Selasa, 09 November 2010

Puisi

ambil dari beberapa pencipta puisi

Semu Menjadi Nyata

bintang hanyalah saksi tak bisa berinstruksi
tak mampu menjawab apa pun tentang kesaksiannya

lautan hanyalah hamparan luas berpenghunikan buih
riuhnya ombak membuatnya tak mampu mendengar keluhan sang buih

sang waktu begitu cepat berlalu
tak kan pernah menungg jika kau berhenti
namun dia kan setia mengiringi di setiap langkahmu
mengantarkanmu pada sebuah cinta yang sebenarnya

kau akan terhapus oleh ombak
ketika tertulis di hamparan pasir pantai
dan kau kan abadi tertulis di sebuah hati

kau lah kata yang hilang dari sebuah kalimat cinta
dan kau lah hati yang kan terlabuhkan
di dalam lingkaran jiwa tak bertepi
apakah kau ingin selamanya menjelma menjadi semu
sedangkan cinta begitu menunggumu meninggalkan semu menjadi nyata



Lampiaskan Dendammu Padaku

tak tahan melihatmu seperti itu
terus mendendam
slalu ingin mencaci
kan ku terima pelampiasan dendammu
caci dan pukulah aku sekuat tenagamu
jangan biarkan ku tetap hidup menanggung dosa
ku kan bertahan hidup kali ini
agar kau dapat mewujudkan dendammu itu padaku
hingga akhirnya kau tiada dendam lagi
hingga akhirnya kau tiada benci lagi

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Rabu, 13 Oktober 2010

Belajar Buat Menghargai Kemampuan orang lain

,hay guys, gue kembali lagi nih hari ini, ngblog..... sambil mendengarkan kebisingan kelas gue yang nggak ada guru.... hehehehehe

kali ini gue bercerita tentang kemampuan orang lain, mungkin jadi cerita yang mantap dan mungkin juga jadi cerita yang super biasa ajah.........................................

mungkin nggak bagus sama sekali....................

tadi so what, gue mau bercerita dengan rekreasi yang banyak banget,........
whaaahaaahaahaahaahaahaa

dalam hidup ini kita nggak boleh egois apalagi mau menangsendiri, itu mah perbuatan yang merugikan diri sendiri,........

orang pintar, sibuk dengan kepintarannya, orang bodoh sibuk mencari pertolongan.............

coba di fikir siapa yang rugi'
tanpa orang bodoh tidak ada orang pintar tanpa ada orang pintar tidak ada yang bodoh....

nggak selamanya orang pintar bisa di semua bidang akademik maupun non aka demik ,,,,,
nyambung nggak sih omongan gue....???? tanpaknya nggak..
tapi seperti apa kata ku tadi, so what gitu loh....
emangnya gue pikirin ,,......

ada kalanya juga orang bodoh itu pintar........, jangan besarkepala donk bagi anak yang otak nya hampir setara dengan prosessor core2duo........(komputer yang paten kan?)

belajar menerima orang lebih mampu dari pada kita itu lebih bagus dari pada, kita menguasai semuanya tanpa memberikan kesempatan bagi orang lain yang jelas-jelas belum bisa...........

gue sering liat orang yang maunya pintar sendiri,...........
terkadang sih menjengkelkan. namun orang nya sendiri aja nggak mau mengalah.......
nah itu dia mulai sekarang kita berantas egois sendiri..... belajar mementingkan orang lain...........

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Jumat, 08 Oktober 2010

Kata_kata Yang membangun

Hy Guys apa kabar nih????



Kalian udah pada kenal belum yang nama nya Pak Mario Teguh................
yang sering tampil hari munggu malam itu loh di Metro Tv dengan acara GoldenWays
jadi gue kutip dari kata2 dia ajah...........................................
gue sih nggak bisa buat kata-kata sebagus dan semenarik dia.........

Televisi bisa sangat berguna,
tapi ada orang yang menonton TV
sebagai pribadi pasif
yang suka menonton orang lain aktif
dalam hidup yang sibuk dan produktif.
...
Yang di sisi dalam layar kaca itu,
bekerja keras dalam hitungan detik,
untuk membangun rating dan audience share yang baik.

Anehnya, orang yang di sisi luar itu,
sudah merasa mengisi hidupnya
dengan pekerjaan yang berguna,
hanya dengan menonton.




Kebaikan hidup dibangun oleh hal-hal yang kita selesaikan.

Semakin besar jumlah pekerjaan yang Anda selesaikan,
kehidupan Anda akan semakin damai dan mampu.

...Lihatlah ke dalam impian dan pikiran Anda.
Apakah isinya hanya angan-angan dan rencana
yang tidak pernah melihat bentuknya dalam
pekerjaan yang sesungguhnya?

Hidup Anda penting.

Janganlah hanya rajin memulai,
tetapi malas menyelesaikan.

huhuhuhuhuhuhuh
sebagai pembantas ajah sih...........
sebenarnya

Tuhanku,

Engkau demikian pengasih
sehingga aku tak mungkin Kau telantarkan,

...Kekasih-Mu yang kecil ini memang agak nakal,
belum ikhlas meninggalkan kesenangan
yang tak penting, suka menunda
tapi tak sabar menuntut rezeki.

Aku letih dengan keadaanku selama ini.

Aku memohon,
dengan kuasa-Mu yang tak terbatas itu,
barukanlah aku esok pagi,
ringankan dan segarkanlah jiwaku,
agar aku sesuai
bagi hidup yang baru.

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Sabtu, 02 Oktober 2010

SuPeR DuPeR BiG GaJaH B'ThUnDer

Hy, guys.........
kali Ini cerBung...........
gue nggk terlalu perduli kalau seandainya nggk ada yang baca atau yang kunjungin..................
Blog Ini cuma hanya sekedar pelanpiasan Hasrat................
ce ileh....................................
MaLaM minggu gini enakkan NgebLog, Dari pada Dugem ( hems, atau duduk gembel), atau hanya sekedar buat jual tampang di tepi jalan kayak orang mau minta sumbangan gitu UPS sory buat yang ngelakuin nya,.,....

oH iya...... seandainya ada yng baca Nih.......
aPa Lgi Buat Orang "Ndut" sama seperti "gUe" yang sama Ndut nya...............
JGn Trsinggung yahg.......



ems, foto nya sih sebenarnya buat ngeramaiin ajah sih...

Awal dari sebuah persahabatan
Malam itu dua orang cewek pergi kesebuah supermarket dengan fasilitas SPBUnya, sebelum mereka pergi berbelanja, mereka mengisi bensin terlebih dahulu. Perlu waktu lama untuk mengisi bensin motor mereka sebab pengantirian yang cukup panjang, nama kedua cewek itu adalah, Tyha dan Iema. Setelah mengisi bensin mereka menuju supermarket yang berada tepat disebelah SPBU. Setelah sampai disana, Iema sibuk memprarkirkan motornya, sedangkan Tyha sibuk meliha-lihat sekitar Parkiran Supermarket.
“oh, my God !” suara Tyha sepertinya terkejut, “ma…..iema…… tu orang, apa Gajah yah? Naek Thunder!” seru Tyha sambil memukul pundak Iema.
“apaan sih yha?” Iema sedikit marah, sambil memandang kearah Tyha memandang, “Oh my god, Kontainer besar Datang!”
“dia jalan aja, udah mau roboh nih dunia!”
“wih, badannya kayak gini….!” Membuat sebuah lingkaran besar dengan tangannya, buat si super duper BIG.
“super duper Big Gajah berthunder!” tiba-tiba saja Tyha memberikan julukan buat si super Duper BIG sambil tertawa-tawa. Mereka berdua selalu barengang, karena mereka berdua adalah teman satu kampus, Tyha mengajak Iema untuk tinggal dirumahnya saja, selain ortu Tyha yang tinggal di Ausi, untuk menghemat Biaya kos Iema juga. Melihat pria berthunder yang super duper BIG mereka selalu tertawa setiap kali mengingat kejadian itu. Lewat beberapa hari dari kejadian itu, mereka duduk berdua didepan rumah Tyha.
“Gimana yah, si Super Duper BIG Gajah berthunder itu sekarang! Apakah dia berubah kurus atau malah menjadi, Super-super Duper-duper BIG container Ber Thunder!”
“emangnya ada container naek Thunder, aduh malang nya nasib si thunder!” seru Iema sambil diikuti tawa dari Tyha.
“ aduh Iema lo tau nggak yang namanya istilah! Oh yah, ntar kita belanja yuk, disupermarket yang kemaren!”
“hayo, oh, tuhan pertemukan lah Tyha dengan si Super Duper BIG Gajah BerThunder!”
“ngapain gue mau ketemu sama si Super Duper BIG Gajah BerThunder! Bisa-bisa sial tujuh turunan gue!” seru Tyha.
“Ntar kalau Lo jadian sama si Super Duper Gajah BerThunder itu, jangan pakai Scupy gue yah! Ntar bisa jadi bangkai, karena besinya patah-patah semua!”
“ha, gue jadian sama dia, ogah mending gue jadian sama……!”seru Tyha yang belum menyelesaikan bicaranya, langsung disambung dengan Iema seenaknya saja.
“Anton, anak sebelah yang doyan makan tiga ratus mangkok persatu jam yang beratnya hampir dua ratus kilo lebih kurang!”
Malam itu entah malam yang sial atau membawa keberuntungan buat Tyha dan Iema, tumben banget malam itu Tia ingin membawa mobil Jazz nya yang biasanya hanya terparkir di Garasi rumah nya. Ada perasaan takut tumbuh di hati Iema karena untuk pertama kalinya Iema naik satu mobil dengan Tyha, walaupun Tyha telah mendapatkan sim A. tetap aja perasaan Iema masih takut, ia takut Tyha bakalan nabarak orang. Cara markirnya saat itu sangat ragu-ragu sehingga membuat Iema memasang seribu jantung untuk menghindari sakit jantung mendadak, akibat Tyha menyetir mobil yang ragu.
“Ty pelan-pelan yah! Ngeri gue……., gue aja udah make seribu jantung biar nggak mati mendadak! Sawan Mati gue!” seru Iema yang sembarangan bicara.
“emang lo udah pernah mau mati apa? eh, tenang aja deh lo! Gini-gini gue udah lulus sim A dari pada lo Cuma sim C! itu juga make metik!” seru Tyha dengan nada melecehkan.
“iya tapi markir nya hati-hati ntar nabarak orang tau!” Firasat Iema benar, dia menabarak sesorang yang tepat dibelakang mobilnya ketika memparkirkan mobilnya, “Brank!” entah apa yang Tyha tabrak namun suaranya cukup kuat terdengar hingga didalam mobil.
“tuh kan apa gue bilang , nabarak nih!” seru Iema yang langsung reflex keluar dari mobil. Tiba-tiba suaranya memecahkan keheningan parkiran super market, namun nggak ada satu orang pun yang mau membantu.
“oh my god, apa lagi ini?” Tanya Tyha sambil memegang kepalanya dengan kedua tangan.
“mampus gue, bisa kena sial tujuh hari tujuh malam kalau kayak gini! Gimana nih Ty mana nggak ada satu orang pun yang ngebantu lagi!” seru Iema.
“coba angkat aja yuk, ma?” seru Tyha nggak pake pikir panjang dan akal sehatnya.
“angakat? Mau ikutan mampus lo! Lihat deh pake mata makanya jangan liat pake idung lo! Badan kayak Gajah gini mau lo angakat!”seru Iema yang memiliki nada bicara asal-asalan.
“maksud gue, kita…..! apa yah?” seru si Tyha lupa ingin mengatakan sesuatu.
“aduh, mau masukin mobil lo juga terlalu kecil tau gimana nih?” seru Iema mulai bingung dengan keadaan orang itu.
“tapi ngomong-ngomong, dia si BIG itu kan?”
“kemana aja lo, lubang semut? Ia ini dia tau!” kata Iema, tiba-tiba seseorang kariyawan super market keluar melihat Iema dan Tyha sepertinya panik, dan dia langsung berlari menuju tempat orang itu.
“ada apa nih?” Tanya nya sedikit bingung.
“aduh plis tolongin kita donk! Angakat bareng-bareng si BIG!” seru Iema tanpa basa basi.
“BIG?” Tanya nya bingung.
“hehehe, nggak-nggak, maksud nya angkat cowok ini!” seru Iema yang salah bicara sepertinya.
“gimana Gue mau nolongin elo pada, nggak liat badan gue aja udah sama kayak tengkorak hidup! Mungkin tulang nya aja lebih besar dari pada badan gue ini!” seru Cowok itu dengan seksama.
“atau gimana kalau kita telfon Derek mobil!” seru Iema tanpa pikir panjang.
“lo gila ma, dia itu manusia bukan Mobil tau!” seru Tyha sambil memukul pundak Iema.
“mau gimana lagi?” Tanya Iema, sepertinya Fikiran Iema mulai kacau.
“atau kita minta bantuan dari pengunjung-pengunjung supermarket aja?”
“aduh, gimana nih! Mobil guekan kecil ntar rusak gimana! Bayar nya mahal tau!”
“pelit amat lo Ty, untuk nolongin orang aja!”
“bukannya pelit! Nih bayangin aja ya, ntar bayar rumah sakit dia, trus perbaiki mobil! Otomatis, Jok mobil gue mesti di ganti semua, ntar kalau dia minta ganti rugi gimana?”
“sumpah, baru pertama kali gue ketemu orang kayak lo Ty! PELIT!”
“udah-udah jangan barentem, kebetulan ada truk, yang ngantar gallon tuh! Kita pake itu aja!” kata cowok itu sambil menunjuk Truk yang ada didepan supermarket. Butuh hampir tiga puluh orang untuk mengankat si SUPER DUPER BIG GAJAH Ber Thunder. Seorang dari mereka berkata “mau bayar berapa kita buat ngankat nih anak yang gedek nya luar biasa!”, butuh waktu setengah jam untuk sampai dirumah sakit. Yang menjaga Cowok BIG tersebut si Cowok kariyawan super market. Sampailah dirumah sakit. Dengan cepat cowok itu, memanggil beberapa perawat.
“aduh mas, gimana kita mau ngangkat nya nih?” seru salah satu perawat.
“gimana, kalau di seret aja sus?” seru Iema tiba-tiba.
“astagfirullah!” seru cowok itu sepertinya terkejut. Akhirnya Si BIG di seret ketempat tidur, dan beberapa suster , Tyha, Iema dan Cowok itu mengikuti jugakemana arah Si BIG, di bawa. Sampainya diruang UGD Tyha, Iema, dan Cowok itu dilarang masuk diruangan UGD. Entah apa yang terjadi dengan Tyha, dari tadi yang dilakukannya hanyalah mondar-mandir kayak setrikaan panas.
“Ty, nggak usah mondar-mandir donk, risih gue litanya!”
“aduh Iema, mati nggak yah tuh orang!”
“eh, jangan sembarangan ngomong donk! Jadi takut nih gue!”
“gue juga, masalahnya gue yang nabrak tau!”
“nah gue lo bilang apa, gue tepat di sebelah lo tau!” seru Iema dengan nada menantang.
“udah-udah, ikutan pusing gue!”seru si Cowok itu, menjauhkan mereka.
“dari pada kita berantem, mending kita kenalan dulu! Lo belum kasih tau nama lo kan!”seru Iema yang meredamkan permasalah mereka.
“oh iya lupa, nama gue Kevin! Nah lo pada?”
“nama gue Iema! Eh kalau dilihat-lihat lo itu cungkring ya? Udah kurus tinggi pula! Kaya orang cacingan!” seru Iema cuek dan tanpa melihat Kevin, Kevin udah biasa aja. Sebab udah banyak yang bilang kalau dia itu emang cungkring.
“kalau gue! Tyha Puji, anak paling cantik, N manis. Tidak sombong tapi…………!”
“Rada PELIT!” seru Iema menyambung pembicaraan Tyha.
“enak aja lo, gue bukannya pelit tapi menghemat tau!”
“apa bedanya!”
“aduh, udah-udah deh! Lo berdua pada berantem aja!” tiba-tiba seorang Suster datang menghampiri mereka bertiga, untuk menannyakan administrasi nya.
“maaf mbak ,mas, Administrasinya harus segera diurus, agar pasien dapat di rawat secara medis!”
“iya Sus, kita tau kok! Kita itu nunggu info keadaannya dulu!” seru Tyha ketus.
“tau nih, mbak….. ngak sabar banget sih! Kita pasti bayar kok!”seru Iema yang ikut-ikutan ketus.
“secepatnya yah mbak, mas?” seru Suster itu, agak sedikit marah, akibat di ketusin sama Tyha. Akhirnya yang ditunggu-tunggu keluar juga, Dokter yang tinggi dan lumayan Ganteng.
“keluarga pasien yang mana?”
“dia dok!” seru ketiga anak itu saling menunjuk.
“yang mana satu yang benar!”
“kita bertiga dok!” seru mereka berbarengan.
“keadaan, pasien tersebut nggak terlalu parah! Hanya saja dia Cuma luka ringan, sebentar lagi juga siuman!” setelah mendengar keadaan Cowok BIG, mereka langsung pergi ke Repsesionis untuk membayar semua administrasinya.
“jadi semuanya berapa sus?”
“semuanya satu juta enam ratus tiga belas ribu rupiah!”
“kebetulan gue bawa sejut ni! Lo pada nabahin yah?” seru Tyha, sambil mengeluarkan uang pecahan seratus ribuan.
“gue berapa yah?” seru cowok itu, “ gue adanya segini nih!” sambil mengeluarkan uang pecahan seratusribu, sepuluh ribu, dan dua ribuan, sisanya uang recehan.
“ya ampun vin, uang lo banyak, amet! Tapi tetep aja kurang!” seru Tyha.
“tenang-tenang, jangan panik! Gue ada banyak nih recehannya!”seru Iema yang menenangkan, namun dengan candaan.
“ma, jangan bercanda deh!” muka Tyha menunjukan marah pada Iema.
“maksud gue recehan lima puluh ribuan!” seru Iema tersenyum lebar, bagaikan orang yang nggak bersalah.
“eh ma,lo belajar bahasa Indonesia di mana ?” Tanya Kevin sambil menatap tajam.
“ kemaren SD gue belajarnya, sama orang Inggris!” menjawab dengan muka polosnya.
“eh ma, pantes lo masuk teknik Informatika! Belajar bahasa Indonesia itu sama, Bapak Boediono!” seru Tyha dengan nada kesal n ketusnya.
“udah, emergensi nih! Cepet lo punya uang berapa?”seru Kevin kesel karena dari tadi Iema asik bercanda.
“ Lima puluh ribu!” seru Iema mengeluarkan uang lima puluh ribuannya.
“ Itu lima puluh ribu atau lima ratus ribu?”seru Kevin sambil menggelengkan kepala.
“oh iya lima ratus ribu!” seru Iema sambil pergi menuju ruangan si Super Duper BIG Gajah ber Thunder. Namun kedua temannya masih mengurus biaya pengobatan si BIG.
“terimakasih yah Mbak? Oh iya, temannya yang tadi di lesin bahasa Indonesia yah mbak?” seru Suster itu tertawa kecil. Kevin dan Tyha pun berjalan menuju ruang perwatan Si super duper big gajah berthunder. Setelah mereka berdua masuk kekamar , terlihat Iema telah duduk lemas disofa yang di sediakan untuk para tamu yang menjenguk. Tampang Iema sepertinya lelah sekali.
“lo mau tidur, tidur aja ma!” seru Kevin, sambil duduk di kursi yang tepat berada di sebelah ranjang. Tanpa mengeluarkan sepatah kata, Iema langsung mengankat kakinya di sofa.
“nih, anak memang yah! Nggak bilang-bilang dulu!”
“lo kalau mau tidur, tidur aja Ty!” seru Kevin dengan volume yang sangat pelan, dan hampir tidak terdengar.
“gimana gue mau tidur! Sofanya aja udah penuh!” seru Tyha kesal.
“ha, ato nggak di sebelah si Big nih!” seru Kevin dengan sedikit tertawa.
“ogah deh gue! Tidur disini aja deh!” sambil duduk di sebrang Kevin, “oh iya, emang lo nggak di marah tuh?”
“yah terima nasib deh! Nyawa tuh, lebih berharga dari pada pekerjaan!”
“Boleh nanyak nih?”
“nggak, emang nya ada yah UUD ngelarang orang bertanya, SOB kita kan demokrasi!”
“lo tamatan apa?”
“sementara ini gue S3!”
“wih, hebat lo!”
“yah lah, SD, SMP, n SMA! Jadi kalau di gabungin S3 kan?” seru Kevin sambil tertawa.
“elo Vin, ada-ada aja?”
“hehehe, bukan Kevin Pramana nama nya kalau sesuatu yang nggak ada!”
“ya iya lah, yang nggak ada itu SETAN o’on! Gue serius nih, sekarang kuliah nggak?”
“menurut lo, tampang gue yang ganteng ini gimana?”
“ih PD banget lo?”
“elo aja bisa PD apa lagi gue! Gue itu kuliah!” seru Kevin.
“oh ya….. jurusan apa n Kul dimana?” Tanya Tyha yang mulai penasaran.
“gue kuliah di STAN, jurusan akun!” seru Kevin, “eh kalau lo, pasti jurusan IP kan?”
“nggak!” sedikit kata dan mengeluarkan tamapang curiga.
“IP itu, ilmu pelitkan?” seru Kevin sambil melihat keadaan BIG, “nih orang lengannya, dua kali lipat paha gue!” sambil meletakan kepalanya dilengan si BIG karena empuk.
“cungkring, gue kan udah bilang gue itu menghemat, bukan pelit!” mereka asyik mengobrol sampai akhirnya Tyha tidak menyadari kalau Kevin telah tertidur, “nih anak, kelewatan kirim e-mail kek kalau mau tidur!” Tyhapun ikut tertidur.
Pagi menjelang, matahari semakin menampakkan dirinya. Dengan silaunya cahaya matahari melewati celah-celah jendela kamar , Iema pun terbangun dan Reflek melihat arlojinya.
“mampus gue, udah jam gini! Mana hari ini pratikum jaringan lagi!” dengan tanpa melihat keadaan temannya yang tertidur pulas. Dia pun langsung pulang dan bersiap-siap ke kampus. Beberapa saat Iema sampai dirumah dengan menggunakan ojek, Kevinpun terbangun. Niat awalnya ingin membangunkan Iema dan Tyha, tetapi tidak dijumpainya Iema di sofa dimana tadi malam dia tidur.
“Ty, Tyha, bangun! Si Iema mana?” Tanya Kevin bingung.
“apaan sih lo cungkring, gue lagi enak-enakan tidur!”
“eh Miss Pelit, lo liat tuh temen lo! Ngilang dia, ato jangan-jangan lo ngomongin setan tadi malam!” seru Kevin keliatan ingin menakut-nakutin Tyha.
“eh cungkring, jangan nakut-nakutin gue deh!” sambil mengeluarkan BB nya di dalam saku celana jinsnya. Sementara itu di tempat Iema, BB nya berdering cukup lama.
“siapa yang nelfon sih ngaggu aja! Dimana yah kabel LAN gue?” Iema pun mengangkat telfon, tanpa melihat layar BB.
“eh, lo dimana? Nggak pamit bagus yah?” seru Tyha dengan nada tinggi.
“gue hari ini ada Pratikum! Sorry deh, ntar pulang gue langsung kesana deh!” seru Iema mematikan ponselnya, tanpa menunggu Tyha menjawab. Sampainya Iema di kampus, dia langsung berlari menuju ruang Pratikum, ternyata Iema terlambat lima menit, kebetulan dosen yang mengajar lumayan Killer nya.
“maaf pak saya telat!” seru Iema sambil ngos-ngosan.
“nenek udah bau tanah juga udah tau kamu terlambat!” seru Dosen itu, ‘bapak apa bedanya bentar lagi juga out!’ seru Iema dalam hati.
“tadi malam saya di rumah sakit pak?” seru iema dengan menundukan kepalnya.
“emangnya saya ada nanya?” Tanya Dosen itu dengan nada tinggi, “ya udah duduk sana, karena kamu udah telat, kerjain tugas kamu dalam waktu sepuluh menit!”
“lambat banget pak?” Tanya Iema sambil tertawa kecil.
“saya nggak mau tau, siap-nggak siap, bukan urusan saya!” seru Bapak itu dengan nada garang.
“baik paaaaaaaaaaak!” seru nya panjang, dan pergi ketempatnya. Ternyata nggak butuh waktu sepuluh menit untuk nyiapin tugas, yang diberikan oleh Dosennya. Tiba-tiba, komputer yang digunakan untuk membuat system jaringan di lab itu. Iema putuskan secara otomatis jaringannya, sekaligus dia mematikan semua komputer yang ada didalam lab, beserta Laptop dosennya.
“Woi, siapa nih, yang matiin! Rusuh banget sih?” seru semua anak-anak didalam Lab.
“pak!” seru Iema mengacungkan tangannya.
“ada apa, pasti kamu yang bikin ulahkan?” seru Dosen dengan nada sedikit marah.
“hehehe, tapi sudah berhasilkan pak!” dosennya hanya mengangguk kan kepala. “jadi boleh keluar donk pak?”
“hem, sana!” sambil menggelengkan kepalanya kearah pintu.
“oke deh pak!” menggeluarkan senyum yang lebar, “bye…bye…., teman-teman selamat berjuang yah! Moga sukses.” Sambil melangkah kearah pintu Iema pun melambaikan tangannya kearah dosen.
“dada… bapak!” seru Iema.
“sayang saja kamu anak terpintar, di kelas saya! Kalau nggak udah saya skorsink!” serunya sambil menyuruh mahasiswa dan mahasiswi lainnya untuk mengulang pekerjaan mereka yang gagal akibat ulah Iema.
Sepanjang perjalanan menuju Kantin Iema BBM’n, dengan Tyha, sambil tertawa-tawa layaknya orang stress dijalan. Semua mahasiswa-mahasiswi yang berada di koridor sepanjang jalan, melihat tingkah Iema. Ternyata Kantin cukup ramai. Iema langsung memutuskan BBM’nnya dengan Tyha karena Iema lagi kepengen makan. Baru Iema menyuapkan Bakso kemulutnya, tiba-tiba Jony anak Fakultas Seni datang menghampiri Iema.
“OH…… Iema, dimana kah gerangan Adinda Tyha, yang kucintai berada!”seru Jony dengan sajak nggak pentingnya.
“hek..hek….!” bakso yang baru saja mendarat dimulutnya, terbuang dengan sia-sia, “hampir aja gue mati keselek Bakso utuh!”
“I’m so…sory! Dimana kah gerangan adinda Tyha berada! Apa gerangan hari ini kalian tidak bersama!” seru Jony masih dengan sajaknya.
“negk, gue liat lo bersajak Jon!” serunya meninggalkan Bakso yang Iema makan, baru kali ini Iema tidak menghabiskan makanannya, “mimpi apa gue tadi malem sampai ketemu orang kayak dia!”. Sedangkan Tyha marah-marah karena Iema nggak balik-balik kerumah sakit.

-------------------------***--------------------------



“kemana aja lo? Siang ini gue ada kelas nih!” setibanya Iema di kamar pasien, ia langsung di marah-marah sama Tyha.
“ia sory,sory!” seru Iema, “udah kalau lo mau pergi, pergi aja dia biar gue yang jaga!”
“gue belum mandi ni, sempat nggak yah gue mandi dulu?” Tanya Tyha kepada Iema.
“udah deh, nggak usah mandi lagi napa!”
“enak aja lo kalau ngomong! Emangnya gue elo!” mengambil tasnya langsung pergi, meninggalkan Iema beserta BIG. Untuk hari ini Tyha benar-benar pergi kekampus nggak mandi karena ia takut telat masuk kekelasnya. sedangkan Ditempat Kevin, ia di tegur sama bosnya karena semalam ia main kabur gitu aja, tanpa pamit.
“maaf pak, saya semalam bantuin orang yang kecelakaan, di parkiran super market kita! Kalau nggak di bantuin, ntar apa kata pengunjung, ntar….!” Seru Kevin nggak berhenti-henti ngomong.
“kamu kalau ngomong, nggak pernah pake rem yah! Ngegas terus!” seru Bos Kevin.
“ah bapak, bisa aja!” seru Kevin.
“ya sudah, pekerjaan kamu sudah selesai kan?” Tanya bosnya.
“udah Pak, saya udah mau pulang nih!” seru Kevin sambil menyium tangan Bosnya. Sebelum kembali kerumah sakit, ia pulang dulu kerumah dengan membawa makanan dan obat buat ayahnya yang sakit.
“pa, ini makan dulu Kevin bawakan makanan!” seru Kevin dengan sayang kepada Ayahnya. Setelah itu Kevin langsung menelfon Tyha untuk menjemputnya.
“ada apaan Cungkring!” Tanya Tyha kepada Kevin.
“Jemput Gue Miss Pelit?”
“mau gue jemput dimana?”
“jemput gue di super market aja deh!”
“ ya udah setengah jam lagi gue jemput lo, tunggu gue disana.” Kevin berpamitan dengan Papanya yang hampir Setengah tahun mengidap penyakit paru-paru, namun nggak ada biaya untuk mengobati ayahnya. Dari rumah Kevin nggak perlu waktu lama menuju supermarket. Ternyata Kevin dulu yang sampai di supermarket.
“kemana si Tyha katanya setengah Jam lagi!” tiba-tiba Tyha datang , dengan Jazz Pink nya yang mengkilap banget.
“cungkring, lo aja deh yang nyetir! Badan gue pegel-pegel, semua ni!” seru Tyha langsung duduk disebelah Kevin, “eh entar singgah di warung bubur ya?”
“ngapain?” Tanya Kevin bingung.
“si Big udah siuman sekarang dia lagi di jaga ma Iema tuh!”
“si miss Ngilang?” Kevin, sambil menyetir dengan senyum, “ di depan sana ada toko bubur, bubur disana enak deh!” seru Kevin menunjukan Toko bubur yang hampir dekat.
“ya udah kita kesitu aja!” seru Tyha mengyetujui usulan Kevin, sampainya disana Kevin yang turun untuk membeli Bubur buat si Big.
“beli berapa Miss Pelit?” Tanya Kevin berbicara melalui Kaca jendela Mobil.
“beli berapa yah?”
“dua puluh tiga gimana?” usul Kevin tanpa berfikir.
“boleh juga tuh! Si Big kan porsi Gedek” seru Tyha mereka langsung membeli dua puluh tiga bungkus, kebentulan pemilik Toko bubur itu kenal dengan Kevin, sehingga si pelayan mengobrol dulu dengan Kevin.
“mau beli berapa Vin?” Tanya pemilik Toko dengan seksama.
“duapuluh tiga bungkus yah mang!”
“tumben banget banyak, ngadain kenduri lo Vin?”
“ah, mang itu bisa aja! Nggak ini buat temen gue lagi sakit!” seru Kevin sambil membantu membungkus Bubur.
“semalem perasaan nggak ada berita tawuran deh?” mendengar perkataan dari pelayan itu Kevin pun bingung, gimana menjelaskan duduk permasalahannya.
“oh, nggak dia itu! Apa yah……., ah udah lah sama aja kan, kalau gue kasih tau mang juga nggak bakalan kenal!” seru Kevin ngeles, dilihatnya Buburnya telah selesai dibungkus, “mang ini udah dua puluh tiga, jadi semuanya berapa?”
“dua ratus Vin!” seru si Penjual.
“gimana sih kak, kan dua ratus tiga puluh!” seru adik si penjual itu, yang sedari tadi ikut membungkus buburnya.
“udah nggak papa, buat lo Vin!”
“ widih baik banget lo mang?” seru Kevin sambil meninggalkan toko bubur tersebut. Dan memberikan bubur nya kepada Tyha, kemudian Kevin masuk kedalam mobil dan menstarter mobilnya, lalu melaju dengan kecepatan rata-rata. Ditempat Iema dan si super duper BIG gajah berthunder, mereka terlihat semakin akrab.
“Big, kuliah dimana? N sekali lagi sory ya, gue ma temen gue udah nabarak lo?”
“gue, kuliah di UNJ! ya udah lah, toh semua udah terjadi!” seru Bimo, dengan sangat ramahnya.
“lagi dimana lo?” Tanya Iema dengan menggunakan BB nya.
“tunggu aja deh bentar lagi juga nyampek!” seru Tyha, Iema pun menunggu kedatangan Tyha hampir lima belas menit, Tyha belum juga menampakkan batang hidungnya. Saking kesalnya, Iema langsung begitu saja meninggalkan BIG sendirian dirumah sakit. Tepat di koridor rumah sakit Tyha sibuk dengan bawaannya yang cukup banyak dan berat. Sedangkan Kevin langsung lari menuju toilet, Tyha berjalan nggak melihat didepan ada siapa, dan Tyha menabrak seseorang. Sehingga membuat semua buburnya jatuh dan tumpah.
“eh lo tu punya mata nggak sih! Nggak liat apa gue segede ini!” seru Tyha, mulai marah-marah.
“nyadar donk lo, yang nabrak duluan itu, bukan Gue tapi LO!” seru orang itu nggak kalah marah, sambil mengacungkan jari telunjuknya tepat di muka Tyha.
“tapi kan lo yang salah, liat ni bubur gue tumpah semua tau! Gue nggak mau tau Ganti atau lo bakal nyesel!”
“bodo amat, emang lo siapa? Lagian semua pasien yang ada dirumah sakit ini ada keluarganya! Nggak perlu lo repot-repot beli bubur untuk mereka!” seru cowok itu ketus, n nggak mau kalah.
“eh….. liat ya, kalau gue jumpa ma lo lagi gue bales perbuatan lo!” seru Tyha meninggal kan cowok itu yang bersama temannya. Datang menuju kamar Si BIG, sambil ngoceh sendiri Tyha nggak nyadar kalau sepajang koridor rumah sakit ia asyik merocos yang nggak penting. Dan itu membuat tontonan asyik bagi para pengunjung rumah sakit. Ketika Tyha sampai dikamar BIG berpas-pasan dengan Kevin yang kelihatannya sedikit ceria, ketika telah medapatkan toilet.
“kemana aja lo cungkring?” Tanya Tyha dengan nada masih marah.
“kenapa lo? Abis ketelen biji duren!” seru Kevin dengan tersenyum-senyum tanpa merasa bersalah.
“ma, gi…..!” seru Tyha ketika membuka pintu, tidak dilihatnya Iema di kamar itu.
“anak itu, doyan banget ngilang! Ilmu apa ya yang dia pake?” seru Kevin ketika itu.
“eh, elo udah bangun?” seru Tyha mengalihkan pembicaraan.
“belum, gue masih pingsan kok!”
“ha, sumpah baru pertama kali orang pingsan bisa nyambung orang nanyak.!” Seru Kevin yang langsung mengambil tempat duduk disebelah BIG, “BTW keadaan lo gimana? N nama lo siapa?”
“atau kita panggil BIG aja gimana!” seru Tyha tanpa melihat tampang si BIG.
“eh miss pelit apaan sih lo?” seru Kevin, yang nggak mau nyinggung perasaan BIG.
“nggak pa_pa koq! Keadaan gue yah begini, n nama gue Bimo!” seru Bimo dengan sedikit lemas, “lo pada namanya?”
“gue Kevin!” seru Kevin singkat.
“Gue, Tyha Puji, anak paling cantik, maniz, nggak sombong n…..!”
“Rada PELIT!” seru Iema tiba-tiba masuk dari pintu kamar.
“asstagfirullah halazim!” seru ketiga temannya, tampak terkejut.
“eh, miss Ngilang! Lo itu kemana aja?” seru Kevin langsung memarahi. Rasanya bukan hal yang aneh buat mereka kalau Iema selalu ngilang disaat hal-hal yang dibutuhkan. Kevin kelihatannya marah ketika Iema selalu ngilang disaat mereka membutuhkan sesuatu.
“sory, sory! Gue tadi abis angkat telfon maka nya gue keluar dulu! jangan tau nya marah-marah aja donk!” seru Iema langsung duduk di ranjang yang tersisa sedikit di atas Ranjang.
“eh, Ty tadi gue suruh bawa bubur kan? Mana bubur nya sekarang!” seru Iema bertanya ketika dia lihat si Big nggak makan bubur.
“sory deh! Tadi gue udah beli, pas gue mau kesini ada yang nabrak gue! Bubur nya jatuh!” seru Tyha menjelaskan duduk pekara ketika dia nggak membawa buburnya.
“ah, elo kebiasaan! Kalau jalan itu jangan ngeliat keatas! Nyari apaa lo di atas?” Tanya Iema dengan nada sedikit marah dan kecewa.
“nyari duit jatuh kali!” seru Kevin dengan nada sedikit bercanda.
“lo itu kuliah dimana cungkring ? SMP belajar fisika nggak?” Tanya Tyha dengan nada sedikit tertawa.
“di jembatan deket rumah sakit itu kali! Dimana-mana jatoh itu ke bawah, bukan keatas!” seru Big dengan nada sedikit bercanda walaupun keadaannya belum sehat.
“permisi, pasien mau kami periksa dulu!” seru seorang suster.
“ok, mbak silahkan saja!” seru Iema dengan nada sedikit kecewa, padahal dia baru saja mau berbicara kepada Big, ketika BIG diperiksa oleh beberapa suster. Iema pergi menghilang lagi, dan lagi-lagi Kevin jengkel dengan ulah Iema.
“kemana lagi anak itu?” Tanya Tyha celingak-celiuk disekitar kamar.
“cari apa Miss Pelit?” Tanya Kevin ikut celingak-celinguk, sedangkan si Big bingung dengan apa yang kedua orang teman barunya cari.
“eh, kalian cari apa?” seru Big dengan suara yang pelan sekali. Iema mempunyai orang yang sering diajaknya curhat, memang dia bapak-bapak. Bapak-bapak itu seorang pedagang es buah, keliling dan Iema suka membantu bapak tersebut jualan. Alasan Iema kabur dari mereka bertiga adalah untuk membantu bapak tersebut.
“eh, Big, Eh Bimo!” seru Tyha gugup.
“kalau lidah lo lebih enak manggil gue BIG, nggak papa kok! Gue sama sekali nggak keberatan!” seru si Bimo dengan nada sedikit Bijaksana.
“aduh, oh my god! Gue salut!” seru Tyha dengan memukul pundak Bimo dengan Lembut.
“eh setau gue, Gerry salut coklat tuh, emang enak, kalau dimakan!!” seru si Kevin dengan nada yang sedikit serius.
“cungkring, gaya lo! Serius sedikit kenapa?” seru Tyha.
“udah-udah kalian perasaan marah-marah mulu.” Seru si Big dengan menatap mereka berdua, “kalian bakalan jadi temen gue nggak?”
“gimana ya, berat!” seru Kevin nada serius dan tak ada sedikitpun tersenyum dan terlihat bercanda.
“eh, lo nggak sopan banget sih cungkring!” seru Tyha sedikit marah, walau Tyha itu rada pelit. Tapi untuk masalah berteman Tyha nggak pernah memilih-milih.
“eh, makanya kalau gue ngomong dengerin dulu! Berat kalau gue ngangkat lo, tapi jangan kan teman jadi sahabat gue juga boleh!” seru Kevin dengan seksama, seiring dengan berjalannya waktu Bimo, Iema, Kevin, dan Tyha menjadi teman yang sangat dekat .
Iema masih saja selalu berteman dengan bapak-bapak tersebut, namun beberapa hari ini ketika Iema mau mencari bapak tersebut tidak ditemukannya. Hingga rasanya Iema harus mencari rumah Bapak penjual es buah itu. Siang itu mereka berempat pergi nongkrong disebuah Caffe tempat biasa mereka nongkrong.
“pokoknya ni Miss Ngilang, lo nggak boleh pergi-pergi lagi!” seru Kevin dengan nada sedikit marah pada Iema, ia takut kalau Iema bakalan ngilang tiba-tiba seperti hobbynya. Yang sering membuat orang panik dan takut. Sampai sekarangpun teman-temannya nggak pernah tau apa yang iema lakukan saat dia sedang menghilang.
“tau nih, susah nyariin lo!” seru Tyha yang ikut-ikutan.
“nggak, nggak bakalan! Lo-lo pada takut banget sih!” seru Iema, akhir-akhir ini Iema jarang banget keluar naek motor. Semenjak mereka udah berempat, mereka lebih sering naek mobilnya Tyha. Hari itu Iema menempatkan janjinya pada ketiga teman-temannya, bahwa ia tidak akan kabur lagi dari tempat tongkrongan mereka. Hal itu membuat Kevin bahagia. Beberapa hari ini Iema sibuk mencari bapak-bapak penjual es buah itu.
“kenapa lo bengong miss Ngilang?” Tanya Bimo saat menemui Iema di caffe seperti biasa.
“nggak papa? Sore ini gue mau pratikum nih!” seru Iema mengelak padahal dia sedang memikirkan, bapak-bapak tersebut. Iema telah menganggap bapak-bapak itu sebagai orang tuanya sendiri, Bimo masih sangat bingung dengan tingkah Iema.
“pratikum aja lo pikirin! Biasanya lo nggak pernah mikirin Pratikum lo! Jangan bohong lo?” Tanya Bimo dengan sembarangan bicara, mereka sedang menunggu Tyha dan Kevin yang nggak pernah Ontime datang buat ngumpul.
“gue pulang aja deh! Mereka lama banget nyampenya?” seru Iema kesal yang telah menunggu Tyha dan Kevin yang lama.
“emangnya lo nunggu udah dari jam berapa?” Tanya Bimo, sambil memakan makanan yang telah dipesannya.
“udah dari pagi dan sore ini, gue ada Pratikum sampe malam!” seru Iema dengan nada yang sedikit lemas.
“ya udah sana kalau lo ada Pratikum sore ini! Gue nunggu aja mereka datang!” seru Bimo bijaksana.
“thaks ya, Big, ntar kalau udah selesai gue pulang lagi kesini!” seru Iema, lemas hari ini Iema nggak bersemangat buat ngapa-ngapain entah bagai mana caranya ia melakukan Pratikum dikampusnya nanti. Sedangkan dikampus teman Iema yang bernama Danang telah menunggu lama, Danang adalah teman Iema yang kemaren menabrak Tyha dikoridor rumah sakit. Sementara itu Iema cepat-cepat datang kekampus untuk menemui Danang, taman yang menjadi satu kelompok dengan Iema. Makanya Danang rela berkorban demi nama Kampus mereka dengan Dosen mereka yang Killernya minta ampun.
“mana sih Iema! Mana alat-alatnya sama dia semua lagi!” Gerutu Danang dengan volume kecil namun cukup terdengar. Setelah sampai di Kampus, Iema langsung cepat-cepat pergi ke fakultasnya, saking tergesa-gesanya Iema , dia menabrak anak Fakultas Ekonomi. Yang kelihatannya juga ingin ke Fakultas Teknik Informatika, Iema terjatuh sepertinya kakinya berdarah.
“eh, sory… sory!” seru Iema yang merasa bersalah atas kecelakaan itu.
“nggak…nggak apa-apa kok! Lo anak Teknik Informatika yah?” Tanya cowok itu dengan ramah.
“iya, sekali lagi gue bener-bener minta maaf yah!” seru Iema yang masih merasa bersalah.
“nggak papa kali, eh kaki lo berdarah tuh! Gue bawain aja yah barang-barangnya? Kebetulan gue juga pengen ke fakultas lo!”
“ah, nggak usah ntar ngerepotin lo!” jawab Iema menolak dengan sopan. Dengan paksaan itu Iema nggak bisa menolak, akhirnya mereka sampai difakultasnya Iema dan Danang. Danang melihat dari kejauhan bahwa Iema bersama sahabatnya yang bernama Naga, Danang pun mendekati mereka yang semakin dekat dengannya. Dia heran mengapa jadi Naga yang membawa bahan-bahan untuk pembuatan robot mereka yang, akan diikuti dikopetisi tingkat Asia tenggara.
“lho ga, kenapa lo ada disini?” Tanya Danang
“gue, iseng-iseng aja mau kentemu lo?” seru Naga dengan nada sedikit bercanda, sedakangkan Iema terduduk lemas di bangku koridor fakultasnya.
“oh, kangen lo ya ma gue! Lho ma kenapa lo lemes banget?” Tanya Danang sambil melihat keadaan teman satu timnya.
“mata kaki gue luka nih! Jadi sakit banget nggak tahan gue! Mo berdiri lama-lama!” seru Iema dengan nada bicara sedikit lemas.
“oh iya hampir lupa nih gue! Nih temen gue namanya Naga!” seru Danang memperkenalkan Diri temannya kepada Iema.
“naga Lyla?” Tanya Iema polos.
“elo bisa aja? Nggak la gue itu Indra sinaga, bukan Indra Perdana Sinaga!” seru Naga meladeni Candaan temannya. Iema beda dari Tyha emosi Tyha langsung memuncak ketika ia bertabrakan dengan orang lain saat dijalan entah itu kesalahan orang atau kesalahan dirinya.
“ouh nama gue Iema!” seru Iema sambil menahan sakitnya, Naga mengetahui kalau Iema sakit. Sehingga ia berinisiatif untuk mengeluarkan Hanssaplas, yang selalu siap sedia di tasnya. Emang dia anak laki-laki yang sangat maco namun yang namanya kecelakaan tidak diketahui oleh siapa pun.
“nih luka lo tutupin aja dulu pake hanssaplas, ntar kalau udah sampai diruamah baru deh lo, bersihin !” seru Naga sambil memasangkan Hanssaplas tersebut ke kaki Iema, hal itu menyentuh buat Iema. Sementara itu dicaffe, Kevin, Tyha dan Bimo asyik dengan candaan mereka yang nggak pernah ada habisnya.
“ems, gue tadi disuruh jemput Iema neh !” seru Tyha sambil menyedot capucino ice nya.
“jadi gue gimana?” seru Kevin dengan nada lemas.
“kan ada Big, lo bawa motor nggak big?”seru Tyha menjelaskan.
“lho bawa motor Big?” Tanya Kevin tiba-tiba.
“otak lo kemana cungkring, motor guekan lagi di rumah sakit! Gue hari ini bawa mobil kok tenang aja lo!” seru Big dengan nada yang sangat pelan.
“oh, jadi lori yang didepan caffe tu punya lo ya?” Tanya Tyha dengan asal bicara.
“sembarangan lo, iya itu dia! Tyha tau aja nih” seru Big bercanda.
“apa? Nggak ah! Ngapain naek lori, gue pasti di bak nya! Nggak mau gue!” seru Kevin menolak.
“aduh cungkring, lo itu o’on atau bodoh sih?” Tanya Tyha, dengan nada sedikit bercanda.
“apa yah, o’on terlalu bagus, bodoh jelek banget! pinter deh!” seru Kevin dengan candaannya terus.
“ada-ada aja lo, gimana sih!” seru Big dengan nada sedikit mengantuk.
“ya udah balik yuk!” seru Tyha dengan nada sedikit berat. Tyha tidak jadi menjemput Iema di kampusnya. Sedangkan Tyha langsung pulang kerumah, akhir-akhir ini Iema dan yang lainnya jarang ngumpul bersama, paling yang suka ngumpul Cuma Tyha, Kevin dan Bimo. Tapi ketiga teman Iema sangat pengertian, mereka tidak pernah marah pada Iema karena mereka tau temanya sedang ikut lomba untuk membawa nama kampus dan nama Negara. Hari itu Iema dan Dangan bekerja keras untuk membuat seperangkat robot buat lomba yang akan diikuti mereka minggu depan.
“kapan lombanya miss ngilang?” Tanya Kevin sambil memyamtap minumannya.
“kira-kira minggu depan lah!” seru Iema yang terbiasa dengan julukan Miss ngilang itu.
“emangnya berapa Negara yang ikut miss Ngilang?” Bimo pun ikut terlarut dalam pembicaraan itu, tapi sayang Tyha sibuk dengan BB nya.
“nggak banyak kok, Cuma Negara-negara asean aja kok!” seru Iema yang jarang meninggi, Kevin tercengan ketika Iema menyebutkan asean, “eh cungkring ketelen apa lo? Mulut lo nggak bisa ditutup gitu!”
“baru aja dia ketelan gelas capucino nya tuh! Liat aja gelasnya udah nggak ada lagi kan!” seru Bimo dengan nada bercandanya.
“emangnya gue apaan makan kaca! Kalau ngomong sembarangan sih lo big!” sambil memanyunkan mulutnya, “ eh tu anak sapi ngapain senyum-senyum sendiri?”
“miss pelit….. miss pelit!” panggil Kevin dengan keras, namun tetap aja nggak digubris sama Tyha. Malahan Tyha menganggap tidak ada yang memanggilnya. “buset dah, itu telinga apa jamban ya? Gue panggil kagak denger!”
“paling saking banyak penghuninya jadi budek, apa bedanya ma jamban?” seru Bimo sengaja bercanda biar Tyha lepas dari BB-nya.
“ha, gue punya Ide!” seru Iema tiba-tiba, “gimana kalau kita tinggalin dia, trus semua yang kita pesen nih biar dia yang bayar!” Kevin dan Bimo setuju dengan usulan Iema, mereka pergi meninggalkan temannya. Kebiasaan Iema yang suka ngerjain Tyha nggak berubah-ubah, jangankan Tyha yang lain pun di kerjain sama Iema. Dari mereka berempat, Iema yang paling muda juga yang paling jail.
Tiba-tiba seorang pelayan caffe datang menghampiri Tyha, dan saat itu lah Tyha melepaskan pandangannya dari BB-nya itu. Muka Tyha bingung dengan wathers disana, perasaan Tyha dia belum memesan paling yang memesan itu ketiga teman-temannya. Saat melamun lama akhirnya Tyha sadar kalau dia lagi dikerjain sama teman-temannya.
“mbak semuanya Tiga ratus lima puluh!” seru Pelayan tersebut.
“lho sayakan belum pesan!” seru Tyha menunjukan expresi bingung, “lho kemana mereka!” baru lah Tyha sadar kalau teman-temannya ngerjain dia, “ kurang ajar, gue di kerjain nih!”
Tyha keluar dari caffe dengan merengutkan mukanya karena ia harus kehilangan uang tiga ratus lima puluh ribu, maklum Tyha kan rada-rada pelit. Jadi walaupuun tiga ratus ribu, sama aja menurutnya. Sedangkan teman-temannya mengintip dari kejauhan sambil tertawa-tawa ngakak namun nggak kedengaran, pengunjung Mall yang melihat mereka aneh. Akhirnya mereka putuskan untuk nyamperin Tyha, sambil menunjukan muka yang menyesal.
“puas kalian udah ngerjain gue!” seru Tyha yang cemberut aja mukanya.
“sory-sory deh, habis lo pelit sih! Kalau nggak gitu lo nggak bakalan nelaktir kita!” seru Bimo dengan nada sok tidak bersalah.
“tau nih Miss Pelit! Sekali-kali juga!” seru Kevin dengan sedikit senyum.
“lho Miss ngilang kemana neh?” Tanya Tyha yang menyadari kalau Iema nggak ada disana, kedua temannya hanya mengangkat bahunya. “gimana sih kalian, kok nggak tau! Bukannya kalian bareng-barengkan?” Tanya Tyha sedikit bingung.
“iya, nama nya juga Miss ngilang! Jadi suka-suka dia mau ngilang apa nggak!” seru Kevin sambil mengambil Hp nya yang bergetar.
“ya udah pulang aja yuk!” ajak Tyha yang mulai nggak mut mau lama-lama disana.


_____________________***______________________


Hari itu Iema mendapatkan informasi tentang rumah Pak Broto, bapak tukang es buah itu. Dari salah satu tukang ojek yang makal sama ditempat Pak Broto mangkal juga, syukur hari ini mereka nggak ngumpul bareng, jadi Kevin nggak perlu marah kalau Iema hari ini nggak kelihatan satu harian. Iema diam-diam pergi kerumah Bapak itu tanpa Tyha. Iema melaju dengan kecepatan rata-rata dengan scoopy-nya. Tak berapa lama kemudian sampai dirumah bapak tersebut, ternyata benar didepan rumahnya Pak Broto ada gerobak dagangan es buahnya.
“assalammualaikum!” seru Iema bebrapa kali.
“waalaikum sallam!” sapa berat seorang laki-laki, “masuk saja nak!” seru Bapak itu tampaknya mendengar perkataan Iema, Iema terkejut dengan perkataan bapak itu.
“what!” seru Iema pelan-pelan, Iema masuk kerumah Pak Broto dengan hati-hati. Sampainya didalam rumah yang kecil itu, terlihat bapak itu sedang tertidur tak berdaya. “bapak? Bapak kenapa?” Tanya Iema.
“bapak nggak pa-pa Cuma sakit sedikit aja!” seru Bapak itu dengan senyuman yang melebar.
“bapak, bapak nya Kevin ya?” Tanya Iema setelah melihat foto-foto Kevin banyak Di rumah.
“lho kamu kenal sama Kevin?” Tanya Bapak itu bingung.
“iya Pak, bukan kenala lagi, Kevin itu sahabat saya pak!” seru Iema member tahukan kepada bapak itu, “Pak, bapak itu sakit apa pak?”
“udah hampir setengah tahun bapak mengidap sakit paru-paru nak!” seru Pak Broto dengan nada sedikit sedih.
“lho Kevin kemana pak?” Tanya Iema
“Kevin kan kerja nak, semenjak bapak nggak bisa jualan lagi Kevin yang kerja!” seru Bapak itu sementara itu Iema pergi keluar rumah rencananya ingin membelikan makanan buat bokapnya Kevin, cukup lama Iema keluar, setengah jam kemudian Iema kembali kerumah Kevin yang sangat kecil itu. Iema memasuki ruangan yang nggak ada kamar itu, langsung menjatuhkan makanan yang ia bawa. Betapa sedihnya dia ketima melihat sibapak terbaring kaku di atas tempat tidur yang lusuh itu.
“bapak, Bapak! Pak!” Iema memanggil Bapak tersebut dengan suara yang berat. “tolong-tolong!” seru Iema tiba-tiba meminta pertolongan dari orang lain, warga sekitar cepat berkumpul disumber suara, Iema panic dan Ia cepat-cepat menelfon Kevin yang memang saat itu ia tau kalau Kevin adalah anak kandung dari bapak itu.
“hallo ada apa ma?” Tanya Kevin menjawab telfon dari Iema.
“vin, bokap lo vin…….” Iema mencoba menarik nafas panjang sambil memberitahukan Kevin, “ bokap lo……., udah nggak ada Vin, cepet kesini!”
Sementara itu di super market Kevin terduduk sambil membendunga air mata nya yang hampir nggak bisa ditahannya, Pak Admaja bos nya Kevin, pemilik supermarket melihat Kevin duduk termenung menatap kekosongan, Pak Admaja dengan sigapnya menghampiri karyawannya yang tampak sedih.
“eh, kenapa tidak bekerja?” Tanya pak Admaja dengan nada sedikit bercanda. Kevin menyambut kedatangan Pak Admaja dengan senyuman terpaksa.
“pak sayan boleh izin!” mohon Kevin kepada Bapak itu dengan hati-hati.
“memang nya pekerjaan kamu sudah selesai?” Tanya Pak Admaja sambil melihat disikitarnya yang tampak belum beres.
“ Papa saya meninggal pak!” seru Kevin yang masih saja membendung tangisan yang hamir saja tumpah.
“inalilahi wainalilahimrojiun!” ujar pak Admaja dengan perasaan sedih, “ ya sudah kita berangkat, saya sekalian mau ngelayat kerumah kamu!” tak berapa lama kemudian Kevin turun dari mobil mercezedezben berwarna silver yang mengkilap. Dengan reflex Iema langsung memeluk Kevin sambil berkata.
“yang tabah ya Vin!” ujar Iema , yang dijawab Kevin dengan anggukan.
“almarhum tinggal di kafanin dan di sholatkan vin, tadi udah dimandiin!” seru Bimo menambahkan.
“sekarang jenazah lagi dimana?” Tanya Kevin lirih, sambil sesekali menghapus air matanya.
“ada didalam!” jawab Tyha yang hanya terdiam di antara mereka.
“ayo pak kita masuk kedalam!” ajak Kevin, sesampainya didalam serasa tak percaya. Jenazah almarhum ayahnya tersenyum lebar, serasa Kevin masih di izinkan untuk melihat senyum terakhir sang ayah. sedangkan pak Admaja, melihat jenazah ayah Kevin sehingga matanya hampir aja loncat dari tempatnya, “apakah semua ini nyata?” batin Pak Admaja dengan perasaan was-was, dan detak jantung yang semakin kencang.
“vin lo nginap di rumah gue aja!” ajak Bimo yang tau betapa beratnya langkah kaki Kevin masuk kerumah itu. Kevin mengangguk tanda setuju. Sedangkan dirumah Pak Admaja, yang masih terang menderang berarti sang pemilik rumah masih belum tidur.
“apakah dia cucuku, kenapa begitu cepat Brotho meninggalkan ku!” seru Pak Admaja tiba-tiba, matanya terus tertuju pada buku yang ia baca, sedangkan fikirannya entah melayang kemana.

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Senin, 20 September 2010

Penantian buat Iema

Dari umur enam tahun mereka menjadi sahabat, mereka bertemu di sebuah sekolah swasta tempat mereka bersekolah. Semenjak itu mereka menjadi sahabat yang akrab banget, rumah mereka pun berada dekatan. Orang tua mereka mengenal satu sama lain, nama mereka adalah Iema, Lili, Lisa, Nanang, dan Danang. Selain main bareng mereka sering ngerjain tugas-tugas mereka bereng, bisa dibilang dari kelas satu SD mereka selalu satu kelas, sehingga seringkali mereka kompak dalam segala hal.
Sampai akhirnya mereka masuk SMP pun disekolah yang sama, banyak orang yang menginginkan menjadi sahabatnya Nanang dan Danang, mereka berdua anak yang Baik hati dan ganteng. Dari mereka berlima sayang nya Lili anak yang egois. Sehingga banyak juga yang menyayanginya. Lili mau seenaknya saja, Apa-apa harus dia yang menang.
“udah lama nunggu kalian?” Tanya Lisa dengan nada tanpa salah ketika ia terlambat ngumpul di caffe disebuah perbelajaan.
“lo, kemana aja?” Tanya Lili marah.
“udah Li, biarin aja! Tadikan dia udah sms!” bela Nanag walaupun mereka mempunyai sifat yang berbeda-beda mereka selalu barengan, nggak pernah sampai pecah walaupun dalam keadaan apapun, kecintaan Lisa pada dunia fasion sangat didukung oleh teman-temannya namun Lili yang kurang setuju Lisa masuk didunia Fasion membuat semuanya berbeda. Walaupun begitu ia yakin temannya yang satu itu mampu menempatkan dirinya. Di awal mereka naik kekelas tiga, yang paling banyak ditaksir adalah Iema sedangkan Lili gadis yang cantik itu, cemburu dengan keadaan itu namun dia tidak ingin persahabatan mereka sampai terpecahkan, sedangkan Iema mencoba menepiskan semua orang yang naksir sama dia karena dia tidak ingin persahabatannya hancur Cuma karena hal yang sepele.
“gimana nih Guys?” Tanya Lisa manja ketika mereka ngumpul dikantin sekolah yang sangat sesak itu.
“apanya yang bagai mana?” Tanya Danang yang tiba-tiba keselek, langsung mencari air minum.
“gue…… gue …. Aduh pokok nya bakalan gawat deh kalau bokap nyokap gue tau!” seru Lisa dengan manja, Lisa memang manja dengan teman-temannya.
“udah sekarang lo minum dulu baru cerita sama kita!” seru Iema yang baru saja kembali duduk setelah membeli dua gelas minuman. Lisa mengambil minuman yang diberikan Iema langsung meneguknya dengan haus.
“lo panic atau kehausan sih?” Tanya Nanang yang membuat suasana menjadi sedikit mencair.
“uang tabungan gue habis nih! Dan hari ini gue ada pemeriksaan uang tabungan!” seru Lisa hampir saja meneteskan air matanya.
“eh, jangan nagis donk ntar banjir lagi Jakarta!” seru Danang yang mulai tidak menanggapi serius. Mereka selalu saja memecahkan masalah bersama-sama, untuk masalah yang satu ini mereka akhirnya memutuskan untuk mengumpulkan uang jajan mereka agar terkumpul cukup buat kebutuhan Lisa. Hari itu mereka mendapatkan teman baru bernama Riko, anaknya Ganteng pindahan dari SMP negeri 14 di Bandung.
“anak-anak hari ini kalian mendapatkan teman baru dari SMP 14 Bandung!” seru Ibu Tini guru bahasa Indonesia mereka. “ayo perkenalkan nama kamu!”
“hai, teman-teman nama gue Riko anggara, gue pindahan dari bandung!” seru Riko dengan ramah, semua anak merasa senang atas kehadiran Riko. Namu Iema sendirilah yang cuek dengan kedatangan Riko.
“panggilan lo siapa?” Tanya Danang yang kebetulan menjadi ketua kelas di kelas itu.
“panggil aja gue Riko!” seru nya dengan nada sedikit cool, setelah perkenalan itu ia langsung mengambil tempat duduk di sebelah Iema karena dari tadi Iema hanya terdiam dan tak menatap perkenalannya itu. Iema sadar kalau Riko duduk disamping nya namun Iema tetap cuek dan tidak memikirkan siapa disebelahnya, Iema kerap kali tidak pernah perduli sama anak-anak cowok yang baru disekolahnya. Selain dia tomboy dia juga ketua osis disekolahnya itu.
“bentar lagi lo turun dari jabatan Iem!” seru Lili dengan ramahnya.
“emang udah waktunyakan, habis Baksos ya tamat jabatan gue!” seru Iema dengan santai. Riko masih penasaran dengan cewek satu itu, sehingga Riko suka mendekatkan diri dengan Iema namun tidak pernah berhasil. Sedangkan kalau dia dekat dengan cewek-cewek yang lain disekolah ini, pasti digubris dengan ramahnya.
Seiring waktu berjalan mereka semakin dekat dan lengket, namun Riko tetap mengikuti Iema kemana Iema bersekolah, dia sampai rela belajar Giat buat masuk SMA 25 yang terkenal elit. Sore itu mereka kumpul di caffe biasa tempat mereka nongkrong. Hari itu Danang mendapatkan Ide untuk membuat caffe, hal itu mendapatkan persetujuan dari teman-temannya. Lili yang biasanya egois dan mau menang sendiri, hari itu malah sangat menyetujui hal tersebut.
“ gue setuju banget tuh! Ide lo memang keren!” seru Lili yang menyetujui hal itu duluan.
“gue juga setuju!” seru Nanang sambil meminum air mineralnya,
“kenapa lo nggak minum jus, nang?” seru Lisa yang nggak nyinggung rencannya Danang.
“aduh, suka-suka gue donk Lis, gue itu lagi pengen minum air mineral aja!” seru Nanang yang kelihatannya kesel dengan ulah Lisa. “
“udah-udah lo itu marah-marah mulu nang!” seru Iema sambil meminum jus jeruknya, “ kalau difikir-fikir bener apa kata lo Dan, gimana kalau kita namain aja Caffe nya SunDay?” usul Iema.
“iya bener tuh! Keren namanya, kitakan SunDay jadi nama caffe nya SunDay !” seru Lili yang menyetujui juga usul temannya itu.
“oh my God, lo kesambet apaan tadi mau ke sini!” Tanya Lisa dengan nada centilnya.
“bukan kesambet, tapi abis ketelen biji Duren!” seru Nanang yang diikuti dengan tawaan dari teman-temannya, Lili malah merasa malu.
“kenapa sih, kalian ini emang nya ada yang aneh dengan gue ya?” Tanya Lili bingung.
“nggak, Cuma heran aja!” seru Danang yang menyantap makanannya. Mereka cukup akrab dicaffe itu, karena mulai mereka kelas tiga SMP mereka sudah nongkrong dicaffe itu.
Beberapa hari kemudia mereka mulai membuka usaha yang mereka rancang, Caffe dengan nama SunDay, akrab di telinga para anak-anak muda, selain Caffe nya yang buat anak-anak muda. suasana caffenya yang begitu bersuasana ala pelangi itu. Lili yang biasanya Egois kini menjadi pelayan Caffe yang super ramah kepada semua pengunjung di Caffe itu.
“ma, climbing yuk!” ajak Iqbal kakak laki-laki Iema.
“dimana mas?” Tanya Iema yang bersemangat.
“tempat biasa mas climbing lah dek, yuk mau nggak?” ajak Iqbal.
“boleh ayuk!” seru Iema dengan semangat, dia adalah anak perempuan yang suka dengan tantangan, sore itu ia sangat bahagia Climbing dengan kakaknya. Malam itu sepulang dari climbing Iema terkejut dengan kehadiran Lema, kembarannya yang selama ini disembunyikan oleh kedua orang tuanya. Tanpa dikabari atau dikasih tau Papi,Maminya. Tidak sempat Maminya mengatakan sesuatu Iema lari keluar rumah, muka Lema biasa aja tanpa menunjukan mimic yang sedih karena kembarannya pergi dari rumah. Iema pergi menuju taman yang sering mereka datangin dulu.
“Dan, lo dimana?” Tanya Iema dengan air mata yang berlinang, tak ada yang menyangka kalau Iema bakalan nangis hari itu, selama ini bahkan sahabatnya sendiripun tak pernah melihatnya menangis.
“gue dirumah lah, emangnya ada apa ma? Lo nangis ya?” Tanya Danang lewat telfon.
“lo kesini donk Dan, gue di Taman deket sekolah nih!” seru Iema langsung menutup telfon, dengan reflex Danang mengambil jaket dan kunci motornya lalu berteriak.
“Ma…. Pa…., Ma…. Pa…!” seru Danang Panik sambil turun dari tangganya.
“ada apa sih, sayang kenapa dengan kamu teriak-teriak!” seru sang Mama.
“Danang pergi dulu ya pa, ma?” seru Danang yang mendekati papa-mamanya di ruang keluarga rumah megah itu.
“mau kemana,?” Tanya Papanya.
“mau ketemu Iema di taman, yang biasa kita nongkrong!” seru Danang pamit kepada orang tuanya, setelah mendapat Izin dari orang tuanya Danang langsung pergi menuju taman deket sekolah. Dimana Iema berada disana. Tak butuh waktu lama Danang sampai ditempat Iema. Danang melihat dari kejauhan Iema nangis, Danang terkejut dengan keadaan Iema karena untuk pertama kalinya ia melihat Iema nangis kayak gitu.
“Iem, Iema…. !” seru Danang, Iema langsung memeluk Danang dengan erat.
“Dan, Danang! Kenapa gue jadi kayak gini! Kenapa gue jadi cengeng kayak gini!” seru Iema dengan air mata yang berlinang.
“setiap orang pantas nangis Iem, gue, elo, maupun siapa pun berhak nangis!” seru Danang menenangkan Iema.
“tapi gue…… gue nggak tau kenapa gue nggak bisa menerima semuanya!” seru Iema.
“ya udah, dirumah gue aja ceritanya!” seru Danang yang dianggukan oleh Iema, mereka berdua pulang kerumah Danang, air mata Iema semakin berlinang dipipinya, dia belum bisa terima dengan semua yang terjadi sama dia, sampainya dirumah Papa-Mama Danang masih duduk diruangan Keluarga dirumah mewah itu.
“Assalammualaikum!” seru Danang yang disampingnya ada Iema.
“Waalaikumsalam!” seru Papanya dan mamanya.
“Iema…. Kenapa nak?” Tanya Mama Danang langsung memeluk keponakannya itu.
“tante, kenapa Iema cengeng banget? kenapa Iema nggak bisa menerima semua yang terjadi sama Iema sekarang?” Tanya Iema bertubi-tubi.
“tanang-tenang dulu ma! Kenapa?” seru Papa Danang.
“Iema nggak bisa terima atas kehadiran kembaran Iema om!” seru Iema sambil meneteskan air matanya lagi.
“Lema udah dirumah lo?” Tanya Danang keceplosan.
“bah kan lo aja tau! Kenapa gue nggak tau sama sekali, sebenernya kenapa dengan gue!” seru Iema yang nggak bisa berhenti menangis.
“Iema, bukannya Papi, mami kamu nggak mau kasih tau ke kamu, Cuma mereka belum siap kehilangan kamu!” seru Papa Danang.
“tapi om, Iema lebih bisa menerima kalau Papi-Mami bilangnya dari dulu!” seru Iema menjelaskan.
“ya sudah, kamu udah makan ma?” Tanya Mamanya Danang.
“rasanya Iema nggak laper tan, setelah ada kejadian ini!” seru iema dengan nada sedikit lemas.
“Iema, nanati kalau nggak makan ntar sakit lagi!” seru Papa Danang memebrikan tahu yang baik.
“kalau begitu kamu Istirahat aja di kamar kamu dengan Iqbal yah?” Tanya Mami Danang yang diikuti dengan anggukan dari Iema, sementara itu Danang menelfon Iqbal untuk mengantarkan barang-barang Iema kerumahnya.
“mas Iqbal, bisa minta tolong nggak?” Tanya Danang ketika telfonnya diangkat.
“iya ada apa nang?” yang ditannya malah balik bertanya.
“tolong bawakan baju-baju Iema dan Keperluan sekolah Iema kerumah ya Mas!” seru Danang dengan sepontan.
“Iema dirumah kamu?” Tanya Iqbal dengan nada tampaknya bahagia, kalau melihat dari kenyataan Iqbal emang sayang banget sama Iema dari pada sama Lema.
“iya Mas makanya itu, biarkan Iema disini aja dulu!” seru Danang dengan seksama.
“ya udah mas, beres-bereskan barang-barang Iema dulu yah!” seru Iqbal, dengan cepat Iqbal masuk kekamar adik perempuannya yang tomboy itu, ketika Iqbal melihat kamar adiknya itu ia terkejut karena antara kamarnya dengan kamar Iema nggak ada yang berbeda.
“ya ampun anak ini, boneka dikamarnya Cuma satu!” serunya yang sedikit berbicara. Ia mulai memilih-milih barang-barang keperluan Iema. Tiba-tiba Lema datang kekamar Iema karena melihat Iqbal sedang berada di kamar Iema.
“kak Iqbal, lagi ngapain!” seru Lema sambil duduk di kasur Iema.
“nggak, Cuma lagi beresin kamar ini aja! Rencananya hari ini kakak mau tidur disini!” Iqbal tidak menunjukan rasa tidak suka nya kepada adiknya itu.
“lho kak itu siapa yang disebelah Danang?” Tanya Lema ketika melihat Poster besar di atas kasur Iema.
“ouh itu Nanang!” seru Iqbal dengan tidak banyak berkata, ia melihat Laptop yang masih terpajang di atas meja belajarnya, sedangkan Boneka Bear yang dipegang oleh Lema.
“sini!” langsung dirampas dengan paksa oleh Iqbal.
“apaan sih kakak, Lema sukak dengan Boneka itu!” seru Lema sepertinya ingin menguasai boneka milik Iema.
“nggak boleh ini punya Iema, kalau kamu mau Minta beliin sama Papi!” seru Iqbal dengan kasar, dan langsung pergi menuju mobil CRVnya yang terpakir mulus di garasi. Dan melanju menuju rumah Danang, yang tidak jauh dari perumahan dimana Iqbal dan keluarga yang tinggal. Sesaat kemudian sampailah Iqbal di rumah Danang sepupunya yang paling dekat dengan Iema.
“assalammualaikum!” seru Iqbal sambil memencet bel yang disediakan dirumah itu.
“waalaikum salam!” seru Mama Danang membukakan pintu rumah, “eh Iqbal, masuk nak!”
“iya tante, tan Iqbal harap tante mau merawat Iema dulu ya?” Tanya Iqbal memohon.
“ya sudah, untuk sementara biar aja Iema disini dulu!” seru Mama Danang. Keesokan harinya mut pergi sekolah Iema nggak seperti biasanya. Tubuh Iema terasa nggak berdaya ketika ia memasuki pagar sekolah.
“udah nyantai aja, nggak ada yang berubah kok!” Danang mencoba menenangkan Iema yang tampak murung.
“gue nggak yakin, keadaan bakal nggak berubah Dan!” seru Iema yang tampak melihat-lihat aneh sekitar sekolahnya.
“udah, jalanin aja dulu kan semua nya belum pasti!” tegas Danang yang berhasil memantapkan langkah Iema. Sampainya dikelas, kelas ramai dengan kedatangan Murid baru yang membuat semua anak-anak menatap aneh pada Iema yang masuk kedalam kelas dengan tampang yang nggak seceria kemarin. Perasaan baru semalam Iema merasakan kebahagiaan disekolahnya namun hari ini rasanya senyuman yang biasanya terpancar diraut muka Iema susuah ia keluarkan. Satu-satunya anak yang dalam kelas itu tidak ikut berkerumunan adalah Riko, anak yang sampai sekarang naksir berat sama Iema, dan sampai sekarang pula Iema masih mau duduk bareng sama dia.
Iema menempati tempat yang selama ini menjadi tempat duduknya selama ini, dan untuk kedua kalinya Iema juga menjadi Ketua osis disekolahnya, anehnya yang menjadi wakilnya adalah Riko. Sehinga mau nggak mau, Iema harus dekat dengan bawahan nya itu. melihat Muka Iema yang nggak bahagia sama sekali membuat Riko penasaran, yang biasanya ia lebih memilih diam disaat duduk sama Iema, kini dia lebih memilih untuk menemani Iema.
“elo nggak Papa Iem?” Tanya Riko pelan-pelan, namun Iema hanya menjawab dengan satu kali anggukan. Bahkan sahabat-sahabat Iema nggak memperdulikan Iema yang telah duduk lama di bangkunya, Danang sendiri langsung menyapa Lema dengan akrabnya. Terbukti kalau Lema lebih dikenal dikeluarga maminya Karena keluarga besar mereka hanya tinggal keluarga Maminya, sedangkan di keluarga Papinya tinggal Oma-Opa yang sampai sekarang memilih tinggal diLandon.
“kriiiing….” Bel sekolah itu terdengar panjang menandakan bahwa siswa-siswi masuk kekelas masing-masing. Lili dan Lisa masih menatap aneh kearah Iema, Lisa langsung menanyakan keadaan Iema yang terus saja melemah.
“Ma, lo nggak papa kan?” Tanya Lisa tiba-tiba, hari itu kebetulan guru Matematika mereka tidak masuk kedalam kelas, karena beliau sedang sakit. Dan hanya memberikan tugas kepada anak-anak dalam kelas itu. lagi-lagi Iema hanya mengangguk dan tidak ingin mengeluarkan sepatah kata pun, Lili langsung menoleh kearah Riko. Dan Riko langsung mengangkat kedua bahunya. Lagi-lagi Lisa penasaran ada apa dengan Iema, Lisa bertanya dengan pertanyaan yang sama, dan dengan hal yang sama pula Iema menjawab ia hanya mengangguk apa yang ditanyakan oleh Lisa. Hal itu membuat Lili marah dan langsung menarik tangan Iema menuju toilet sekolah, dan disaksika semua anak-anak kelas itu, dengan reflex Lisa, Danang, dan Nanang langsung berlari mengejar kedua sahabatnya. Lili berhenti tepat didepan wc, antara Wc cewek dan cowok.
“ lo itu kenapa, nggak senang atas kehadiran Lema? Egois banget lo?” maki Lili dengan beribu pertanyaan yang nggak pernah disangka oleh Iema.
“Li’, janganngomong kayak gitu! Nggak baik tau!” seru Lisa menengahkan permasalan mereka.
“kalian puas-puas menghakimin gue! Kalian itu nggak tau perasaan gue kayak gimana atas kehadiran Lema dikehidupan gue tiba-tiba!” seru Iema langsung meninggalkan keempat sahabatnya itu, yang jelas sejak kejadian itu Iema nggak masuk-masuk ke dalam kelas lagi, hal itu membuat Riko bertanya kenapa Iema nggak masuk kedalam kelas.
“hay em, kantin yuk!” ajak Lili dengan ramah, Danang, Lisa, dan Nanang hanya bisa melihat tingkah laku temannya itu.
“dasar, temennya lagi sedih! Eh malah seneng-seneng sendiri sama tu anak baru!” seru Lisa sedikit jutek, ngeliat temannya sendiri nggak memperhatikan perasaan temannya itu.
“udah, sebaiknya kita cari Iema dulu! Sebenarnya Lili tadi nggak berhak kayak gitu, karena Iema itu sebenarnya bukan nggak bisa terima tapi dia kecewa!” cerita Danang yang kenal betul kehidupan Iema dan Lema dirumah, “ di keluar besar gue, yang dikenal itu Cuma Lema, sedangkan Iema Cuma gue,bonyok gue!” seru Danang.
“lho kenapa begitu?” Tanya Nanang yang mulai tertarik dengan cerita dari Danang.
“hampir setiap hari waktu bonyok Iema itu untuk bekerja, tapi disela-sela waktu istirahat mereka, mereka habiskan bareng-bareng Lema dan nggak pernah sama Iema!” Danang mengambil nafas sebentar untuk melanjutkan ceritanya, “ dan akhirnya Iema lebih dekat dengan Mas Iqbal dan sama kita berempat!”
“pedih banget nasibnya Iema gue bersyukur, walaupun gue punya abang tapi gue lebih disayang!” tukas Lisa dengan manja.
“emh, emangnnya Iema tuh anak keberapa?” Tanya, Nanang.
“Iema itu anak terakhir dari keluarganya itu!” tukas Danang sambil memasuki ruangan Osis yang dari tadi tidak disadari oleh mereka. Setelah mereka masuk kedalam ruangan osis sepi dan tidak ada penghuninya. Mereka bingung mau cari dimana lagi sedangkan bel tanda selesai istirahat selesai, sampai akhirnya mereka masuk lagi kekelas tapi nggak ditemukannya juga Iema dikelas itu. hati Danang mulai was-was, karena Iema itu udah dianggap sebagai saudara kandungnya sendiri.
…………………………………………………….************………………………………...............


Tepat satu bulan Iema berada dirumah Danang, hal itu nggka membuat masalah bagi keluarga Danang. Papi-Mami Iema tau kalau Iema berada dirumah Danang, tapi mereka nggak pernah nyuruh Iema buat pulang kerumah kembali. Iqbalpun jadi sering main dengan Lema dari pada menjenguk Iema, Iema nggak pernah ngumpul bareng lagi sama SunDay.
“ma, gue minta maaf ya?” Tanya Danang suatu malam.
“lho buat apa?” Tanya Iema bingung ketika Danang bicara seperti itu.
“gue nggak pernah ngajak lo ke caffe, soalnya….!” Seru Danang memutuskan pembicaraannya.
“ soalnya, apa Dan?” Tanya Iema sambil menatap tajam kearah Danang.
“soalnya kata mereka, mereka nggak mau ketemu lo sebelum lo nerima Lema dikehidupan lo,!” seru Danang, malam itu Iema kepikiran dengan perkataan Danang. Dia berfikir kalau selama ini dia itu nggak mengikuti egonya sendiri, sampai akhirnya dia berfikir untuk tidak tinggal lagi sama orang tuanya. Malam itu juga dia menemui keluarga Danang yang biasanya duduk di ruangan keluarga yang luas.
“om, tan, Dan! Iema mau ngomong sebentar boleh?” Tanya Iema dengan hati-hati ketika keluarga kecil itu ngumpul di sebuah ruangana yang luas itu.
“ ngomong aja ma nggak dilarang kok untuk ngomong!” seru Papa Danang sambil tertawa kecil.
“Iema boleh tinggak dosona dalam kurun waktu yang cukup lama?” Tanya Iema sambil menundukan kepala nya.
“heheheheh!” Papa Danang sambil tertawa kecil, Iema tersentak mengangkat kepanya, “bukannya om nggak ngasih, emangnya kamu nggak kangen sama orang tua kamu dan saudara kembar kamu?”
“karena Iema sayang sama Lema, makanya Iema pengen menjauh dari kehidupan Papi, Mami, mas Iqbal, dan Lema, kalau bisa untuk selamanuya!” seru Iema sambil memegang tanagannya yang kelihatan ketakutan.
“apa, lo serius! Tapikan selama ini…..?” perkataan Danang langsung dicegah oleh Papanya sehingga Danang bingung kenapa Papanya begitu padanya.
“ya udah kalau kamu maunya begitu om izinkan kamu tinggal disini untuk samapai kapan pun!” seru Papa Danang dengan senyuman yang melebar, dan diikuti senyuman pula oleh istrinya yang cantik itu. Iema pun kembali kekamarnya, Iema jarang mau ngumpul bareng keluarga kecil yang harmonis itu. setelah melihat kepergian Iema Danang langsung bertanya kepada ayahnya kenapa Ayahnya berbuat seperti itu.
“emh, Pa kenapa Papa tadi nggak ngebolehin aku ngomong yang itu ke Iema, Iema harus tau apa yang sebenarnya terjadi!” seru Danang menjelaskan.
“jangan buat penderitaan dihati Iema Nang, dia itu cukup menderita untuk sekarang ini! Dijauhkan oleh teman-temannya dan masalah nya itu!” seru Papanya menjelaskan.
“iya pa, disekolah yang Cuma mau berteman dengan Iema Cuma Danang dan Riko!” seru Danang menjelaskan, setiap kali Iema pergi kesekolah tasanya dia benar-benar nggak diharapkan lagi dikeluarga itu, tampak jelas dimatanya saat Lema dijemput dan diantar langsung oleh Papinya sendiri, betapa sakitnya hatinya, seumur hidupnya ia hanya tinggal dirumah bersama orang tunya tapi dia nggak merasakan kasih sayang orang tuanya yang sangat mendalam. Saat Iema melamun dan mencoba mengingat masa lalunya Ia di kejutkan atas kehadirannya Riko disampingnya.
“ui, ngapain melamun didepan pagar, kesambet! Pak satpam baru tau lo!” seru Riko sedikit bercanda.
“ah elo ko, nggak mungkin lah pak satpam kan manusia, bukan STN!” seru Iema dengan nada sedikit ikut bercanda.
“ya bisa lah, tuh pak satpam kan punya pentungan jadi dia bisa slametin orang tau!” seru Riko menumbukan tawa untuk Iema yang hampir saja menghilang.
“itu mah, selamatin buat sambetin! Jauh mas!” seru Iema sambil tertawa mendengar candaan dari Riko. Mereka sambil berjalan menuju kelas mereka, yang disana telah duduk Lema, Lili dan Lisa. Melihat pemandangan itu, Lema langsung cemberut. Lili tau kalau Lema suka dengan Riko sejak ia masuk dikelas itu dan melihat Riko.
“ma, bentar gue mau ngomong sama lo?” seru Lili yang langsung menarik tangannya Iema menuju keluar, dan sampainya diluar, “gue harap lo nggak deketin Riko!” serunya tiba-tiba memperintah Iema gitu aja.
“mau lo apa sih Li, gue menghilang dari lo semua, gue berteman ama Riko karena kalian nggak mau berteman am ague lagi!” seru Iema yang merasa dihakimi itu.
“gue begini karena Lema, kesian dia! Seharusnya begitu, udah cukup penderitaan nya selama ni Iem, dia itu ditelantari dari kecil!” seru Lili, sembari menarik nafas. “ dan dia itu naksir Riko, jadi gue harap lo mau mengorbankan semua demi Lema!” seru Lili yang langsung meninggalkan Iema sendirian di sana. Tempat ia berdiri sekarang, berada tepat disebelah lapangan basket yang tertutup dan luas itu, ia langsung masuk dan dilihatnya tidak ada siapa-siapa. Dengan reflek sia berteriak.
“kenapa hidup gue! Kenapa harus gue yang mengalah!” dari luar, guru BPnya Pak Bagas yang bertubuh tinggi, ganteng, dan masih muda itu mendengar teriakan Iema. Dengan reflex dia masuk ke lapangan itu dan ditemuinya Iema disana.
“eh, kenapa kamu? Punya masalah nggak kayak gini jalan keluarnya!” seru Pak Bagas sambil mengajak Iema duduk di kursi pelatih dekat lapangan.
“saya nggak tau pak harus bagai mana lagi!” seru Iema sambil menundukan kepalanya.
“ kamu bisa cerita sama bapak, nggak usah dipendam punya masalah! Nanti malah kamu yang stress lagi!” seru Pak Bagas, menasehati Iema dengan pelan-pelan.
“bapak tau apa yang saya alami beberapa hari ini, sejak kejadian…….!” Putus Iema.
“kedatangan saudara kamu itu?” Pak Bagas langsung dapat menerka arah pembicaraan Iema, merekapun asyik dengan obrolan mereka. Sedangkan Iema mulai terbuka untuk menceritakan masalahnya kepada Guru BP nya yang tau bagai mana menghadapi masalah-masalah kayak gini.
00000000

Beberapa hari kemudian tidak disangka dan diduga, Oma-Opa, Iema,Lema dan Iqbal. Berkunjung ke Indonesia niatnya mau ketemu Iema dan Iqbal, namun mereka dikejutkan oleh kedatangan Iema yang selama ini dirahasiakan oleh anaknya itu. Iqbal mencoba menjelaskan kepada Oma dan Opanya, memang Oma dan Opa mereka menerima atas kedatangan Lema dikeluarga mereka. Namun Oma dan Opa nya tetap sayang dan cinta sama Iema.
“Iqbal, kalau ini Lema, Iema nya kemana?” Tanya Oma dan Opanya dengan senyuman yang selalu terpancar.
“Iema di rumah tante Iren, Oma semenjak satu bulan yang lalu!” betapa terkejut sekali Oma danOpanya ketika mendengar kan itu semua. Tak berapa lama kemudian Anak mereka pulang, yaitu kedua orang tuanya Kembar dan Iqbal.
“lho Papa, Mama! Kok nggak bilang Brotho dulu kalau mau pulang kan bias Brotho jemput Ke airport!” seru Papi anak-anak itu, sambil menyalami kedua orang tuanya.
“ah, Papa-mama kan kenal jalan Jakarta jadi yah bisa lah pulang pergi sendiri!” seru Opa.
“oh iya Iema mana tho?” Tanya Oma yang pura-pura nggak tau.
“main kali kerumahnya Danang!” bahkan Papanya sendiri nggak tau keberadaan Iema. Beberapa hari di Indonesia membuat Oma dan Opanya bosan tanpa kehadirannya Iema. Opanya ambil inisiatif untuk keruamahnya Danang menjemput Iema untuk pulang kerumah orang tua kandungnya.
“assallammualaikum!” seru Opa beberapa kali.
“waalaikum salam!” kebetulan yang membukakan pintunya adalah Papa Danang, “eh, Bapak kapan ke Indonesia pak!? Silahkan masuk pak!” Tanya Papa Danang sambil mempersilahkan Opa masuk kedalam rumah.
“udah semingguan lah Nak!” Opa Iema terbiasa memanggil Papa Danang dengan sebutan Nak, karena Papa Danang itu adalah anak angkatnya Opa dan Oma Iema, “ iema nya mana nak?”
“iema….iema….. nih Opa datang!” panggil Papa Danang agak kencang, mendengar perkataan Omnya Iema langsung pergi keruang tamu. Dan dilihatnya Opanya duduk, dengan reflex nya iema langsung memeluk Opanya yang udah lama nggak ia lihat.
“Opa, Iema kangen sam Opa!” seru Iema sambil memeluk erat Opanya.
“kamu ikut Opa pulang yuk? Nggak enak ngerepotin Om Wawan terus!” ajak Opanya.
“ah, nggak kok pak! Lagi pula Iema ini sudah saya anggap sebagai anak saya sendiri, sama seperti bapak menganggap saya sebagai anak bapak sendiri!” seru Papanya Danang, sembari tersenyum kecil. “Iema nggak mau pulang Opa, Iema udah janji sama Om Wawan, Tante Iren, Danang, dan pastinya sama ALLAh kalau Iema nggak mau merusak kebahagiaan Lema! Biarkan Lema yang mendapat kasih sayang dari Papi sama Mami, gentian Pa!” seru Iema menjelaskan penunh dengan bijak sana.
“kalau gitu kamu pindah ke London aja mau?” Tanya Opa nya menawarkan kehidupan di Landon.
“iya ma sebaiknya kamu ikut saja, bukannya Om mengusir, dari pada kamu disini masih melihat Lema yang disayang sama Papi, Mami dan orang banyak! Kamu pasti iri karena semua itu nggak terjadi sama kamu!” seru Omnya memberi saran dan masukan kepada Iema. Dan akhirnya Iema menyetujui ajakan Opanya. Hari minggu itu Iema terbang menuju London. Sebelum Iema pergi Danang menceritakan semua apa yang tejadi sama Lema selama ini. Emang awal mendengar cerita itu Iema sedih banget, Ia sadar kalau sebetar lagi ia akan meninggalkan kehidupannya di Indonesia. “selamat tinggal Indonesia ku tercinta, aku pasti akan kembali lagi untuk mu!” seru Iema dalam hatinya, sebari menaiki pesawat yang akan membawanya terbang menuju Landon.
0000000000
Keesokan harinya setelah kepergian Iema , Riko bingung ketika ia nggak melihat Iema hari itu. biasanya Iema pergi dengan Dangan. Kebingungan Iema dirasakan pula oleh d’ SunDay. Saat itu dikantin tanpa Lema, D’SunDay. Dikumpulkan oleh Danang, karena anak itu mau bicara sesuatu.
“sekarang kalian puas dengan semua keadaan ini!” seru Danang, “kita kehilangan teman yang udah selama belasan tahun jadi sahabat, diasaat kita susah disaat kita seneng! Kita bareng-bareng dia!”
“maksud lo apa Dan?”Tanya Lili dengan cueknya.
“elo li, orang yang paling suka bantuin lo dulu siapa? Ketika lo dihukum bonyok lo, nggak dikasih uang jajan, nggak di kasih uang bulanan! Nggak bisa syoping, karena uang bulanan lo habis lo makan!” Tanya Danang bertubi-tubi, “Iema kan Li, elo ikuti sifat ego lo yang selam ini lo pendam! Elo mau menang sendiri dengansifat lo itu!”
“Danang, maksud Danang itu apa?” Tanya Lisa dengan manja.
“lo juga, Lo nggak pernah berfikir, kalau selama ini yang banyak ngebantu lo Iema bukan anak baru yang kalian deketin terus! Kalian di apakan sama dia!” Danang kelihatannya marah, “Iema itu anak paling baik menurut gue! Kita-kita nggak pernah nyadar!”
“Dan, gue nggak tau kenapa lo tiba-tiba marah!” seru Nanang yang mulai nantangin Danang.
“ lo juga Nang, lo itu egois sama seperti Lili! Lo tau kenapa?” Nanang menggelengkan kepalanya, “itu karena lo nggak mau punya temen yang nggak mau terima takdirnya!”
“itukan bener, Iema harus terima atas kehadiran Lema!” seru Nanang, sembari meminum-minumannya.
“bukannya Iema nggak mau terima, ia belum siap dengan semua ini, dia dibohongin selama hampir delapan belas tahun sama kedua orang tuanya!” seru Danang, “dan satu hal Lagi li, Lema jauh mendapatkan banyak Kasih sayang, dari pada Iema, Iema hanya menerima kasih sayang dari Bokap-nyokap gue!” seru Danang, tampaknya ketiga temannya itu mulai menyesal atas perbuatannya.
“Dan, Iema sekarang dimana?” Tanya Nanang tiba-tiba.
“Iema sekarang di London!” seru Danang dan ketiga temannya sedih, tidak bisa berbuat apa-apa. Lema masih berusaha mendekatkan diri nya kepada Riko, namun Riko sama sekali nggak mau memperhatikannya.
“Dan, Lo kenapa diam aja?” Tanya Lema menghampiri, Danang yang duduk sendirian di ruangan kelas penuh dengan kotoran kertas itu.
“nggak,!” Danang terbiasa ngomong dengan singkat.
“putus ya, dari cewek lo?” Tanya Lema masih mencoba untuk mengintrogasi Danang.
“nggak!” lagi-lagi hanya satu kata yang keluar dari mulutnya.
“hari ini perkumpulan keluarga besarkan?” tanyanya lagi tidak puas dengan jawaban Danang.
“Tau!” saking jengkelnya Lema, Ia pergi meninggalkan Danang dan menuju LIli dan Lisa. Namun dia mendapat jawaban yang sama, ternyata terbukti kalau mereka berempat lagi mempunyai masalah, numun cukup membawa kesenangan bagi Lema karena tidak adanya Iema disekolah. Tak lama Lema pergi, Riko datang menghampiri Danang yang terduduk diam ditempat duduknya.
“hai, Nang!” seru Riko sambil mengambil duduknya disebelah Danang.
“eh elo Ko, ada apa?” Tanya Danang penasaran kenapa Riko tumben menghampirinya.
“oh, nggak! Gue Cuma mau nanyak, Iema sakit yah?” Tanya Riko dengan seksam, Danang masih terdiam. sehingga membuat Riko cukup bingung dengan tingkah laku Danang yang masih terdiam, “lho… nang kenapa lo diam aja?”
“Iema…… Iema……., !” dengan tergagu-gagu dia menjawab pertanyaan dari Riko, “Iema pindah ke London!”
“lho ko mendadak! Lo kok nggak ikut nang?” Tanya Riko memberikan pertanyaan yang aneh.
“si Iema ma Opa-Omanya! Opa-omanya Iema bukan Opa- omanya gue!” seru Danang dengan seksama, pandangan Riko semakin menunjukan tidak enak. Pupus sudah harapannya untuk mendapatkan Iema karena Iema telah lebih dahulu pergi meninggalkannya. Dalam hati Riko ada perasaan putus asa, namun dia yakin kalau suatu hari dia akan kembali bertemu dengan Iema.
Pagi itu, waktu London Iema berangkat ke sekolah yang telah dipilih oleh Opa dan Omanya Iema. Tampak aneh di mata Iema, selain disana Negara orang, menggunakan bahasa Inggris, yang jarang diguna kan oleh Iema di Indonesia cukup membuat Iema bingung.
“hi, Friend!” dengan sapaan bersahabat Iema mulai memperkenalkan dirinya.
“hello!” sapa mereka dengan kompaknya.
“my name, Iema astuti ningsih. My nick name Iema!” perkenalan nya dengan orang-orang baru itu berjalan dengan ;ancar, mesti bahasa Inggrisnya masih sangat berantakan. Iema mempunyai keberuntungan di London, dia bertemu dengan Ari yang kebetulan anak Indonesia juga, yang mendapat kesempatan untuk sekolah disana. Ari sangat senang atas kehadiran Iema karena anak Indonesia yang bersekolah, di sekolah elit yang tidak sembarangan orang bisa masuk disana.
“gue seneng banget lo sekolah disini!” seru Ari ketika jam istirahat disekolah itu.
“lho kenapa?” Tanya Iema agak heran, soalnya selain Ari anak yang pintar Ari juga masih lancar berbahasa Indonesia itu.
“gue selama ini berteman dengan mereka, sampai akhirnya gue bosen, karena gue takut bahasa Indonesia gue bakalan ancur!” seru Ari yang kelihatannya anak yang nasionalisme sekali. Teman-teman Iema yang masih dekat dengan Iema adalah Danang dan Riko, mereka berdua masih sering nelfon, e-mailan, video chat bareng. Kehidupan Iema di London lebih tenang dari pada dia harus tinggal bersama dengan Lema dan keluarganya. Sementara itu Mami Iema mulai kangen dengan kehadiran anaknya yang jail itu.
“bal, Iema dimana?” Tanya Maminya suatu malam di kamar anak laki-lakinya.
“mami nggak tau Iema dimana?” Tanya Iqbal, Maminya hanya menggeleng tanpa mengeluarkan suara sedikit pun, “Iqbal pun nggak tau mi! Terakhir sih Iema ada di rumah tante Iren tapi, kemarin Iqbal mau jenguk dia nggak ada!”
“dia kan anak tomboy bal!” seru Maminya meyakinkan anaknya itu, Iqbal membujuk Maminya untuk bertemu dulu dengan tante Iren, dan itu disetujui oleh Maminya. Keesokan harinya maminya bertemu dengan adiknya itu, disesuah caffe yang cukup terkenal di kalangan atas.
“ren, mbak mau Tanya kekamu!” seru Maminya sambil meneguk kopi panas yang di pesannya tadi.
“mau Tanya apa mbak? Selama saya masih bisa menjawab, akan saya jawab mbak!” seru Iren dengan ramahnya.
“Iema dimana ren? Kamu tau dia dimana?” seru Mami Iema dengan nada sedikit bersedih.
“Iema, Iema di London Mbak! Iren harap, jangan dijemput yah mbak, biar aja dia di Landon dengan tenang!” seru Iren.
“emangnnya kenapa ren?” Tanya Mbaknya yang sangat heran dengan tingkah adiknya.
“biarkan Iema menepati janjinya dengan ALLAH mbak!” Mbaknya tambah tidak mengerti dengan jawaban Iren.
“janji apa ren?” Tanya Mbak ana lagi.
“mbak Ana, Iema berjanji untuk pergi jauh dari kehidupan Lema dengan Mbak sekeluarga!” seru Iren.
“kenapa dia harus buat janji seperti itu?” Tanya Mbak Ana dengan bingung.
“Iema bilang, kalau saat ini waktunya Lema yang mendapat kasih sayang dari Mbak dan Mas!” seru Iren, Mami nya Iema hanya bisa diam, dia menyadari kalau belum ada kasih sayang buat Iema yang dicurahkan olehnya. Betapa mirisnya perasaan Maminya Iema ketika melihat anak nya yang selama ini tidak diperhatikan olehnya sangat bersikap dewasa, bahkan Iqbal sebagai anak sulungnya tidak bersikap seperti itu.
Kehidupan Iema di London sangat membahagiakan, ia mempunyai banyak teman yang sangat baik padanya. Tidak pernah ia merasakan kalau dia asing disana, tapi sebaliknya mereka memperlakukan Iema seperti orang yang asli dilahirkan disana. Termaksuk juga Edward, Karen, dan Santi yang telah menjadi sahabat karibnya. Ari dan Iema juga semakin dekat, hari itu Ari ngajak liburan bulan juli dihabiskan di Indonesia dan itu disetujui oleh, Di London mereka terbiasa dengan liburan panjang di bulan Juli, meski dibulan-bulan lain tau di akhir pembagian raport semester tidak pernah libur, dalam setahun mereka hanya libur dalam satu bulan, namun kalau ada hari-hari besar agama dan Negara.
0000000000
Tapat awal bulan juli mereka libur, Ari dan Iema terbang menuju Jakarta dimana mereka akan berlibur. Entah apa perasaan SunDay ketika melihat Iema berada di Indonesia setelah satu tahun mereka tidak saling say Hallo saling diam dan tak pernah bertegur sejak kedatangan Iema. Ari hanya mengetahui kalau Iema mempunya sahabat yang baik hati di Indonesia, tapi dia tak pernah tau kalau Iema mempunyai saudara kembar.
“rumah lo dimana?” Tanya Ari ketika baru saja menderat di bandara soekarno hatta, yang terkenal itu.
“oh, gue nginep di hotel aja deh!” seru Iema dengan nada sedikit cape.
“yah, bukannya elo punya rumah disini?” Tanya Ari bingung.
“ah, gue lagi pengen bebas aja disini!” seru Iema sambil nyengir sedikit.
“ntar kalau dapat hotel bilang sama gue yah! Besok gue jemput kita jalan bareng!” seru Ari sambil menarik koper yang dia bawa dari London, mereka juga membawa beberapa teman dari London yang kepengen melihat Indonesia. Selain keinginan teman-teman mereka untuk datang berkunjung ke Indonesia mereka juga ingin belajar berbahasa Indonesia sebelum mereka datang langsung ke Indonesia.
Setelah mendapatkan Hotel, Iema dan Edward datang ke caffe SunDay, sedangkan temana-temannya yang lain ikut Ari jalan-jalan entah kemana. Takjub Iema melihat caffe yang dia bangun selama sahabat-sahabatnya itu. sekarang tambah megah dan besar, tiba-tiba bibir Iema melebar sendiri, melihat hal itu Edward bingung dengan temannya itu. dia bertanya dengan menggunakan bahasa Indonesia yang hampir lancar itu.
“hei, kenapa kamu?” Tanya Edward bingung dengan temannya itu.
“oh, nggak apa-apa! Yu duduk!” seru Iema sambil mengambil salah satu meja bernomor lima, dari kejauhan tamapak jelas dimata Lisa kalau itu adalah Iema, tapi dia enggan untuk melayani Iema. Tiba-tiba suara Edward mencairkan suasana beku di antara Iema dan Edward.
“hay, em your picture!” seru Edward melihat foto Iema yang masih terpajang di caffe yang semakin luas itu.
“ah masa sih! Mana mungkin saya punya tempat istimewa di caffe ini!” seru Iema merendahkan dirinya, mereka sibuk berbicara tentang seputar keindahan Indonesia. Yang indah dan cantik itu, kalau bukan anak bangsa yang memperkenal kan Indonesia siapa lagi. Tiba-tiba obrolan mereka terhenti ketika minuman yang mereka pesan telah datang, sebuah es timun datang untuk menghancurkan kekeringan ditenggorokan mereka.
“oh, good….. very good I like cucumber Ice!” seru nya tiba-tiba memcahkan keheningan caffe yang ramai tapi tampak tidak bersuara itu. Iema hanya tertawa kecil melihat tingkah temannya yang baru pertama kali meminum munuman dari Indonesia itu.
“udah-udah, sekarang kamu mau makan apa?” Tanya Iema dengan pelan.
“apa makanan khas dari Indonesia?” Tanya Edward kemuadian.
“Gado-gado!” seru Iema singkat
“yes I wish to Gado-gado Indonesia!” seru nya dengan mantap
“sory, do you like hot?” Tanya Iema kemudian.
“yes I do!” seru Edward, setelah Edward menyetujui makanan itu Iema ke belakang untuk memasan dua gado-gado yang memang di caffe itu menyediakan makanan ala atau lebih tepatnya khas dari Indonesia. Telihat Danang tengah asyik dengan maskannya, Iema menyamperinnya dengan sedikit memberi kejutan.
“serius banget mas masaknya!” seru Iema sambil menahan tawanya. Lili dan Nanang sibuk sehingga mereka tidak menyadari kedatangan Iema, sedangkan Lisa lagi sibuk ngobrol tentang syoping dengan Lema teman yang selama ini telah mereka anggap sebagai saudara mereka itu.
“kalau nggak serius ntar malah gosong lagi mbak! Oh iya mbak, kenapa bisa masuk?” Tanya Danang ketika ia heran melihat salah satu pelanggannya masuk kedalam ruangan khusus kariawan caffe itu.
“menu gado-gadonya masih ada?” Tanya Iema yang masih saja menahan tawa yang hampir meledak dimulutnya.
“ah menu itu tidak akan pernah hilang dari caffe ini mbak!” seru Danang yang masih saja fokus dengan pekerjaannya, dan tidak menyadari kalau yang mengajaknya ngobrol itu Iema.
“emangnya nggak malu mas? Caffe sebagus ini masih menyajikan Makanan kampungan kayak gitu!” Iema mulai menguji Danang.
“makanan itu hasil dari ide salah satu pelayan kami, yang kebetulan mendapat kesempatan sekolah di Landon!” seru Danang yang masih menjawab pertanyaan dari Iema namun mengabaikan muka orang yang mengajaknya ngobrol itu.
“ouh sekolah kepelayanan caffe yang mas, emangnya ada sekolah kayak gitu?” seru Iema yang melihat temannya masih saja sibuk dengan pekerjaan yang tak mungkin dia tinggalkan, setelah dia mulai kelihatannya siap dengan masakan Istimewanya. Barulah dia menyadari kalau dia mengenal suara yang sejak tadi menjadi pembicaraannya. “lho mas, memangnya sudah selesai kenpa tidak mau membalikan badan? Emangnnya tidak mau kenala sama saya lagi! Kalau begitu gado-gadonya dua ya mas meja nomor lima?” seru Iema yang langsung pergimeninggalkan Danang, namun malang Danang tidak sempat melihat Iema , dia masih memikirkan siapa yang mengajak ngobrol tadi.
“aneh banget tu orang, cepat banget ilangnya!” seru Danang yang langsung membuatkan Gado-gado yang dipesan cewek tadi, tiba-tiba dia teringat dengan meja nomor Lima dan dia berniat bakal ngantar makanan itu langsung. Tak berapa lama kemudian selesailah mengolah Gado-gado yang super lezat masakan Dangan.
“oh my god, jadi yang memesan tadi Iema!” seru Danang terkejut, Iema melihat Danang sedikit gemetaran, hampir saja Danang menjatuhkan piring gado-gadonya.
“ups, hati-hati donk mas! Kan sayang kalau jatuh!” seru Iema dengan centil, hanya saja gayanya masih tetap seperti dulu tomboy-tomboy banget. Danang menghabiskan waktunya untuk mengantar teman-temannya Iema keliling Jakarta.
Hari itu, Iema sengaja pergi ke Climbing dimana Iqbal sering main disana, temen-temen Iqbal kenal semua dengan Iema. Karena mereka selalu mengandalkan Iema saat lomba climbing antar club, disana Iema bertemu dengan Kak Ryan, wakil club Climbing mereka, maklum yang ketuanya kan Iqbal, kebetulan yang paling axis latihan disitu, semenjak kepergian Iema kelondon, dialah yang menggantikan posisi Iema sebagai pemain andalan di climbing itu. Edward sekarang udah dekat dengan Danang jadi Edward cukup ditemani Danang.
“hi, Kak Ryan apa kabar!” Iema menyapa Ryan tanpa memberi isyarat, tersentak Ryan terkejut dengan kehadiran Iema.
“eh kamu, nggak berubah yah? Tetep aja suka banget buat orang kaget!” sentak Ryan pada Iema yang telah dianggapnya sebagai adik kandungnya.
“lho kak Ryan nggak lupa sama aku?” Tanya Iema penasaran dengan tingkah Ryan yang nggak berbeda seperti yang dulu-dulu.
“ah kamu, siapa yang lupa dengan kamu anak paling jail di club ini!” seru Ryan sambil merangkul Iema dengan rangkulan erat seperti biasanya dia berprilaku pada Iema.
“kalau gitu boleh manjat dengan gratis donk kak!” seru Iema sambil menatap senyum pada Ryan.
“ ah kamu nggak berubah!” seru Ryan mengizinkan Iema climbing tanpa bayar. Tak beberapa lama kemudian Iqbal datang dengan CRV yang tidak pernah dia minta ganti dengan Papinya yang super kaya itu. dia bingung ketika ia lihat yang diatas gayanya yang telah hebet layanya Ryan, namun setelah ditatapnya Ryan ada dibawah lalu siapa yang diatas.
“hay yan? Siapa yang diatas sana?” Tanya Iqbal sambil mendekat kearah Ryan yang masih memegang tali pemadu dari bawah.
“hebatkan dia?” Tanya Ryan sambil tersenyum tipis.
“hebat sih, anak beru yah?” Tanya Iqbal penasaran, bukan jawaban yang ia dapatkan malah senyuman kecil dan tawaan yang hampir tak terdengar oleh Iqbal, tak beberapa lama kemudian Iema turun dari atas kebawah dengan cepat, hal itu membuat Iqbal dan Ryan takjub.
“Lema? Sejak kapan kamu suka climbing!” seru Iqbal ‘oh my god, sebenernya siapa gue dimata Mas iqbal?’ batin Iema, namun Iema tidak menjawab Iema hanya tersenyum lebar tanpa perkataan dia pergi menjauh dari kedua kakaknya itu. Ryan menatap heran kearah Iqbal, mata Iqba menunjukan tampak bertanya.
“oh my god Iqbal sadar nggak sih lo?” Tanya Ryan pula, dia nggak pernah menyangka kalau Iqbal bakalan melupakan Iema secepat datangnya kilat jua.
“apa?” Tanya Iqbal yang tak mengerti apa kata sohibnya itu.
“lo fikirin aja sendiri, betapa tidak punya hatinya diri lo bal, berkata seenaknya seperti itu!” Ryan meninggalkan Iqbal dengan sikap yang tidak baik. Barulah dia sadar kalau Lema itu tidak pernah main Climbing, dan tidak mungkin Lema semahir Ryan. Dan barulah dia sadar kalau itu adalah Iema adik yang disayanginya selama ini menghilang ke London, dan nggak pernah memberi kabar sedikitpun. Iqbal menghampiri Ryan lalu bertanya dengan nada sangat pelan.
“lo tau iema dimana?” Tanya Iqbal yang telah menyadari kalau itu adalah adik kesayangannya.
“gue nggak tau! Baru nyadar lo?” Tanya Ryan dengan nada sedikit tidak bersahabat.
00000000
Sudah sebulan mereka berada di Indonesia dan saatnya mereka kembali ke London untuk memulai aktivitas seperti biasa, pergi pagi pulang sore atau bisa disingkat menjadi 3ps, seperti orang kerja di kantoran aja pulang sore, seperti itulah sekolah paling popular, Paling elit di London. Rasanya aktivitas itu membosankan hanya saja saat-saat bertemu teman-teman yang satu perjuangan berdampak besar pada kehidupan mereka.
Waktu cepat banget berjalan dan tak pernah bisa di hentikan walau hanya sebentar, mungkin kalau bisa dihentikan, Iema lebih memilih menghentikannya ketika dia berada didekat dengan teman-temannya D’SunDay. Dan rasanya baru saja dia baru masuk disekolah elit di London itu, namun ia harus meninggalkan higt school yang telah menjadi bagian dari hidupnya. Namun salah satu kesenangan bagi Iema karena dia masuk di university london yang terkenal, dan dia tidak ingin pulang ke Indonesia entah mengapa, yang jelas bukan karena dia tidak cinta pada negerinya. Semua itu tidak lain adalah karena dia masih ingin menempati janjinya pada ALLAH.
“Iem, kamu mau masuk ke fakultas apa?” Tanya Opa dengan nada sedikit berat karna tubuhnya yang semakin lama, semakin rentan itu.
“kayaknya bisnis management opa!” seru Iema dengan nada sedikit kecil.
“Opa Cuma mau kamu tahu satu hal sayang, setelah opa nggak ada nanti, kamu harus pulang ke Indonesia!” seru Opa dengan nada masih berat, memang Opanya udah cukup tua. Sedangkan Oma nya telah beberapa waktu lalu berpulang ke pangkuan yang maha kuasa. Iema terkejut dengan ucapan Opanya. Beberapa hari kemudian Iema mengalami kejadian yang sangat histeris, Opa tercintanya menyusul Omanya yang jua sangat ia cintai itu.
Atas amanah yang diberikan oleh Opanya, ia mengambil semester cepat sehingga dia bisa cepat kembali ke Indonesia, dua tahun kemudian keadaan semua berubah termaksud dengan D’Sunday yang selama ini telah dia tinggalkan.
“hai nang!” sapa Iema yang masih mengenal Nanang pake muka dewas.
“lo, lo Iema yah?” Tanya Nanang yang kangen berat sama temannya itu.
“iya gue Iema!” mereka saling ngobrol dan ternyata Iema ingin ketemu Lewat pertemuannya dengan Nanang, berserta D’SunDay lainnya. Meliat Lema yang benar-benar mirip pada dirinya membuat Iema pengen banget memeluk kakak kembarannya itu.
“Lema, maafin gue! Karena selama ini gue nggak bisa nerima semuanya!” seru Iema seraya memeluk Lema, dan di sambut senyuman dari D’sanday, yang sangat bersyukur kalau temannya itu telah berubah. Keesokan harinya Riko meminta ketemuan sama Iema, ‘oh my god, benerkah ini!” batin Iema dalam hati, dia tidak percaya kalau Riko nembak dia disaat, untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terkhir dia tidak bertemu dengan Iema.
“lo serius ko?” Tanya Iema dengan nada sedikit tersenyum.
“hay, gue itu udah nunggu lo sejak kita nggak satu sekolah lagi ma, gue suka sama lo dari kelas tiga smp!” seru Riko menjelaskan dengan detail kenapa perasaan itu masih dia simpan dengan rapih dihatinya.
“what?” Tanya Iema kaget, dan dijawab dengan anggukan Iema. Dan iema menyetujui dengan tembakan dari Riko, hari itu mereka resmi jadian setelah sekian tahun hati mereka berdua senagaja ditutup-tutupin, ternyata Iema telah jatuh cinta pada Riko semenjak dia dijauhin sama anak-anak satu sekolah dan hanya Riko yang mau berteman dengannya.

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Senin, 06 September 2010

Ketika si tomboy jatuh cinta

“bego banget sih gue, kenapa gue bilang kayak gitu!” itu lah ucapan gadis berumur limabelas tahun yang masih duduk di bangku smp, yang bernama Lilian. Dia melakukan hal bodoh demi bisa bersamaan terus dengan Lintang, anak paling pintar, paling baik, n paling ramah yang pernah Lilan temuain. Dia rela ikut baksos, demi bisa dipandang baik dengan Lintang, emang Lilian anaknya baik namun dia paling nggak kuat sama yang namanya kotor. Semua kejadian itu ia ceritakan kepada kakaknya yang memiliki nama Kevin, dia adalah idola di sekolahnya. Anak yang mempunyai senyuman maut, Lilian suka Jijik kalau kakaknya udah nggak perhatian padanya ketika ia sedang jalan berdua karena selalu aja di cuekin sama Kevin.
“hahahahahah, gue nggak salah denger Li?” Tanya kakaknya kebingungan
“ gue nggak tau kak, kenapa gue mesti bilang kayak gitu ke Pak Anuar!”
“ kamu sih demi nggak mau kalah sama temen-temen kamu rela nyakitin diri sendiri!”
“ gimana nih kak? Gue Cuma mau pastiin ketemen-temen aku aja kalau anak tomboy juga bisa deket dengan super idola disekolah!”
“selama ini kamu juga nggak masalah kan dengan kejadian yang menimpa kamu selama ini? Hahahahahaha…..!” kakak nya masih saja terus menertawakannya.
“ tuhkan kakak masih aja nertawain gue apa sih mau nya?”
“ya udah kita main basket yuk, di taman!”
“bareng kak Jo, Kak Gelbert juga!”
“ya iya lah…!
“ ya udah deh gue ganti baju dulu yah?” Lilian cepat mengganti pakaiannya, karena dia tomboy makanya nggak butuh waktu lama untuk dia mengganti pakaiannya, setelah mereka siap. Mereka menaiki sebuah mobil Jazz berwarna hitam yang telah di modifikasi, sepertinya itu milik kakaknya yang telah duduk dikelas sebelas itu. Tak lama kemudian mereka berdua sampai di tempat yang mereka tuju emangsih taman itu di perumahhan mereka tapi, taman itu cukup jauh dari rumah mereka. Disana terlihat, Jo, Gelbert, dan dua orang yang nggak dikenal oleh Kevin, apalagi Lilian.
“ hai Vin, Hai Li, akhir nya sang juara bertahan keluar juga!” ledek Jo yang telah lama menunggu mereka.
“ ha anak manja kayak lo bisa main basket juga!”
“ kenapa lo bisa disini? Kalau tau gini nggak ikut deh gue!”
“ lho kenapa li, mereka suka ganggu lo yah?”
“ aduh mas, males Angga disini!”
“ apa lagi gue, nek gue liat lo berdua!”
“ kalian sebenarnya ada masalah apaan sih?”
“kak, ini nih anak yang suka ngeledek li?”
“ Kak Jo yang lo bilang juara bertahan maksudnya?”
“ gus, bagus, ketinggalan jaman lo?”
“ lho kenapa gue ketinggalan jaman!”
“ Lilian inikan atlet basket bimbingan Andy Agustio, yang pemain perfesional!”
“what, kok bisa?” Bagus dan Angga terkejut ngeliatnya, setau mereka Lilian adalah anak yang paling tomboy n tertutup di sekolahan. Tapi harus mereka akui juga kalau sekolah mereka nggak pernah yang namanya punya tim basket cewek disekolah.
“gue pulang dulu deh kak!”
“hehehe…. Masa sih kamu Cuma gara cumi-cumi berdua ini lo mesti pulang, Li?” Tanya Jho dengan merangkul Lilian.
Keesokan harinya, anak-anak yang ikut baksos di kumpulkan kebetulan Lintang menjadi Ketua panitia baksos sedangkan Lilian menjadi wakil ketua panitia Baksos, Semua anak-anak iri melihat kedekatan Lilian dengan Lintang. Sore itu Lintang mengajak Lilian makan siang bareng, dan disaat itulah Lilian jujur sama Lintang kalau dia suka alergi kalau di tempat-tempat kotor.
Sore itu di salah satu caffe yang bernuansa coklat, ternyata itu caffe favoritnya Lintang, dan juga Caffe favoritnya Lilian juga. Lintang suka coklat dan Lilian juga suka coklat, mereka berdua mempunya kesamaan yang hampir semua sama.
“sory…. Sory tang gue telat!”
“nggak papa, emang nya lo dari mana?”
“tadi abis latihan basket!”
“oh, oh iya kita langsung ke tema pembicaraan kita yah??”
“ sebelum nya gue pengen bilang sama lo!”
“ bilang apa?”
“kalau sebenernya gue ikut baksos karena terpaksa!”
“maksud nya?”
“ gue itu alergi sama tempat kotor,! N gue ikut baksos Cuma mau buktiin sama anak-anak kalau gue itu bisa deketin elo, gue selama ini di bilang . ……” omongan Lilian terputus akibat wetersnya datang untuk mengantar minuman.
“trus, elo suka di bilang apa?”
“lesbi tang, suka sesama jenis!” Lintang, ketawa sejadi-jadinya. “ tuh kan nggak lo, nggak kakak gue, ketawa!”
“iya-iya sory, abis lucu sih!” sambil tertawa kecil, “ emang lo alergi na ampe kenapa?” tanpa menyinggung hal yang membuat Lintang ketawa terbahak-bahak.
“nggak ah, ntar lo ngakak lagi!” tiba-tiba telfon Lilian berberbunyi, “bentar ya gue angkat telvon dulu!” Lintang hanya mengangguk sedikit.
“iya kak kenapa?”
“cepet pulang, eyang ke rumah nih!”
“iya-iya, ntar gue lagi rapat Baksos ama Lintang!” telfonpun tertutup, Lilian kembali ke meja di mana ada Lintang.
“tang, sory banget nih, eyang gue pulang hari ini, jadi gue nggak bisa lama-lama nih!”
“oh ya udah!”
“lo pulang naik apaan?”
“gue naik taxi!”
“sama gue aja, gue kebetulan bawa motor tuh!” Lintang pergi membayar ke kasir, dan mereka pulang berdua. Ternyata Lintang itu anak orang kaya nggak seperti, apa yang dibilang sama anak-anak sekolahnya selama ini.
“ lo emang tomboy beneran ya Li?”
“maksud nya apa?”
“motor aja udah kayak motor anak laki-laki, anak cewek itu cocok nya pake matik tau nggak!”
“hehehe, maklum cewek jadul.!”Lilian nggak sempet mampir ke tempat Lintang sedangkan Lintang telah menawarkan untuk mampir sebentar. Sampainya dirumah eyang nya telah marah-marah, karena tidak dilihatnya cucu perempuan satu-satunya tomboy. Ternyata kedatangan eyang nya ke rumah mereka, karena mengantar Radit, Radit adalah sepupu Lilian yang satu reting dengan Lilian.
“bauk sekali kamu Lilian!”
“eyang, tadi Lilian abis latihan basket eyang!”
“basket?”
“iya eyang, Lilian inikan udah tim Nasional eyang!” bela Kevin dengan nada ramah dan sopan.
“oh begitu, eyang sebentar aja disini Cuma mau anterin Satria aja!”
“oh gitu ya eyang!” malam itu Satria bingung dengan sepupu-sepupunya, kenapa nggak ada satu orang pun makan malam. Tiba-tiba Lilian keluar kamar, dengan gaya cowok.
“cari makan lo Sat?”
“iya gue laper nih!”
“yuk ikut gue, lo belom tau dapur kita tuh bukan disini!”
“yah ni dapur kan?” Lilian segera menarik tangan Satria, menuju motornya. Lalu melaju dengan kecepatan Rata-rata Lilian tau kalau sepupunya nggak punya nyali untuk mengendarai kendaraan sangat laju. Satria di bawa oleh Lilian ke sebuah caffe di sebuah pusat peberlanjaan yang megah di kota itu.
“jadi kalian makan di luar terus?” Tanya Satria rada bingung ketika tau pola makan kedua sepupunya.
“nggak juga sih, biasa nya gue ama Kak Kevin, masak bedua tapi dia tadi bilang ada kegiatan jadi nggak ada yang masak!”
“emang nya lo nggak bisa masak?” Tanya Satria bingung.
“ya ampun Sat, kenal gue udah berapa taun sih?”
“oh iya-iya, eh gue besok nebeng ama lo yah, gue kan satu skul sama lo!”
“kenapa nggak masuk skulnya kak Kevin aja?”
“lo kan tau, butuh satu bulan bagi gue untuk menyeleksi sekolah yang bertaraf internasional, n paling bagus! Ke betulan yang gue liat sekolah lo yang bagus!”
“terserah lo lah!” sementara itu, Lintang mencari ide untuk menyelamatkan Lilian di acara Baksos di sekolah. Walaupun Lilian nggak memintanya, hati Lintang ingin menolong temannya itu. Namun kadang-kadang Lintang suka senyum-senyum sendiri ketika mengingat perkataan Lilian tadi yang sangat lucu.
Keesokan hari nya, dengan terpaksa Lilian harus berangkat cepat karena takut kejebak macet, selain jalannya yang sempit dan berdesakkan, dia harus membawa motornya pelan-pelan karena pergi berdua dengan Satria. Yang seperti banci takut dengan kelajuan.
“Sat dah siap lo?”
“udah, dari jam lima tadi!”
“ya udah berangkat yuk?”
“lho kak Kevin nggak berangkat?”
“dia kan masuk jam Sembilan, sedangkan kita masuk jam tujuh!” mereka sampai disekolah dengan tepat waktu, Lilian langsung memasuki ruangan kelasnya. Dan dibiarkannya Satria untuk keruangannya kepala sekolah sendirian. Namun belum masuk kekalas tangan Lilian udah di tarik oleh seseorang.
“asstagfirullah!”
“kaget lo?” seru Lintang sambil ketawa terbahak-bahak.
“ puas lo, pagi-pagi udah buat orang sawan hampir mati!”
“eh, tenang, gue ada berita bagus tentang baksos!”
“ kenapa? Baksos di tunda ya??”
“enak aja lo ngomong, maksud gue, gimana lo tetap jadi bawahan gue tanpa harus ikut turun langsung kelapangan!”
“yang bener lo?”
“buat apa gue bohongin lo?”
“ ya udah deh! Apa pun rencana lo, gue ikutin tapi jangan yang aneh-aneh!”
“ok, ya udah gue kelas dulu yah!” emang kelas Lintang jauh dari kelas Lilian karena Lintang mengambil jurusan IPA dan Lilian mengambil IPS. Waktu Lintang sampai di kelas bertepatan dengan bel masuk berbunyi, di kelas Lilian ada anak baru yang pindahan dari Bogor. Sungguh tak terduga oleh Lilian kalau Satria masuk dikelasnya, dengan sepontan Satria mengambil tempat duduk di sebelah Lilian.
“eh, apa-apaan nih?”
“nggak ada, gue Cuma pengen duduk disini aja! Nggak boleh li?”
“nggak sana lo ma Aldy!” namun Satria tetap ngotot, sepertinya Lintang bakal ada saingan nya, karena satria juga ganteng, bahkan dia dulu menjadi cowok terfavorit disekolahnya. Dan kayaknya disekolah ini juga bakalan menjadi cowok terfavorit. Belum setengah jam mengikuti belajar, nama Lilian dipanggil melalui Mikropon di sekolah, “ di panggil Lilian Agustina Lubis, untuk ke ruangan panitia Baksos!” setelah pemanggilan itu, dengan cepat Lilian pergi permisi dengan guru yang mengajar di kelasnya.
Setelah diluar, ternyata Lintang telah menunggu di depan kelasnya. Maksudnya untuk pergi keruangan Panitia sama-sama, akhir-akhir ini Lintang sering perhatian sama Lilian. Namun Lilian melihatnya biasa aja karena, selain Lilian Tomboy sebenarnya Lilian juga nggak ada cinta sama sekali dengan Lintang. Sepertinya Lintang udah jatuh cinta duluan.
Niatnya Cuma mau buktiin ke anak-anak cewek, bahwa dirinya bukan anak laki-laki, atau labih tepatnya bahwa dirinya bukan pecinta sesama jenis, namun seiring dengan berjalannya waktu ternyata, Lintang benar-benar jatuh cinta sama Lilian. Awalnya Lilian masih biasa-biasa aja.
“Li, mungkin nggak yah, anak tomboy seperti lo bisa jatuh cinta?”
“mungkin bisa!”
“lho kok mungkin?”
“yah mungkin aja, gue nggak tau!”
“lo kan tomboy, emang nya lo belum pernah jatuh cinta yah???”
“kayak nya sih belom, hehehe!” Lintang kelihatannya lemas sekali ketika mendengar kata Lilian kalau dia belumpernah jatuh cinta. Sebenarnya Satria tau kalau Lintang suka sama Lilian, kebetulan Lilian pamit terlebih dahulu karena hari itu dia jadwal latihan basket di tempat biasa. Tak lama kemudian Satria nyamperin Lintang yang terduduk lemas, Satria udah ngikutin mereka berdua sejak tadi pulang sekolah. Satria curiga kalau Lintang jatuh cinta pada Lilian.
“lho, elo itu anak baru itukan?”
“iya lagian guekan udah lama di sekolahan lo, masa nggak kenal-kenal juga sih!”
“nggak Cuma kitakan jarang ketemu!”
“ouh, elo suka yah sama Lilian!”
“kenapa lo, bilang kayak gitu ke gue!”
“lo tau, kalau gue ini sepupunya Lilian!”
“apa?”
“tapi lo jangan bilang-bilang ke anak satu sekolah yah?”
“emangnya, lo mau ngasih gue apa? Kalau gue ngerahasiain lo sepupu nya Lilian!”
“lo bakalan gue comblangin ma Lilian!” akhirnya ada juga yang mau ngebantuin Lintang untuk mendapatkan si tomboy yang susah jatuh cinta, mungkin Kevin bakalan seneng kalau adiknya dapat pacar. Karena selama ini Kevin juga termaksud anak-anak yang bilang Lilian itu Lesbi atau penyuka sesama jenis. Sedangkan di tempat latihan dia focus dengan latihannya, tiba-tiba fikirannya melayang sampai ke Lintang, entah angin apa yang membawa nama Lintang masuk ke dalam fikirannya. Semenjak itu Lilian mulai merasakan suka sama Lintang, seringkali Lilian menghayal kalau dia yang bakalan jadi pacarnya Lintang. Namun khayalannya ia tepiskan karena tidak mungkin kalau ia bisa jadian sama lintang, saingan nya aja Tia orang terpintar setelah Lintang di IPA.
Hari itu Satria ngeliat Lilian ngelamun sambil senyum-senyuum sendiri, Sedangkan Tv dibiarkan hidup. Jadi bukan Lilian bukannya menonton Tv jadi Tv yang menontonnya. Satria duduk disebelahnya, namun sama saja Lilian tetap melamun dan senyum-senyum sendiri rasanya kehadiran Satria disampingnya tidak di hiraukan oleh sepupunya itu. Sampai akhirnya Satria mencoba mematikan Tv nya, namun sama saja Liluan nggak mau juga bangun dari lamunannya. Sampai akhirnya Kevin datang dengan pandangan aneh terhadap Lilian dan Satria, mata Satria focus dengan acra Tv yang ditontonnya, dan tangannya sibuk dengan makanan setoples yang ada atas meja.
“lho kalian berdua kenapa?”
“bukan kalian berdua kak, tapi Lilian aja gua nggak ikut-ikut tau nggak!!!”
“ya amapun, dia kenak virus apa tadi kok bisa jadi gini!”
“ Virus Cinta kali!” tiba-tiba suara Lilian terdengar yang lumayan kuat.
“sat, gue sayang sama Lintang! Mungkin nggak yah gue bisa dapetin dia!” keesokan harinya, Satria bertabrakan dengan Tia ketika Keluar dari perpustakaan, sedangkan Tia membawa banyak buku-buku yang harus diantarnya keruangan guru. Mata Tia nggak bisa lepas dari pandangan mata Satria, namun Satria menepiskannya.
“sory-sory, ini emang salah gue!” seru Satria dengan nada bersalah.
“ouh nggak apa-apa kok!” semenjak pertemuan itu Obsesi Tia untuk jadi Pacarnya Lintang, putus. Ia lebih memilih Satria untuk jadi pacarnya, seiring dengan waktu Satria mulai jatuh cinta pada Tia, namun Lintang masih tetap aja nggak PD untuk mengungkapkan cintanya sama Lilian padahal Satria udah bilang kalau Lilian udah cinta beneran sama dia. Setelah Tia bertabrakan dengan Satria, Tia mulai melupakan kalau dia suka sama Lintang. Akhir-akhir ini Tia lebih sering melamunkan Satria, dia berharap Satria juga jatuh cinta padanya. Ternyata benar hari minggu ini Satria memberanikan diri untuk menembak Tia karena, Satria udah jatuh Cinta beneran sama Tia.
“ada apa Sat, tiba-tiba ngajak gue ketemuan?” Tanya Tia bingung sendiri.
“ada deh, duduk aja dulu! Yang santai aja! Mau pesen apa?”
“pesen apa yah? Kamu udah pesen belum?”
“belum nih!”
“ems samain aja sama kamu punya!” hari itu adalah hari yang paling membahagiakan bagi Tia, hari itu Satria nembak Tia, dan itu membuat Tia nggak bisa tidur malam itu. Sedangkan Lintang lagi cari cara untuk nembak Lilian, Satria tetap berusaha untuk memepesatukan Lintang dan Lilian. Mereka berdua susah disuruh untuk jadian aja, akhirnya Satria untuk memutuskan mengirim surat dan menyatakan bahwa Lintang dan Lilian bertemu di Caffe Coklat siang itu sekitar pukul empat belas.
Lilian semangat untuk pergi kesana dalam fikirannya ia yakin kalau Lintang bakalan menembaknya, namun Lintang bingung kenapa Lilian yang meminta pertemuan itu, sedangkan acara Baksos masih sekitar semingguan lagi. Namun bagai mana pun Lintang tetap datang ke Caffe itu. Setelah mereka sampai di Caffe itu, pelayan yang disana mempersilahkan masuk dan menunjukan tempat dimana mereka harus duduk, kebetulan Lintang dan Lilian masuk berbarengan. Setelah seorang pelayan menunjukan tempat duduk yang ada seorang laki-laki itu, mereka berdua mendekat dan terkejut karena yang dilihat adalah Satria.
“nggak usah keget gitu kali!”
“emangnya lo ngapain nyuruh kita berdua kesini, pake nama gue ma Lintang lagi!”
“gue itu gemes dengan percintaan kalian yang nggak pernah mau ngalah satu sama lain tau nggak!”
“so, mau lo gue nembak Lilian gitu!’ seru Lintang sedikit malu-malu, namun Satria hanya mengangguk, “ ok…. Ok….!”
“Li, sebenernya, awal pertama kita ketemu sama lo bilang kalau lo ikut baksos Cuma pengen nunjukin keteman-teman kalau lo itu bukan….., gue suka ma lo Li!”
“sebenernya gue juga suka sama lo tang, semenjak lo mulai perhatian ma gue, dan gue sebenarnya, benar-benar pengen turun ke lapangan, bareng kamu!” seru Lilian menjawab tembakan dari Lintang.
“yah, walaupun nggak seromantis, Satria nembak gue! Jadi deh dari pada nggak jadian-jadian kan!”
“elo, kok ada disini?”: Tanya Lilian.
“gue kan jadian sama Satria dan hari ini kita mau ngedet bareng emangnya kenapa?”
“oh jadi ceritanya dabelded yah!” semenjak itu Lilian dan Tia mulai menjadi sahabat, dan mulai sejak itu Kevin bangga pada adik nya yang super tomboy itu, walau[un begitu Lintang nggak pernah mau Lilian berubah menjadi super feminism, dia mau Lilian berdandan sewajarnya dia, dan nggak diubah-ubah. Ternyata anak yang super tomboy pun bisa jatuh cinta, dan ketika si tomboy jatuh cinta, cowok yang nembak dia adalah orang baik dan superterbaik, yang mau menerima sitomboy sebagai ceweknya, dengan apa ada nya.

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO