahwa siswa-siswi masuk kekelas masing-masing. Lili dan Lisa masih menatap aneh kearah Iema, Lisa langsung menanyakan keadaan Iema yang terus saja melemah.
“Ma, lo nggak papa kan?” Tanya Lisa tiba-tiba, hari itu kebetulan guru Matematika mereka tidak masuk kedalam kelas, karena beliau sedang sakit. Dan hanya memberikan tugas kepada anak-anak dalam kelas itu. lagi-lagi Iema hanya mengangguk dan tidak ingin mengeluarkan sepatah kata pun, Lili langsung menoleh kearah Riko. Dan Riko langsung mengangkat kedua bahunya. Lagi-lagi Lisa penasaran ada apa dengan Iema, Lisa bertanya dengan pertanyaan yang sama, dan dengan hal yang sama pula Iema menjawab ia hanya mengangguk apa yang ditanyakan oleh Lisa. Hal itu membuat Lili marah dan langsung menarik tangan Iema menuju toilet sekolah, dan disaksika semua anak-anak kelas itu, dengan reflex Lisa, Danang, dan Nanang langsung berlari mengejar kedua sahabatnya. Lili berhenti tepat didepan wc, antara Wc cewek dan cowok.
“ lo itu kenapa, nggak senang atas kehadiran Lema? Egois banget lo?” maki Lili dengan beribu pertanyaan yang nggak pernah disangka oleh Iema.
“Li’, janganngomong kayak gitu! Nggak baik tau!” seru Lisa menengahkan permasalan mereka.
“kalian puas-puas menghakimin gue! Kalian itu nggak tau perasaan gue kayak gimana atas kehadiran Lema dikehidupan gue tiba-tiba!” seru Iema langsung meninggalkan keempat sahabatnya itu, yang jelas sejak kejadian itu Iema nggak masuk-masuk ke dalam kelas lagi, hal itu membuat Riko bertanya kenapa Iema nggak masuk kedalam kelas.
“hay em, kantin yuk!” ajak Lili dengan ramah, Danang, Lisa, dan Nanang hanya bisa melihat tingkah laku temannya itu.
“dasar, temennya lagi sedih! Eh malah seneng-seneng sendiri sama tu anak baru!” seru Lisa sedikit jutek, ngeliat temannya sendiri nggak memperhatikan perasaan temannya itu.
“udah, sebaiknya kita cari Iema dulu! Sebenarnya Lili tadi nggak berhak kayak gitu, karena Iema itu sebenarnya bukan nggak bisa terima tapi dia kecewa!” cerita Danang yang kenal betul kehidupan Iema dan Lema dirumah, “ di keluar besar gue, yang dikenal itu Cuma Lema, sedangkan Iema Cuma gue,bonyok gue!” seru Danang.
“lho kenapa begitu?” Tanya Nanang yang mulai tertarik dengan cerita dari Danang.
“hampir setiap hari waktu bonyok Iema itu untuk bekerja, tapi disela-sela waktu istirahat mereka, mereka habiskan bareng-bareng Lema dan nggak pernah sama Iema!” Danang mengambil nafas sebentar untuk melanjutkan ceritanya, “ dan akhirnya Iema lebih dekat dengan Mas Iqbal dan sama kita berempat!”
“pedih banget nasibnya Iema gue bersyukur, walaupun gue punya abang tapi gue lebih disayang!” tukas Lisa dengan manja.
“emh, emangnnya Iema tuh anak keberapa?” Tanya, Nanang.
“Iema itu anak terakhir dari keluarganya itu!” tukas Danang sambil memasuki ruangan Osis yang dari tadi tidak disadari oleh mereka. Setelah mereka masuk kedalam ruangan osis sepi dan tidak ada penghuninya. Mereka bingung mau cari dimana lagi sedangkan bel tanda selesai istirahat selesai, sampai akhirnya mereka masuk lagi kekelas tapi nggak ditemukannya juga Iema dikelas itu. hati Danang mulai was-was, karena Iema itu udah dianggap sebagai saudara kandungnya sendiri.
…………………………………………………….************………………………………...............
Tepat satu bulan Iema berada dirumah Danang, hal itu nggka membuat masalah bagi keluarga Danang. Papi-Mami Iema tau kalau Iema berada dirumah Danang, tapi mereka nggak pernah nyuruh Iema buat pulang kerumah kembali. Iqbalpun jadi sering main dengan Lema dari pada menjenguk Iema, Iema nggak pernah ngumpul bareng lagi sama SunDay.
“ma, gue minta maaf ya?” Tanya Danang suatu malam.
“lho buat apa?” Tanya Iema bingung ketika Danang bicara seperti itu.
“gue nggak pernah ngajak lo ke caffe, soalnya….!” Seru Danang memutuskan pembicaraannya.
“ soalnya, apa Dan?” Tanya Iema sambil menatap tajam kearah Danang.
“soalnya kata mereka, mereka nggak mau ketemu lo sebelum lo nerima Lema dikehidupan lo,!” seru Danang, malam itu Iema kepikiran dengan perkataan Danang. Dia berfikir kalau selama ini dia itu nggak mengikuti egonya sendiri, sampai akhirnya dia berfikir untuk tidak tinggal lagi sama orang tuanya. Malam itu juga dia menemui keluarga Danang yang biasanya duduk di ruangan keluarga yang luas.
“om, tan, Dan! Iema mau ngomong sebentar boleh?” Tanya Iema dengan hati-hati ketika keluarga kecil itu ngumpul di sebuah ruangana yang luas itu.
“ ngomong aja ma nggak dilarang kok untuk ngomong!” seru Papa Danang sambil tertawa kecil.
“Iema boleh tinggak dosona dalam kurun waktu yang cukup lama?” Tanya Iema sambil menundukan kepala nya.
“heheheheh!” Papa Danang sambil tertawa kecil, Iema tersentak mengangkat kepanya, “bukannya om nggak ngasih, emangnya kamu nggak kangen sama orang tua kamu dan saudara kembar kamu?”
“karena Iema sayang sama Lema, makanya Iema pengen menjauh dari kehidupan Papi, Mami, mas Iqbal, dan Lema, kalau bisa untuk selamanuya!” seru Iema sambil memegang tanagannya yang kelihatan ketakutan.
“apa, lo serius! Tapikan selama ini…..?” perkataan Danang langsung dicegah oleh Papanya sehingga Danang bingung kenapa Papanya begitu padanya.
“ya udah kalau kamu maunya begitu om izinkan kamu tinggal disini untuk samapai kapan pun!” seru Papa Danang dengan senyuman yang melebar, dan diikuti senyuman pula oleh istrinya yang cantik itu. Iema pun kembali kekamarnya, Iema jarang mau ngumpul bareng keluarga kecil yang harmonis itu. setelah melihat kepergian Iema Danang langsung bertanya kepada ayahnya kenapa Ayahnya berbuat seperti itu.
“emh, Pa kenapa Papa tadi nggak ngebolehin aku ngomong yang itu ke Iema, Iema harus tau apa yang sebenarnya terjadi!” seru Danang menjelaskan.
“jangan buat penderitaan dihati Iema Nang, dia itu cukup menderita untuk sekarang ini! Dijauhkan oleh teman-temannya dan masalah nya itu!” seru Papanya menjelaskan.
“iya pa, disekolah yang Cuma mau berteman dengan Iema Cuma Danang dan Riko!” seru Danang menjelaskan, setiap kali Iema pergi kesekolah tasanya dia benar-benar nggak diharapkan lagi dikeluarga itu, tampak jelas dimatanya saat Lema dijemput dan diantar langsung oleh Papinya sendiri, betapa sakitnya hatinya, seumur hidupnya ia hanya tinggal dirumah bersama orang tunya tapi dia nggak merasakan kasih sayang orang tuanya yang sangat mendalam. Saat Iema melamun dan mencoba mengingat masa lalunya Ia di kejutkan atas kehadirannya Riko disampingnya.
“ui, ngapain melamun didepan pagar, kesambet! Pak satpam baru tau lo!” seru Riko sedikit bercanda.
“ah elo ko, nggak mungkin lah pak satpam kan manusia, bukan STN!” seru Iema dengan nada sedikit ikut bercanda.
“ya bisa lah, tuh pak satpam kan punya pentungan jadi dia bisa slametin orang tau!” seru Riko menumbukan tawa untuk Iema yang hampir saja menghilang.
“itu mah, selamatin buat sambetin! Jauh mas!” seru Iema sambil tertawa mendengar candaan dari Riko. Mereka sambil berjalan menuju kelas mereka, yang disana telah duduk Lema, Lili dan Lisa. Melihat pemandangan itu, Lema langsung cemberut. Lili tau kalau Lema suka dengan Riko sejak ia masuk dikelas itu dan melihat Riko.
“ma, bentar gue mau ngomong sama lo?” seru Lili yang langsung menarik tangannya Iema menuju keluar, dan sampainya diluar, “gue harap lo nggak deketin Riko!” serunya tiba-tiba memperintah Iema gitu aja.
“mau lo apa sih Li, gue menghilang dari lo semua, gue berteman ama Riko karena kalian nggak mau berteman am ague lagi!” seru Iema yang merasa dihakimi itu.
“gue begini karena Lema, kesian dia! Seharusnya begitu, udah cukup penderitaan nya selama ni Iem, dia itu ditelantari dari kecil!” seru Lili, sembari menarik nafas. “ dan dia itu naksir Riko, jadi gue harap lo mau mengorbankan semua demi Lema!” seru Lili yang langsung meninggalkan Iema sendirian di sana. Tempat ia berdiri sekarang, berada tepat disebelah lapangan basket yang tertutup dan luas itu, ia langsung masuk dan dilihatnya tidak ada siapa-siapa. Dengan reflek sia berteriak.
“kenapa hidup gue! Kenapa harus gue yang mengalah!” dari luar, guru BPnya Pak Bagas yang bertubuh tinggi, ganteng, dan masih muda itu mendengar teriakan Iema. Dengan reflex dia masuk ke lapangan itu dan ditemuinya Iema disana.
“eh, kenapa kamu? Punya masalah nggak kayak gini jalan keluarnya!” seru Pak Bagas sambil mengajak Iema duduk di kursi pelatih dekat lapangan.
“saya nggak tau pak harus bagai mana lagi!” seru Iema sambil menundukan kepalanya.
“ kamu bisa cerita sama bapak, nggak usah dipendam punya masalah! Nanti malah kamu yang stress lagi!” seru Pak Bagas, menasehati Iema dengan pelan-pelan.
“bapak tau apa yang saya alami beberapa hari ini, sejak kejadian…….!” Putus Iema.
“kedatangan saudara kamu itu?” Pak Bagas langsung dapat menerka arah pembicaraan Iema, merekapun asyik dengan obrolan mereka. Sedangkan Iema mulai terbuka untuk menceritakan masalahnya kepada Guru BP nya yang tau bagai mana menghadapi masalah-masalah kayak gini.
00000000
Beberapa hari kemudian tidak disangka dan diduga, Oma-Opa, Iema,Lema dan Iqbal. Berkunjung ke Indonesia niatnya mau ketemu Iema dan Iqbal, namun mereka dikejutkan oleh kedatangan Iema yang selama ini dirahasiakan oleh anaknya itu. Iqbal mencoba menjelaskan kepada Oma dan Opanya, memang Oma dan Opa mereka menerima atas kedatangan Lema dikeluarga mereka. Namun Oma dan Opa nya tetap sayang dan cinta sama Iema.
“Iqbal, kalau ini Lema, Iema nya kemana?” Tanya Oma dan Opanya dengan senyuman yang selalu terpancar.
“Iema di rumah tante Iren, Oma semenjak satu bulan yang lalu!” betapa terkejut sekali Oma danOpanya ketika mendengar kan itu semua. Tak berapa lama kemudian Anak mereka pulang, yaitu kedua orang tuanya Kembar dan Iqbal.
“lho Papa, Mama! Kok nggak bilang Brotho dulu kalau mau pulang kan bias Brotho jemput Ke airport!” seru Papi anak-anak itu, sambil menyalami kedua orang tuanya.
“ah, Papa-mama kan kenal jalan Jakarta jadi yah bisa lah pulang pergi sendiri!” seru Opa.
“oh iya Iema mana tho?” Tanya Oma yang pura-pura nggak tau.
“main kali kerumahnya Danang!” bahkan Papanya sendiri nggak tau keberadaan Iema. Beberapa hari di Indonesia membuat Oma dan Opanya bosan tanpa kehadirannya Iema. Opanya ambil inisiatif untuk keruamahnya Danang menjemput Iema untuk pulang kerumah orang tua kandungnya.
“assallammualaikum!” seru Opa beberapa kali.
“waalaikum salam!” kebetulan yang membukakan pintunya adalah Papa Danang, “eh, Bapak kapan ke Indonesia pak!? Silahkan masuk pak!” Tanya Papa Danang sambil mempersilahkan Opa masuk kedalam rumah.
“udah semingguan lah Nak!” Opa Iema terbiasa memanggil Papa Danang dengan sebutan Nak, karena Papa Danang itu adalah anak angkatnya Opa dan Oma Iema, “ iema nya mana nak?”
“iema….iema….. nih Opa datang!” panggil Papa Danang agak kencang, mendengar perkataan Omnya Iema langsung pergi keruang tamu. Dan dilihatnya Opanya duduk, dengan reflex nya iema langsung memeluk Opanya yang udah lama nggak ia lihat.
“Opa, Iema kangen sam Opa!” seru Iema sambil memeluk erat Opanya.
“kamu ikut Opa pulang yuk? Nggak enak ngerepotin Om Wawan terus!” ajak Opanya.
“ah, nggak kok pak! Lagi pula Iema ini sudah saya anggap sebagai anak saya sendiri, sama seperti bapak menganggap saya sebagai anak bapak sendiri!” seru Papanya Danang, sembari tersenyum kecil. “Iema nggak mau pulang Opa, Iema udah janji sama Om Wawan, Tante Iren, Danang, dan pastinya sama ALLAh kalau Iema nggak mau merusak kebahagiaan Lema! Biarkan Lema yang mendapat kasih sayang dari Papi sama Mami, gentian Pa!” seru Iema menjelaskan penunh dengan bijak sana.
“kalau gitu kamu pindah ke London aja mau?” Tanya Opa nya menawarkan kehidupan di Landon.
“iya ma sebaiknya kamu ikut saja, bukannya Om mengusir, dari pada kamu disini masih melihat Lema yang disayang sama Papi, Mami dan orang banyak! Kamu pasti iri karena semua itu nggak terjadi sama kamu!” seru Omnya memberi saran dan masukan kepada Iema. Dan akhirnya Iema menyetujui ajakan Opanya. Hari minggu itu Iema terbang menuju London. Sebelum Iema pergi Danang menceritakan semua apa yang tejadi sama Lema selama ini. Emang awal mendengar cerita itu Iema sedih banget, Ia sadar kalau sebetar lagi ia akan meninggalkan kehidupannya di Indonesia. “selamat tinggal Indonesia ku tercinta, aku pasti akan kembali lagi untuk mu!” seru Iema dalam hatinya, sebari menaiki pesawat yang akan membawanya terbang menuju Landon.
0000000000
Keesokan harinya setelah kepergian Iema , Riko bingung ketika ia nggak melihat Iema hari itu. biasanya Iema pergi dengan Dangan. Kebingungan Iema dirasakan pula oleh d’ SunDay. Saat itu dikantin tanpa Lema, D’SunDay. Dikumpulkan oleh Danang, karena anak itu mau bicara sesuatu.
“sekarang kalian puas dengan semua keadaan ini!” seru Danang, “kita kehilangan teman yang udah selama belasan tahun jadi sahabat, diasaat kita susah disaat kita seneng! Kita bareng-bareng dia!”
“maksud lo apa Dan?”Tanya Lili dengan cueknya.
“elo li, orang yang paling suka bantuin lo dulu siapa? Ketika lo dihukum bonyok lo, nggak dikasih uang jajan, nggak di kasih uang bulanan! Nggak bisa syoping, karena uang bulanan lo habis lo makan!” Tanya Danang bertubi-tubi, “Iema kan Li, elo ikuti sifat ego lo yang selam ini lo pendam! Elo mau menang sendiri dengansifat lo itu!”
“Danang, maksud Danang itu apa?” Tanya Lisa dengan manja.
“lo juga, Lo nggak pernah berfikir, kalau selama ini yang banyak ngebantu lo Iema bukan anak baru yang kalian deketin terus! Kalian di apakan sama dia!” Danang kelihatannya marah, “Iema itu anak paling baik menurut gue! Kita-kita nggak pernah nyadar!”
“Dan, gue nggak tau kenapa lo tiba-tiba marah!” seru Nanang yang mulai nantangin Danang.
“ lo juga Nang, lo itu egois sama seperti Lili! Lo tau kenapa?” Nanang menggelengkan kepalanya, “itu karena lo nggak mau punya temen yang nggak mau terima takdirnya!”
“itukan bener, Iema harus terima atas kehadiran Lema!” seru Nanang, sembari meminum-minumannya.
“bukannya Iema nggak mau terima, ia belum siap dengan semua ini, dia dibohongin selama hampir delapan belas tahun sama kedua orang tuanya!” seru Danang, “dan satu hal Lagi li, Lema jauh mendapatkan banyak Kasih sayang, dari pada Iema, Iema hanya menerima kasih sayang dari Bokap-nyokap gue!” seru Danang, tampaknya ketiga temannya itu mulai menyesal atas perbuatannya.
“Dan, Iema sekarang dimana?” Tanya Nanang tiba-tiba.
“Iema sekarang di London!” seru Danang dan ketiga temannya sedih, tidak bisa berbuat apa-apa. Lema masih berusaha mendekatkan diri nya kepada Riko, namun Riko sama sekali nggak mau memperhatikannya.
“Dan, Lo kenapa diam aja?” Tanya Lema menghampiri, Danang yang duduk sendirian di ruangan kelas penuh dengan kotoran kertas itu.
“nggak,!” Danang terbiasa ngomong dengan singkat.
“putus ya, dari cewek lo?” Tanya Lema masih mencoba untuk mengintrogasi Danang.
“nggak!” lagi-lagi hanya satu kata yang keluar dari mulutnya.
“hari ini perkumpulan keluarga besarkan?” tanyanya lagi tidak puas dengan jawaban Danang.
“Tau!” saking jengkelnya Lema, Ia pergi meninggalkan Danang dan menuju LIli dan Lisa. Namun dia mendapat jawaban yang sama, ternyata terbukti kalau mereka berempat lagi mempunyai masalah, numun cukup membawa kesenangan bagi Lema karena tidak adanya Iema disekolah. Tak lama Lema pergi, Riko datang menghampiri Danang yang terduduk diam ditempat duduknya.
“hai, Nang!” seru Riko sambil mengambil duduknya disebelah Danang.
“eh elo Ko, ada apa?” Tanya Danang penasaran kenapa Riko tumben menghampirinya.
“oh, nggak! Gue Cuma mau nanyak, Iema sakit yah?” Tanya Riko dengan seksam, Danang masih terdiam. sehingga membuat Riko cukup bingung dengan tingkah laku Danang yang masih terdiam, “lho… nang kenapa lo diam aja?”
“Iema…… Iema……., !” dengan tergagu-gagu dia menjawab pertanyaan dari Riko, “Iema pindah ke London!”
“lho ko mendadak! Lo kok nggak ikut nang?” Tanya Riko memberikan pertanyaan yang aneh.
“si Iema ma Opa-Omanya! Opa-omanya Iema bukan Opa- omanya gue!” seru Danang dengan seksama, pandangan Riko semakin menunjukan tidak enak. Pupus sudah harapannya untuk mendapatkan Iema karena Iema telah lebih dahulu pergi meninggalkannya. Dalam hati Riko ada perasaan putus asa, namun dia yakin kalau suatu hari dia akan kembali bertemu dengan Iema.
Pagi itu, waktu London Iema berangkat ke sekolah yang telah dipilih oleh Opa dan Omanya Iema. Tampak aneh di mata Iema, selain disana Negara orang, menggunakan bahasa Inggris, yang jarang diguna kan oleh Iema di Indonesia cukup membuat Iema bingung.
“hi, Friend!” dengan sapaan bersahabat Iema mulai memperkenalkan dirinya.
“hello!” sapa mereka dengan kompaknya.
“my name, Iema astuti ningsih. My nick name Iema!” perkenalan nya dengan orang-orang baru itu berjalan dengan ;ancar, mesti bahasa Inggrisnya masih sangat berantakan. Iema mempunyai keberuntungan di London, dia bertemu dengan Ari yang kebetulan anak Indonesia juga, yang mendapat kesempatan untuk sekolah disana. Ari sangat senang atas kehadiran Iema karena anak Indonesia yang bersekolah, di sekolah elit yang tidak sembarangan orang bisa masuk disana.
“gue seneng banget lo sekolah disini!” seru Ari ketika jam istirahat disekolah itu.
“lho kenapa?” Tanya Iema agak heran, soalnya selain Ari anak yang pintar Ari juga masih lancar berbahasa Indonesia itu.
“gue selama ini berteman dengan mereka, sampai akhirnya gue bosen, karena gue takut bahasa Indonesia gue bakalan ancur!” seru Ari yang kelihatannya anak yang nasionalisme sekali. Teman-teman Iema yang masih dekat dengan Iema adalah Danang dan Riko, mereka berdua masih sering nelfon, e-mailan, video chat bareng. Kehidupan Iema di London lebih tenang dari pada dia harus tinggal bersama dengan Lema dan keluarganya. Sementara itu Mami Iema mulai kangen dengan kehadiran anaknya yang jail itu.
“bal, Iema dimana?” Tanya Maminya suatu malam di kamar anak laki-lakinya.
“mami nggak tau Iema dimana?” Tanya Iqbal, Maminya hanya menggeleng tanpa mengeluarkan suara sedikit pun, “Iqbal pun nggak tau mi! Terakhir sih Iema ada di rumah tante Iren tapi, kemarin Iqbal mau jenguk dia nggak ada!”
“dia kan anak tomboy bal!” seru Maminya meyakinkan anaknya itu, Iqbal membujuk Maminya untuk bertemu dulu dengan tante Iren, dan itu disetujui oleh Maminya. Keesokan harinya maminya bertemu dengan adiknya itu, disesuah caffe yang cukup terkenal di kalangan atas.
“ren, mbak mau Tanya kekamu!” seru Maminya sambil meneguk kopi panas yang di pesannya tadi.
“mau Tanya apa mbak? Selama saya masih bisa menjawab, akan saya jawab mbak!” seru Iren dengan ramahnya.
“Iema dimana ren? Kamu tau dia dimana?” seru Mami Iema dengan nada sedikit bersedih.
“Iema, Iema di London Mbak! Iren harap, jangan dijemput yah mbak, biar aja dia di Landon dengan tenang!” seru Iren.
“emangnnya kenapa ren?” Tanya Mbaknya yang sangat heran dengan tingkah adiknya.
“biarkan Iema menepati janjinya dengan ALLAH mbak!” Mbaknya tambah tidak mengerti dengan jawaban Iren.
“janji apa ren?” Tanya Mbak ana lagi.
“mbak Ana, Iema berjanji untuk pergi jauh dari kehidupan Lema dengan Mbak sekeluarga!” seru Iren.
“kenapa dia harus buat janji seperti itu?” Tanya Mbak Ana dengan bingung.
“Iema bilang, kalau saat ini waktunya Lema yang mendapat kasih sayang dari Mbak dan Mas!” seru Iren, Mami nya Iema hanya bisa diam, dia menyadari kalau belum ada kasih sayang buat Iema yang dicurahkan olehnya. Betapa mirisnya perasaan Maminya Iema ketika melihat anak nya yang selama ini tidak diperhatikan olehnya sangat bersikap dewasa, bahkan Iqbal sebagai anak sulungnya tidak bersikap seperti itu.
Kehidupan Iema di London sangat membahagiakan, ia mempunyai banyak teman yang sangat baik padanya. Tidak pernah ia merasakan kalau dia asing disana, tapi sebaliknya mereka memperlakukan Iema seperti orang yang asli dilahirkan disana. Termaksuk juga Edward, Karen, dan Santi yang telah menjadi sahabat karibnya. Ari dan Iema juga semakin dekat, hari itu Ari ngajak liburan bulan juli dihabiskan di Indonesia dan itu disetujui oleh, Di London mereka terbiasa dengan liburan panjang di bulan Juli, meski dibulan-bulan lain tau di akhir pembagian raport semester tidak pernah libur, dalam setahun mereka hanya libur dalam satu bulan, namun kalau ada hari-hari besar agama dan Negara.
0000000000
Tapat awal bulan juli mereka libur, Ari dan Iema terbang menuju Jakarta dimana mereka akan berlibur. Entah apa perasaan SunDay ketika melihat Iema berada di Indonesia setelah satu tahun mereka tidak saling say Hallo saling diam dan tak pernah bertegur sejak kedatangan Iema. Ari hanya mengetahui kalau Iema mempunya sahabat yang baik hati di Indonesia, tapi dia tak pernah tau kalau Iema mempunyai saudara kembar.
“rumah lo dimana?” Tanya Ari ketika baru saja menderat di bandara soekarno hatta, yang terkenal itu.
“oh, gue nginep di hotel aja deh!” seru Iema dengan nada sedikit cape.
“yah, bukannya elo punya rumah disini?” Tanya Ari bingung.
“ah, gue lagi pengen bebas aja disini!” seru Iema sambil nyengir sedikit.
“ntar kalau dapat hotel bilang sama gue yah! Besok gue jemput kita jalan bareng!” seru Ari sambil menarik koper yang dia bawa dari London, mereka juga membawa beberapa teman dari London yang kepengen melihat Indonesia. Selain keinginan teman-teman mereka untuk datang berkunjung ke Indonesia mereka juga ingin belajar berbahasa Indonesia sebelum mereka datang langsung ke Indonesia.
Setelah mendapatkan Hotel, Iema dan Edward datang ke caffe SunDay, sedangkan temana-temannya yang lain ikut Ari jalan-jalan entah kemana. Takjub Iema melihat caffe yang dia bangun selama sahabat-sahabatnya itu. sekarang tambah megah dan besar, tiba-tiba bibir Iema melebar sendiri, melihat hal itu Edward bingung dengan temannya itu. dia bertanya dengan menggunakan bahasa Indonesia yang hampir lancar itu.
“hei, kenapa kamu?” Tanya Edward bingung dengan temannya itu.
“oh, nggak apa-apa! Yu duduk!” seru Iema sambil mengambil salah satu meja bernomor lima, dari kejauhan tamapak jelas dimata Lisa kalau itu adalah Iema, tapi dia enggan untuk melayani Iema. Tiba-tiba suara Edward mencairkan suasana beku di antara Iema dan Edward.
“hay, em your picture!” seru Edward melihat foto Iema yang masih terpajang di caffe yang semakin luas itu.
“ah masa sih! Mana mungkin saya punya tempat istimewa di caffe ini!” seru Iema merendahkan dirinya, mereka sibuk berbicara tentang seputar keindahan Indonesia. Yang indah dan cantik itu, kalau bukan anak bangsa yang memperkenal kan Indonesia siapa lagi. Tiba-tiba obrolan mereka terhenti ketika minuman yang mereka pesan telah datang, sebuah es timun datang untuk menghancurkan kekeringan ditenggorokan mereka.
“oh, good….. very good I like cucumber Ice!” seru nya tiba-tiba memcahkan keheningan caffe yang ramai tapi tampak tidak bersuara itu. Iema hanya tertawa kecil melihat tingkah temannya yang baru pertama kali meminum munuman dari Indonesia itu.
“udah-udah, sekarang kamu mau makan apa?” Tanya Iema dengan pelan.
“apa makanan khas dari Indonesia?” Tanya Edward kemuadian.
“Gado-gado!” seru Iema singkat
“yes I wish to Gado-gado Indonesia!” seru nya dengan mantap
“sory, do you like hot?” Tanya Iema kemudian.
“yes I do!” seru Edward, setelah Edward menyetujui makanan itu Iema ke belakang untuk memasan dua gado-gado yang memang di caffe itu menyediakan makanan ala atau lebih tepatnya khas dari Indonesia. Telihat Danang tengah asyik dengan maskannya, Iema menyamperinnya dengan sedikit memberi kejutan.
“serius banget mas masaknya!” seru Iema sambil menahan tawanya. Lili dan Nanang sibuk sehingga mereka tidak menyadari kedatangan Iema, sedangkan Lisa lagi sibuk ngobrol tentang syoping dengan Lema teman yang selama ini telah mereka anggap sebagai saudara mereka itu.
“kalau nggak serius ntar malah gosong lagi mbak! Oh iya mbak, kenapa bisa masuk?” Tanya Danang ketika ia heran melihat salah satu pelanggannya masuk kedalam ruangan khusus kariawan caffe itu.
“menu gado-gadonya masih ada?” Tanya Iema yang masih saja menahan tawa yang hampir meledak dimulutnya.
“ah menu itu tidak akan pernah hilang dari caffe ini mbak!” seru Danang yang masih saja fokus dengan pekerjaannya, dan tidak menyadari kalau yang mengajaknya ngobrol itu Iema.
“emangnya nggak malu mas? Caffe sebagus ini masih menyajikan Makanan kampungan kayak gitu!” Iema mulai menguji Danang.
“makanan itu hasil dari ide salah satu pelayan kami, yang kebetulan mendapat kesempatan sekolah di Landon!” seru Danang yang masih menjawab pertanyaan dari Iema namun mengabaikan muka orang yang mengajaknya ngobrol itu.
“ouh sekolah kepelayanan caffe yang mas, emangnya ada sekolah kayak gitu?” seru Iema yang melihat temannya masih saja sibuk dengan pekerjaan yang tak mungkin dia tinggalkan, setelah dia mulai kelihatannya siap dengan masakan Istimewanya. Barulah dia menyadari kalau dia mengenal suara yang sejak tadi menjadi pembicaraannya. “lho mas, memangnya sudah selesai kenpa tidak mau membalikan badan? Emangnnya tidak mau kenala sama saya lagi! Kalau begitu gado-gadonya dua ya mas meja nomor lima?” seru Iema yang langsung pergimeninggalkan Danang, namun malang Danang tidak sempat melihat Iema , dia masih memikirkan siapa yang mengajak ngobrol tadi.
“aneh banget tu orang, cepat banget ilangnya!” seru Danang yang langsung membuatkan Gado-gado yang dipesan cewek tadi, tiba-tiba dia teringat dengan meja nomor Lima dan dia berniat bakal ngantar makanan itu langsung. Tak berapa lama kemudian selesailah mengolah Gado-gado yang super lezat masakan Dangan.
“oh my god, jadi yang memesan tadi Iema!” seru Danang terkejut, Iema melihat Danang sedikit gemetaran, hampir saja Danang menjatuhkan piring gado-gadonya.
“ups, hati-hati donk mas! Kan sayang kalau jatuh!” seru Iema dengan centil, hanya saja gayanya masih tetap seperti dulu tomboy-tomboy banget. Danang menghabiskan waktunya untuk mengantar teman-temannya Iema keliling Jakarta.
Hari itu, Iema sengaja pergi ke Climbing dimana Iqbal sering main disana, temen-temen Iqbal kenal semua dengan Iema. Karena mereka selalu mengandalkan Iema saat lomba climbing antar club, disana Iema bertemu dengan Kak Ryan, wakil club Climbing mereka, maklum yang ketuanya kan Iqbal, kebetulan yang paling axis latihan disitu, semenjak kepergian Iema kelondon, dialah yang menggantikan posisi Iema sebagai pemain andalan di climbing itu. Edward sekarang udah dekat dengan Danang jadi Edward cukup ditemani Danang.
“hi, Kak Ryan apa kabar!” Iema menyapa Ryan tanpa memberi isyarat, tersentak Ryan terkejut dengan kehadiran Iema.
“eh kamu, nggak berubah yah? Tetep aja suka banget buat orang kaget!” sentak Ryan pada Iema yang telah dianggapnya sebagai adik kandungnya.
“lho kak Ryan nggak lupa sama aku?” Tanya Iema penasaran dengan tingkah Ryan yang nggak berbeda seperti yang dulu-dulu.
“ah kamu, siapa yang lupa dengan kamu anak paling jail di club ini!” seru Ryan sambil merangkul Iema dengan rangkulan erat seperti biasanya dia berprilaku pada Iema.
“kalau gitu boleh manjat dengan gratis donk kak!” seru Iema sambil menatap senyum pada Ryan.
“ ah kamu nggak berubah!” seru Ryan mengizinkan Iema climbing tanpa bayar. Tak beberapa lama kemudian Iqbal datang dengan CRV yang tidak pernah dia minta ganti dengan Papinya yang super kaya itu. dia bingung ketika ia lihat yang diatas gayanya yang telah hebet layanya Ryan, namun setelah ditatapnya Ryan ada dibawah lalu siapa yang diatas.
“hay yan? Siapa yang diatas sana?” Tanya Iqbal sambil mendekat kearah Ryan yang masih memegang tali pemadu dari bawah.
“hebatkan dia?” Tanya Ryan sambil tersenyum tipis.
“hebat sih, anak beru yah?” Tanya Iqbal penasaran, bukan jawaban yang ia dapatkan malah senyuman kecil dan tawaan yang hampir tak terdengar oleh Iqbal, tak beberapa lama kemudian Iema turun dari atas kebawah dengan cepat, hal itu membuat Iqbal dan Ryan takjub.
“Lema? Sejak kapan kamu suka climbing!” seru Iqbal ‘oh my god, sebenernya siapa gue dimata Mas iqbal?’ batin Iema, namun Iema tidak menjawab Iema hanya tersenyum lebar tanpa perkataan dia pergi menjauh dari kedua kakaknya itu. Ryan menatap heran kearah Iqbal, mata Iqba menunjukan tampak bertanya.
“oh my god Iqbal sadar nggak sih lo?” Tanya Ryan pula, dia nggak pernah menyangka kalau Iqbal bakalan melupakan Iema secepat datangnya kilat jua.
“apa?” Tanya Iqbal yang tak mengerti apa kata sohibnya itu.
“lo fikirin aja sendiri, betapa tidak punya hatinya diri lo bal, berkata seenaknya seperti itu!” Ryan meninggalkan Iqbal dengan sikap yang tidak baik. Barulah dia sadar kalau Lema itu tidak pernah main Climbing, dan tidak mungkin Lema semahir Ryan. Dan barulah dia sadar kalau itu adalah Iema adik yang disayanginya selama ini menghilang ke London, dan nggak pernah memberi kabar sedikitpun. Iqbal menghampiri Ryan lalu bertanya dengan nada sangat pelan.
“lo tau iema dimana?” Tanya Iqbal yang telah menyadari kalau itu adalah adik kesayangannya.
“gue nggak tau! Baru nyadar lo?” Tanya Ryan dengan nada sedikit tidak bersahabat.
00000000
Sudah sebulan mereka berada di Indonesia dan saatnya mereka kembali ke London untuk memulai aktivitas seperti biasa, pergi pagi pulang sore atau bisa disingkat menjadi 3ps, seperti orang kerja di kantoran aja pulang sore, seperti itulah sekolah paling popular, Paling elit di London. Rasanya aktivitas itu membosankan hanya saja saat-saat bertemu teman-teman yang satu perjuangan berdampak besar pada kehidupan mereka.
Waktu cepat banget berjalan dan tak pernah bisa di hentikan walau hanya sebentar, mungkin kalau bisa dihentikan, Iema lebih memilih menghentikannya ketika dia berada didekat dengan teman-temannya D’SunDay. Dan rasanya baru saja dia baru masuk disekolah elit di London itu, namun ia harus meninggalkan higt school yang telah menjadi bagian dari hidupnya. Namun salah satu kesenangan bagi Iema karena dia masuk di university london yang terkenal, dan dia tidak ingin pulang ke Indonesia entah mengapa, yang jelas bukan karena dia tidak cinta pada negerinya. Semua itu tidak lain adalah karena dia masih ingin menempati janjinya pada ALLAH.
“Iem, kamu mau masuk ke fakultas apa?” Tanya Opa dengan nada sedikit berat karna tubuhnya yang semakin lama, semakin rentan itu.
“kayaknya bisnis management opa!” seru Iema dengan nada sedikit kecil.
“Opa Cuma mau kamu tahu satu hal sayang, setelah opa nggak ada nanti, kamu harus pulang ke Indonesia!” seru Opa dengan nada masih berat, memang Opanya udah cukup tua. Sedangkan Oma nya telah beberapa waktu lalu berpulang ke pangkuan yang maha kuasa. Iema terkejut dengan ucapan Opanya. Beberapa hari kemudian Iema mengalami kejadian yang sangat histeris, Opa tercintanya menyusul Omanya yang jua sangat ia cintai itu.
Atas amanah yang diberikan oleh Opanya, ia mengambil semester cepat sehingga dia bisa cepat kembali ke Indonesia, dua tahun kemudian keadaan semua berubah termaksud dengan D’Sunday yang selama ini telah dia tinggalkan.
“hai nang!” sapa Iema yang masih mengenal Nanang pake muka dewas.
“lo, lo Iema yah?” Tanya Nanang yang kangen berat sama temannya itu.
“iya gue Iema!” mereka saling ngobrol dan ternyata Iema ingin ketemu Lewat pertemuannya dengan Nanang, berserta D’SunDay lainnya. Meliat Lema yang benar-benar mirip pada dirinya membuat Iema pengen banget memeluk kakak kembarannya itu.
“Lema, maafin gue! Karena selama ini gue nggak bisa nerima semuanya!” seru Iema seraya memeluk Lema, dan di sambut senyuman dari D’sanday, yang sangat bersyukur kalau temannya itu telah berubah. Keesokan harinya Riko meminta ketemuan sama Iema, ‘oh my god, benerkah ini!” batin Iema dalam hati, dia tidak percaya kalau Riko nembak dia disaat, untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terkhir dia tidak bertemu dengan Iema.
“lo serius ko?” Tanya Iema dengan nada sedikit tersenyum.
“hay, gue itu udah nunggu lo sejak kita nggak satu sekolah lagi ma, gue suka sama lo dari kelas tiga smp!” seru Riko menjelaskan dengan detail kenapa perasaan itu masih dia simpan dengan rapih dihatinya.
“what?” Tanya Iema kaget, dan dijawab dengan anggukan Iema. Dan iema menyetujui dengan tembakan dari Riko, hari itu mereka resmi jadian setelah sekian tahun hati mereka berdua senagaja ditutup-tutupin, ternyata Iema telah jatuh cinta pada Riko semenjak dia dijauhin sama anak-anak satu sekolah dan hanya Riko yang mau berteman dengannya.
Free Template Blogger
collection template
Hot Deals
BERITA_wongANteng
SEO
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar