“bego banget sih gue, kenapa gue bilang kayak gitu!” itu lah ucapan gadis berumur limabelas tahun yang masih duduk di bangku smp, yang bernama Lilian. Dia melakukan hal bodoh demi bisa bersamaan terus dengan Lintang, anak paling pintar, paling baik, n paling ramah yang pernah Lilan temuain. Dia rela ikut baksos, demi bisa dipandang baik dengan Lintang, emang Lilian anaknya baik namun dia paling nggak kuat sama yang namanya kotor. Semua kejadian itu ia ceritakan kepada kakaknya yang memiliki nama Kevin, dia adalah idola di sekolahnya. Anak yang mempunyai senyuman maut, Lilian suka Jijik kalau kakaknya udah nggak perhatian padanya ketika ia sedang jalan berdua karena selalu aja di cuekin sama Kevin.
“hahahahahah, gue nggak salah denger Li?” Tanya kakaknya kebingungan
“ gue nggak tau kak, kenapa gue mesti bilang kayak gitu ke Pak Anuar!”
“ kamu sih demi nggak mau kalah sama temen-temen kamu rela nyakitin diri sendiri!”
“ gimana nih kak? Gue Cuma mau pastiin ketemen-temen aku aja kalau anak tomboy juga bisa deket dengan super idola disekolah!”
“selama ini kamu juga nggak masalah kan dengan kejadian yang menimpa kamu selama ini? Hahahahahaha…..!” kakak nya masih saja terus menertawakannya.
“ tuhkan kakak masih aja nertawain gue apa sih mau nya?”
“ya udah kita main basket yuk, di taman!”
“bareng kak Jo, Kak Gelbert juga!”
“ya iya lah…!
“ ya udah deh gue ganti baju dulu yah?” Lilian cepat mengganti pakaiannya, karena dia tomboy makanya nggak butuh waktu lama untuk dia mengganti pakaiannya, setelah mereka siap. Mereka menaiki sebuah mobil Jazz berwarna hitam yang telah di modifikasi, sepertinya itu milik kakaknya yang telah duduk dikelas sebelas itu. Tak lama kemudian mereka berdua sampai di tempat yang mereka tuju emangsih taman itu di perumahhan mereka tapi, taman itu cukup jauh dari rumah mereka. Disana terlihat, Jo, Gelbert, dan dua orang yang nggak dikenal oleh Kevin, apalagi Lilian.
“ hai Vin, Hai Li, akhir nya sang juara bertahan keluar juga!” ledek Jo yang telah lama menunggu mereka.
“ ha anak manja kayak lo bisa main basket juga!”
“ kenapa lo bisa disini? Kalau tau gini nggak ikut deh gue!”
“ lho kenapa li, mereka suka ganggu lo yah?”
“ aduh mas, males Angga disini!”
“ apa lagi gue, nek gue liat lo berdua!”
“ kalian sebenarnya ada masalah apaan sih?”
“kak, ini nih anak yang suka ngeledek li?”
“ Kak Jo yang lo bilang juara bertahan maksudnya?”
“ gus, bagus, ketinggalan jaman lo?”
“ lho kenapa gue ketinggalan jaman!”
“ Lilian inikan atlet basket bimbingan Andy Agustio, yang pemain perfesional!”
“what, kok bisa?” Bagus dan Angga terkejut ngeliatnya, setau mereka Lilian adalah anak yang paling tomboy n tertutup di sekolahan. Tapi harus mereka akui juga kalau sekolah mereka nggak pernah yang namanya punya tim basket cewek disekolah.
“gue pulang dulu deh kak!”
“hehehe…. Masa sih kamu Cuma gara cumi-cumi berdua ini lo mesti pulang, Li?” Tanya Jho dengan merangkul Lilian.
Keesokan harinya, anak-anak yang ikut baksos di kumpulkan kebetulan Lintang menjadi Ketua panitia baksos sedangkan Lilian menjadi wakil ketua panitia Baksos, Semua anak-anak iri melihat kedekatan Lilian dengan Lintang. Sore itu Lintang mengajak Lilian makan siang bareng, dan disaat itulah Lilian jujur sama Lintang kalau dia suka alergi kalau di tempat-tempat kotor.
Sore itu di salah satu caffe yang bernuansa coklat, ternyata itu caffe favoritnya Lintang, dan juga Caffe favoritnya Lilian juga. Lintang suka coklat dan Lilian juga suka coklat, mereka berdua mempunya kesamaan yang hampir semua sama.
“sory…. Sory tang gue telat!”
“nggak papa, emang nya lo dari mana?”
“tadi abis latihan basket!”
“oh, oh iya kita langsung ke tema pembicaraan kita yah??”
“ sebelum nya gue pengen bilang sama lo!”
“ bilang apa?”
“kalau sebenernya gue ikut baksos karena terpaksa!”
“maksud nya?”
“ gue itu alergi sama tempat kotor,! N gue ikut baksos Cuma mau buktiin sama anak-anak kalau gue itu bisa deketin elo, gue selama ini di bilang . ……” omongan Lilian terputus akibat wetersnya datang untuk mengantar minuman.
“trus, elo suka di bilang apa?”
“lesbi tang, suka sesama jenis!” Lintang, ketawa sejadi-jadinya. “ tuh kan nggak lo, nggak kakak gue, ketawa!”
“iya-iya sory, abis lucu sih!” sambil tertawa kecil, “ emang lo alergi na ampe kenapa?” tanpa menyinggung hal yang membuat Lintang ketawa terbahak-bahak.
“nggak ah, ntar lo ngakak lagi!” tiba-tiba telfon Lilian berberbunyi, “bentar ya gue angkat telvon dulu!” Lintang hanya mengangguk sedikit.
“iya kak kenapa?”
“cepet pulang, eyang ke rumah nih!”
“iya-iya, ntar gue lagi rapat Baksos ama Lintang!” telfonpun tertutup, Lilian kembali ke meja di mana ada Lintang.
“tang, sory banget nih, eyang gue pulang hari ini, jadi gue nggak bisa lama-lama nih!”
“oh ya udah!”
“lo pulang naik apaan?”
“gue naik taxi!”
“sama gue aja, gue kebetulan bawa motor tuh!” Lintang pergi membayar ke kasir, dan mereka pulang berdua. Ternyata Lintang itu anak orang kaya nggak seperti, apa yang dibilang sama anak-anak sekolahnya selama ini.
“ lo emang tomboy beneran ya Li?”
“maksud nya apa?”
“motor aja udah kayak motor anak laki-laki, anak cewek itu cocok nya pake matik tau nggak!”
“hehehe, maklum cewek jadul.!”Lilian nggak sempet mampir ke tempat Lintang sedangkan Lintang telah menawarkan untuk mampir sebentar. Sampainya dirumah eyang nya telah marah-marah, karena tidak dilihatnya cucu perempuan satu-satunya tomboy. Ternyata kedatangan eyang nya ke rumah mereka, karena mengantar Radit, Radit adalah sepupu Lilian yang satu reting dengan Lilian.
“bauk sekali kamu Lilian!”
“eyang, tadi Lilian abis latihan basket eyang!”
“basket?”
“iya eyang, Lilian inikan udah tim Nasional eyang!” bela Kevin dengan nada ramah dan sopan.
“oh begitu, eyang sebentar aja disini Cuma mau anterin Satria aja!”
“oh gitu ya eyang!” malam itu Satria bingung dengan sepupu-sepupunya, kenapa nggak ada satu orang pun makan malam. Tiba-tiba Lilian keluar kamar, dengan gaya cowok.
“cari makan lo Sat?”
“iya gue laper nih!”
“yuk ikut gue, lo belom tau dapur kita tuh bukan disini!”
“yah ni dapur kan?” Lilian segera menarik tangan Satria, menuju motornya. Lalu melaju dengan kecepatan Rata-rata Lilian tau kalau sepupunya nggak punya nyali untuk mengendarai kendaraan sangat laju. Satria di bawa oleh Lilian ke sebuah caffe di sebuah pusat peberlanjaan yang megah di kota itu.
“jadi kalian makan di luar terus?” Tanya Satria rada bingung ketika tau pola makan kedua sepupunya.
“nggak juga sih, biasa nya gue ama Kak Kevin, masak bedua tapi dia tadi bilang ada kegiatan jadi nggak ada yang masak!”
“emang nya lo nggak bisa masak?” Tanya Satria bingung.
“ya ampun Sat, kenal gue udah berapa taun sih?”
“oh iya-iya, eh gue besok nebeng ama lo yah, gue kan satu skul sama lo!”
“kenapa nggak masuk skulnya kak Kevin aja?”
“lo kan tau, butuh satu bulan bagi gue untuk menyeleksi sekolah yang bertaraf internasional, n paling bagus! Ke betulan yang gue liat sekolah lo yang bagus!”
“terserah lo lah!” sementara itu, Lintang mencari ide untuk menyelamatkan Lilian di acara Baksos di sekolah. Walaupun Lilian nggak memintanya, hati Lintang ingin menolong temannya itu. Namun kadang-kadang Lintang suka senyum-senyum sendiri ketika mengingat perkataan Lilian tadi yang sangat lucu.
Keesokan hari nya, dengan terpaksa Lilian harus berangkat cepat karena takut kejebak macet, selain jalannya yang sempit dan berdesakkan, dia harus membawa motornya pelan-pelan karena pergi berdua dengan Satria. Yang seperti banci takut dengan kelajuan.
“Sat dah siap lo?”
“udah, dari jam lima tadi!”
“ya udah berangkat yuk?”
“lho kak Kevin nggak berangkat?”
“dia kan masuk jam Sembilan, sedangkan kita masuk jam tujuh!” mereka sampai disekolah dengan tepat waktu, Lilian langsung memasuki ruangan kelasnya. Dan dibiarkannya Satria untuk keruangannya kepala sekolah sendirian. Namun belum masuk kekalas tangan Lilian udah di tarik oleh seseorang.
“asstagfirullah!”
“kaget lo?” seru Lintang sambil ketawa terbahak-bahak.
“ puas lo, pagi-pagi udah buat orang sawan hampir mati!”
“eh, tenang, gue ada berita bagus tentang baksos!”
“ kenapa? Baksos di tunda ya??”
“enak aja lo ngomong, maksud gue, gimana lo tetap jadi bawahan gue tanpa harus ikut turun langsung kelapangan!”
“yang bener lo?”
“buat apa gue bohongin lo?”
“ ya udah deh! Apa pun rencana lo, gue ikutin tapi jangan yang aneh-aneh!”
“ok, ya udah gue kelas dulu yah!” emang kelas Lintang jauh dari kelas Lilian karena Lintang mengambil jurusan IPA dan Lilian mengambil IPS. Waktu Lintang sampai di kelas bertepatan dengan bel masuk berbunyi, di kelas Lilian ada anak baru yang pindahan dari Bogor. Sungguh tak terduga oleh Lilian kalau Satria masuk dikelasnya, dengan sepontan Satria mengambil tempat duduk di sebelah Lilian.
“eh, apa-apaan nih?”
“nggak ada, gue Cuma pengen duduk disini aja! Nggak boleh li?”
“nggak sana lo ma Aldy!” namun Satria tetap ngotot, sepertinya Lintang bakal ada saingan nya, karena satria juga ganteng, bahkan dia dulu menjadi cowok terfavorit disekolahnya. Dan kayaknya disekolah ini juga bakalan menjadi cowok terfavorit. Belum setengah jam mengikuti belajar, nama Lilian dipanggil melalui Mikropon di sekolah, “ di panggil Lilian Agustina Lubis, untuk ke ruangan panitia Baksos!” setelah pemanggilan itu, dengan cepat Lilian pergi permisi dengan guru yang mengajar di kelasnya.
Setelah diluar, ternyata Lintang telah menunggu di depan kelasnya. Maksudnya untuk pergi keruangan Panitia sama-sama, akhir-akhir ini Lintang sering perhatian sama Lilian. Namun Lilian melihatnya biasa aja karena, selain Lilian Tomboy sebenarnya Lilian juga nggak ada cinta sama sekali dengan Lintang. Sepertinya Lintang udah jatuh cinta duluan.
Niatnya Cuma mau buktiin ke anak-anak cewek, bahwa dirinya bukan anak laki-laki, atau labih tepatnya bahwa dirinya bukan pecinta sesama jenis, namun seiring dengan berjalannya waktu ternyata, Lintang benar-benar jatuh cinta sama Lilian. Awalnya Lilian masih biasa-biasa aja.
“Li, mungkin nggak yah, anak tomboy seperti lo bisa jatuh cinta?”
“mungkin bisa!”
“lho kok mungkin?”
“yah mungkin aja, gue nggak tau!”
“lo kan tomboy, emang nya lo belum pernah jatuh cinta yah???”
“kayak nya sih belom, hehehe!” Lintang kelihatannya lemas sekali ketika mendengar kata Lilian kalau dia belumpernah jatuh cinta. Sebenarnya Satria tau kalau Lintang suka sama Lilian, kebetulan Lilian pamit terlebih dahulu karena hari itu dia jadwal latihan basket di tempat biasa. Tak lama kemudian Satria nyamperin Lintang yang terduduk lemas, Satria udah ngikutin mereka berdua sejak tadi pulang sekolah. Satria curiga kalau Lintang jatuh cinta pada Lilian.
“lho, elo itu anak baru itukan?”
“iya lagian guekan udah lama di sekolahan lo, masa nggak kenal-kenal juga sih!”
“nggak Cuma kitakan jarang ketemu!”
“ouh, elo suka yah sama Lilian!”
“kenapa lo, bilang kayak gitu ke gue!”
“lo tau, kalau gue ini sepupunya Lilian!”
“apa?”
“tapi lo jangan bilang-bilang ke anak satu sekolah yah?”
“emangnya, lo mau ngasih gue apa? Kalau gue ngerahasiain lo sepupu nya Lilian!”
“lo bakalan gue comblangin ma Lilian!” akhirnya ada juga yang mau ngebantuin Lintang untuk mendapatkan si tomboy yang susah jatuh cinta, mungkin Kevin bakalan seneng kalau adiknya dapat pacar. Karena selama ini Kevin juga termaksud anak-anak yang bilang Lilian itu Lesbi atau penyuka sesama jenis. Sedangkan di tempat latihan dia focus dengan latihannya, tiba-tiba fikirannya melayang sampai ke Lintang, entah angin apa yang membawa nama Lintang masuk ke dalam fikirannya. Semenjak itu Lilian mulai merasakan suka sama Lintang, seringkali Lilian menghayal kalau dia yang bakalan jadi pacarnya Lintang. Namun khayalannya ia tepiskan karena tidak mungkin kalau ia bisa jadian sama lintang, saingan nya aja Tia orang terpintar setelah Lintang di IPA.
Hari itu Satria ngeliat Lilian ngelamun sambil senyum-senyuum sendiri, Sedangkan Tv dibiarkan hidup. Jadi bukan Lilian bukannya menonton Tv jadi Tv yang menontonnya. Satria duduk disebelahnya, namun sama saja Lilian tetap melamun dan senyum-senyum sendiri rasanya kehadiran Satria disampingnya tidak di hiraukan oleh sepupunya itu. Sampai akhirnya Satria mencoba mematikan Tv nya, namun sama saja Liluan nggak mau juga bangun dari lamunannya. Sampai akhirnya Kevin datang dengan pandangan aneh terhadap Lilian dan Satria, mata Satria focus dengan acra Tv yang ditontonnya, dan tangannya sibuk dengan makanan setoples yang ada atas meja.
“lho kalian berdua kenapa?”
“bukan kalian berdua kak, tapi Lilian aja gua nggak ikut-ikut tau nggak!!!”
“ya amapun, dia kenak virus apa tadi kok bisa jadi gini!”
“ Virus Cinta kali!” tiba-tiba suara Lilian terdengar yang lumayan kuat.
“sat, gue sayang sama Lintang! Mungkin nggak yah gue bisa dapetin dia!” keesokan harinya, Satria bertabrakan dengan Tia ketika Keluar dari perpustakaan, sedangkan Tia membawa banyak buku-buku yang harus diantarnya keruangan guru. Mata Tia nggak bisa lepas dari pandangan mata Satria, namun Satria menepiskannya.
“sory-sory, ini emang salah gue!” seru Satria dengan nada bersalah.
“ouh nggak apa-apa kok!” semenjak pertemuan itu Obsesi Tia untuk jadi Pacarnya Lintang, putus. Ia lebih memilih Satria untuk jadi pacarnya, seiring dengan waktu Satria mulai jatuh cinta pada Tia, namun Lintang masih tetap aja nggak PD untuk mengungkapkan cintanya sama Lilian padahal Satria udah bilang kalau Lilian udah cinta beneran sama dia. Setelah Tia bertabrakan dengan Satria, Tia mulai melupakan kalau dia suka sama Lintang. Akhir-akhir ini Tia lebih sering melamunkan Satria, dia berharap Satria juga jatuh cinta padanya. Ternyata benar hari minggu ini Satria memberanikan diri untuk menembak Tia karena, Satria udah jatuh Cinta beneran sama Tia.
“ada apa Sat, tiba-tiba ngajak gue ketemuan?” Tanya Tia bingung sendiri.
“ada deh, duduk aja dulu! Yang santai aja! Mau pesen apa?”
“pesen apa yah? Kamu udah pesen belum?”
“belum nih!”
“ems samain aja sama kamu punya!” hari itu adalah hari yang paling membahagiakan bagi Tia, hari itu Satria nembak Tia, dan itu membuat Tia nggak bisa tidur malam itu. Sedangkan Lintang lagi cari cara untuk nembak Lilian, Satria tetap berusaha untuk memepesatukan Lintang dan Lilian. Mereka berdua susah disuruh untuk jadian aja, akhirnya Satria untuk memutuskan mengirim surat dan menyatakan bahwa Lintang dan Lilian bertemu di Caffe Coklat siang itu sekitar pukul empat belas.
Lilian semangat untuk pergi kesana dalam fikirannya ia yakin kalau Lintang bakalan menembaknya, namun Lintang bingung kenapa Lilian yang meminta pertemuan itu, sedangkan acara Baksos masih sekitar semingguan lagi. Namun bagai mana pun Lintang tetap datang ke Caffe itu. Setelah mereka sampai di Caffe itu, pelayan yang disana mempersilahkan masuk dan menunjukan tempat dimana mereka harus duduk, kebetulan Lintang dan Lilian masuk berbarengan. Setelah seorang pelayan menunjukan tempat duduk yang ada seorang laki-laki itu, mereka berdua mendekat dan terkejut karena yang dilihat adalah Satria.
“nggak usah keget gitu kali!”
“emangnya lo ngapain nyuruh kita berdua kesini, pake nama gue ma Lintang lagi!”
“gue itu gemes dengan percintaan kalian yang nggak pernah mau ngalah satu sama lain tau nggak!”
“so, mau lo gue nembak Lilian gitu!’ seru Lintang sedikit malu-malu, namun Satria hanya mengangguk, “ ok…. Ok….!”
“Li, sebenernya, awal pertama kita ketemu sama lo bilang kalau lo ikut baksos Cuma pengen nunjukin keteman-teman kalau lo itu bukan….., gue suka ma lo Li!”
“sebenernya gue juga suka sama lo tang, semenjak lo mulai perhatian ma gue, dan gue sebenarnya, benar-benar pengen turun ke lapangan, bareng kamu!” seru Lilian menjawab tembakan dari Lintang.
“yah, walaupun nggak seromantis, Satria nembak gue! Jadi deh dari pada nggak jadian-jadian kan!”
“elo, kok ada disini?”: Tanya Lilian.
“gue kan jadian sama Satria dan hari ini kita mau ngedet bareng emangnya kenapa?”
“oh jadi ceritanya dabelded yah!” semenjak itu Lilian dan Tia mulai menjadi sahabat, dan mulai sejak itu Kevin bangga pada adik nya yang super tomboy itu, walau[un begitu Lintang nggak pernah mau Lilian berubah menjadi super feminism, dia mau Lilian berdandan sewajarnya dia, dan nggak diubah-ubah. Ternyata anak yang super tomboy pun bisa jatuh cinta, dan ketika si tomboy jatuh cinta, cowok yang nembak dia adalah orang baik dan superterbaik, yang mau menerima sitomboy sebagai ceweknya, dengan apa ada nya.
Free Template Blogger
collection template
Hot Deals
BERITA_wongANteng
SEO
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar