Jumat, 10 Juni 2011

Seperti Aku Seperti diriku

Biarkan kata-kata ini mengalir sendiri sehingga membiarkan dia untuk berekseperimen merangkum dan melihat alam sekitar. Terduduk seorang anak yang suka baca dan menulis cerita disebuah tangga dekat dengan sebuah gedung. Mata nya sibuk melirik-lirik sesutu yang belum pasti dan jelas, semua orang menatapnya dengan kebingungan. Apa yang dia fikirkan? Semua orang bertanya dengan hal yang sama. Sedangkan tangan si penulis sibuk mengalirkan kata-kata, dari fikiran dan fikirannya terbang melayang ke dunia hayalan.
Anak itu benar-benar kebingungan apakah dia masih normal ataukah dia sudah tidak bisa berfikir alias gila. Sedih melihat anak itu yang tiba-tiba mengeluarkan air matanya dan menunduk, orang-orang masih pada bertanya-tanya, ada apa dengannya? Dia seperti seorang anak kecil yang kehilangan binatang peliharaannya. Tapi dibalik itu hanya dia yang tahu, hanya dia yang bisa menjawab pertanyaan itu. “kenpa harus aku?”Batinnya, tampaknya batinnya sakit dengan apa yang terjadi pada dirinya, mungkin orang lain tak pernah merasakan.
Dia berdiri lalu berjalan dengan langkah gontai tak bersemangat, dia hapus air matanya yang jatuh tadi. Dia tak cukup berani mengangkat kepalanya setelah apa yang terjadi padanya. Mungkin baginya dunia sepi dan hanya dia seorang yang berada didalamnya mungkin itu lebih baik. Dia menulis sebuah cerpen yang berjudul “sebuah Dunia kecil hanya untuk aku yang slalu tebuang dan tercampakkan” . tangan si penulis berhenti sebentar, selayaknya memikirkan kata apa selanjutnya, tapi tangannya masih ingin mengetik-ngetik keyboard laptop.
Adakah yang ingin tahu ceritanya
Ini dia kisahnya “Sebuah Dunia Kecil Hanya untuk aku yang selalu terbuang dan tercampakkan”

Mungkin ini sebuah kisah dongeng, menurut judulnya itu ketahuan. Tapi ini bukan dongeng juga bukan cerita nyata dari aku, ini lah sebuah cerita yang hanya bisa aku tulis lewat cerita yang hanya sebuah cerita pendek, yang entah hendak dibaca orang ataukah tidak. Aku terlalu takut, jatuh dan gagal. Tapi dikehidupan ku sekarang aja aku udah gagal. Aku udah cukup terjatuh, tapi apakah tuhan akan senang melihat aku seperti ini.
Sebuah kamar kecil yang aku bilang dunia kecil, hanya aku dan tuhan tentunya yang tahu. Akulah manusia yang tak pandai bersyukur yang tak pandai rasakan kebahagiaan yang tuhan beri. Percakapan? Mungkin tak ada di cerpen ini, aku tidak memiliki banyak teman. Aku emang tidak home schooling tapi aku juga sekolah disekolah Negri.
“hey, Kok Elo nggak kayak kemaren sih! Suka beranda!” seru Nikita temenku yang duduk disebelah ku. Sebelum itu nama ku Lita. Aku hanya terdiam, aku tak menjawab aku tak cukup berani untuk mengatakan sesuatu.
Yap, dulu aku itu seorang anak yang ceria dan paling suka bercanda dan suka berkawan, tapi karena satu hal yang susah buat aku ungkapkan disini, tapi aku akan mengungkapkannya dengan pelan-pelan dan bakal kalian pehami.
Kembali kemasa lalu ketika aku masih sangat senang untuk begaul, berteman dan aku masih diterima dipergaulanku. Tapi aku tak cukup tahu kenapa orang-orang satu per satu menjauhi aku, aku memaki fisikku, aku memaki sifatku, dan hampir saja aku memaki sang pencipta. Tapi aku sadar kenapa sang pencipta masih berbaik hati untuk membiarkan aku hidup dan belajar dari alam, belajar dari apa yang seharusnya tidak orang lain ketahui. Setiap orang pasti pernah merasakan ujian berat.
Tapi ini sangat berat bagi ku, sebab aku seorang anak dari keluarga miskin, yang tak punya apa-apa, aku bercita-cita jadi seorang penulis dan aku ingin bercarita lewat ceritaku, tapi malang nasibku, aku ingin mengekspos Cerpenku dimajalah, tapi mereka ingin yang sudah diketik lewat Komputer, “down” itu yang terjadi samaku saat itu, itu yang membuat aku putus asa. Ketika putus asa, aku mempunyai Ide. Aku utarakan ide itu kepada temenku yang kebetulan saat itu dia adalah seorang anak dari keluarga tajir.
“sory ya, Lit, harusnya elo ngaca sebelum punya cita-cita!” serunya kemudian, betapa tidak mendukungnya teman-temanku, aku sedih- sedih banget mendengar perkataan itu, hampir tak ada orang lain yang bisa aku minta tolong.
“tau nih, jadi penulis! Ngimpi aja elo!” seru temannya yang lain.
“Lita sayang, cari aja elo di rongsokan! Sambil ngais sampah didepan rumah gue ada nggak kompi!” serunya melecehkan aku, sakit rasanya melihat hal seperti itu. Aku hampir saja menangis dengan apa yang dia katakan terhadapku, “apa iya, aku! Hanya pantas sebagai seorang pemulung sampah?” tanya ku dalam hati, mereka-mereka teman-teman yang setiap ada even tertentu salalu saja mendekatiku, dan ketika sudah selsai orang-orang itu menjauh dari aku.
Semenjak itu aku benar-benar menjadi seorang pemulung, untuk mengumpulkan uang, agar aku bisa beli kompi, hari-hari aku lalui dengan sekolah dan memulung, orang tuaku bukan tipe orang tua yang bisa dengan mudah memberikan anak-anaknya jajan, mesti aku anak tunggal. Aku harus sadar diri juga dengan keadaan ayah yang hanya seorang pengantar pos, ibu seorang penjahit amatiran, sebenarnya tak ada yang istimewa dihidupku ini.
Banyak cobaan yang harusnya tak terjadi, yang seharusnya tak pernah terungkap. Tapi aku mencoba mengungkapkan apa yang susah dicerna, namun kalau tak berhasil. Berati aku susah untuk mengatakan apa yang terjadi di hidupku ini. Ceritanya terlalu pahit dan tak layak ditiru. Setelah pulang sekolah ini, aku memulung mengumpulkan plastik-plastik, botol, kerdus dan lain-lainnya biar aku dapat uang dan dapat membeli kompi yang paling jelek saja mungkin aku sudah bersyukur. Banyak hal yang tak pernah aku syukuri dari dunia ini, padahal aku selalu diberi pertolongan olehnya tapi tak satupun aku ucapkan kata syukur.
“lumayan kali ini hasil kamu Lit! Semuanya dua puluh ribu ya lit?” juragan yang selalu mengambil barang-barang hasil mulungku memberikan uang dua puluh ribu, lumayan buat tambah-tambah beli kompi walaupun hanya harga murah.
“yah Alhamdullilah lah mas!” seru ku sambil mengambil uang darinya. Hasil dari sana aku bisa mendapat mengumpulkan uang untuk membeli satu komputer standart yang aku inginkan, biarlah aku malu dulu dari pada nanti aku akan malu-maluin semua keluarga. Sebenarnya Ayah dan Ibuku melarangku untuk bekerja seperti itu. Kami memang keluarga miskin tapi kami tidak miskin hati dan perasaan, kami masih bias membantu norang yang nsedang membutuhkan pertolongan kami.
Hari ini uangku terkumpul lumayan, aku bisa membeli Kompi yang mungkin hanya ppentium satu pada zaman dahulu kala. Tapi hal yang tak terduga terjadi, tetangga sebelah ku anaknya kecelakaan dan perlu biaya daia datang kerumahku dan meminjam uang kepada ibuku, saat itu ibu hanya memegang uang seratus ribu rupiah, karena kesiannya aku dengan anak ibu tetangga akhirnya aku memberikan semua uang yang aku punya kepada ibu-ibu itu. Awalnya ibuku melarang,
“lita jangan kau berikan itu! Itu kan hasil tabungan kau yang akan kau pakai untuk membeli computer!” seru Ibu dengan nada melayunya yang masih lekat di lidahnya, walaupun sebenarnya dia sudah hamper Sembilan belas tahun tinggal dijakarta.
“tapi bu, keselamatan nyawa jaka lebih penting dari pada Komputer itu bu! Aku masih bisa membelinya walaupun sebenarnya aku sangat lelah dengan pekerjaan itu!” seru ku dengan kata yang lumayan bijaksana menurutku, “nyawa tak ada gantinya, sedangkan uang masih bisa dicari dan digantikan bu!”
“ibu bangga dengan mu nak!” seru Ibuku dengan bangganya, akhirnya aku putuskan untuk memberikan uangnya kepada Ibu Jaka. Untuk sementara ini aku tidak akan mengutarakan cita-citaku, biarkan saja dia menari dengan Indah dijagat raya, memang cita-cita besar hanya untuk orang paling besar dan kaya didunia, dan bukan untuk orang selevel dengan ku. Memang banyak cerita orang sukses dan orang kaya berawal dari kemiskinan. Tapi bagi aku aku tidak percaya dengan apapun juga dengan perkataan mereka.
Aku terduduk di dunia kecilku saat ini, yah di sebuah kamar kecil dipemukiman kumuh yang tak mungkin ada orang kaya lalu-lalang. Aku tahu pasti itu, tapi ketika pemilihan pemerintah dalam bentuk apapun juga, hampir setiap hari orang kaya lalu-lalang, aku bukan anak kecil lagi, aku tau kenapa mereka bolak-balik kedaerahku saat itu, mengobral janji, agar bisa naik keatas. Itu hanya sebuah tipuan lama untuk orang-orang disini, dan tidak untuk aku ibu dan ayah, karena kami bertiga dari dulu tidak pernah memilih satu orangpun, karena bagi mereka agar tidak ada kekecewaan dari dasar hati karena pilihan kita salah.
Menurut yang aku pelajari semua yang dipiilih salah, mereka mgobral janji tanpa mengobral bukti. Janji ini lah itulah, tapi sertitik atau secuel tak ada mereka lakukan utnuk perubahan. Aku lebih memilih Negara kamarku ini dimana aku yang jadi Presiden, aku yang jadi wakil-wakilnya, dan semua instansi-instansi terkait didalam Negara, dan yang paling penting lagi adalah aku dapat menjadi apa yang aku inginkan. Aku bisa menjadi seorang penguasa didunia ku sendiri, tanpa ada yang melarangku.
“dia menari-nari diatas sebuah tumpukan sampah yang semakin hari tidak pernah usai….” Panggalan pertama dari cerpenku, setelah tadi aku berhasil mengambil sebuah buku baru dan pena didalam tas sekolahku. Biarkan aku gagal mendapatkan Kompi, tapi tidak aku biarkan Cita-Cita dan harapanku Sirna dengan sekejap mata. Dengan terus berusaha aku jamin aku dapat semua nya, tak ada kata gagal dalam hidupku ini.
Tak pernah aku rasakan waktu berlalu begitu cepat, cepat hingga semua kejadian yang lalupun cepat terlupakan. Dan tak ada sebuah perubahan yang berarti apa-apa, sekitar sebulan yang lalu aku mendapatkan sebuah Laptop dari hasil lombaku mengikuti sebuah even yang sama sekali tak berhubungan dengan dunia tulis menulis, tapi aku tidak pernah kecewa. Dari keiseng-isengan ku aku mendapatkan sebuah Laptop yang tak ku duga. Tapi secara kebetulan juga, terpaksa aku tidak mengikuti lomba menulis atau mengarang didaerahku, itu semua dikarenakan mesti dari perwakilan sekolah sedangkan sekolah tampaknya tidak mau mengikuti aku andil.
Semenjak kejadian aku mendapatkan Laptop hidupku perlahan-lahan ikut naik. Kami sekeluarga perlahan-lahan hidup sederhana, dari sebuah kehidupan dibawah garis kemiskinan menjadi sedikit sederhana. Aku tahu tuhan takkan pernah memberikan hambanya hidup susah selamanya, jika ada usaha tuhan akan memperlancar semua jalan kita.
Kehidupanku dimulai dari sini, ketika aku lulus disebuah sekolah Menengah Kejuruan dengan jurusan Teknik Komputer dan Jaringan tentunya. Aku langsung direkrut bekerja disalah satu perusahaan perfilman di Indonesia, seneng rasanya aku sedikit-demi sedikit mulai mahir dalam sebuah bidang bidang jurusan yang sama sekali belum aku pelajari di sekolah. Tapi aku tak langsung menyerah, berkat karyawan senior yang senantiasa member pengarahan dan lain-lain aku mulai mahir dibidang itu.
Saat ini aku sudah memproduksi hampir lima-enam Novel yang dalam terakhir ini, berproduksi banyak dan laku berat. Memang awalnya takmudah untuk melakukan itu semua, tapi berkat kerja keras dan kemauan yang kuat. Aku sekarang hidup tidak disebuah dunia kecilku yang bisa menerima aku dengan leluasa. Tapi sekarang dikehidupanku yang hampir sempurna ini. Aku sekarang diterima didunia paling besar ini menjadi seorang asisten kepala bidang, dan mmenjadi seorang penulis yang bukunya digemari orang banyak, terimakasih untuk semuanya Tuhan aku hanya sanggup untuk katakana itu saja.
END
Tapi anak itu masih terdiam membisu meratapi kertas-ketas yang ia campak ditangga dekatnya, seseorang mengambil lalu melihat isinya, dia sempat membaca, sebuah cerpen karangannya. Orang tersebut mendekat kearah anak itu.
“hy sobat! Ini punya mu?” Tanya orang itu penuh dengan keramahan, anak itu hanya mengangguk dan tertunduk dia menangis. “ bagus, lebih bagus kalau kau eksposkan tulisan ini ke sebuah Koran ataupun majalah!” usulnya, sentak anak itu mengangkat kepalanya.
“aku telah mencoba, tapi tak ada satupun yang mau!” seru anak itu sambil mengelap tangisnya.
“biarlah aku yang kirim! Toh dibawah nya ada nama kau bukan!” serunya membuka semangat anak itu. Dan hanya sebuah anggukan tanda setuju. Keesokan harinya , dia melihat Cerpennya masuk disebuah Tabloid Remaja, dan dia senang sekali. Kehidupannya yang baru, akan segera dimulai.

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

0 komentar:

Posting Komentar